Karena kau tumbuh di surga dunia, maka kau tidak tahu betapa sengsaranya hidup di neraka
🌹🌹🌹
Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.
🌹🌹🌹
Happy Reading
🌹🌹🌹
Namanya adalah Guntur. Ya, nama lahirnya adalah Guntur. Fernando Ferrara hanyalah nama yang dipakai setelah ia dewasa. Meskipun begitu dia sangat benci nama Guntur bahkan dia juga membenci sosok Guntur di masa lalu.
Kita sebut saja dia Guntur. Guntur kecil lahir dari seorang gadis berusia 17 tahun bernama Sella. Sella adalah gadis yang mudah terlena dan terpesona pada kebaikan seorang lelaki hidung belang, terlebih lelaki itu adalah anak orang kaya.
Katanya, Sella akan segera dinikahi kemudian hidup Sella juga akan terjamin, dia tidak akan berpikir dua kali setiap menginginkan apapun. Oleh karena itu, ketika pemuda kaya itu meminta keperawanannya, dia rela memberikannya. Sella bahkan rela menelan semua cemooh dan hukuman sosial dari masyarakat. Apapun yang terjadi, dia akan merawat putra kekasihnya karena mereka akan segera jadi keluarga setelah kelahiran anak itu.
Sembilan bulan lebih satu minggu berlalu. Sella berhasil melahirkan seorang bayi lelaki yang dia beri nama Guntur. Guntur adalah nama yang diberikan oleh ayahnya. Sella bahagia bukan kepalang. Setelah kelahiran anak ini seharusnya ia bisa jadi nyonya muda.
Alhasil, Sella yang masih berwajah pucat seraya menahan sakit akibat luka jahitan bekas melahirkan pun berjalan dengan penuh harapan ke rumah sang Kekasih.
"Kami tidak menerima pengemis di sini! Pergi sana!" Begitulah ucap satpam yang berjaga di rumah itu."T-tapi, saya ... saya adalah kekasih Handoko!" ujar Sella, dia menunjukkan bayi yang digendongnya.
"Bayi ini ... ini adalah bayinya!""Jangan mengarang cerita! Tuan Handoko baru saja melangsungkan pernikahan dua hari lalu dan sekarang sedang bulan madu! Tidak mungkin dia mau berhubungan dengan orang kotor sepertimu!" hardik satpam tersebut.
"Me-menikah?" Sella hanya bisa tercengang dan membeku. Hampir saja dia lupa bahwa sedang menggendong bayinya.
"Sana pergi! Jika Anda tidak mau pergi juga, maka terpaksa saya akan mengusir Anda dengan paksa!" ancam Satpam itu.
"T-tapi, Pak— Argh!" Tanpa belas kasihan, Sella diseret menjauh dari gerbang rumah sang Kekasih dan didorong hingga wajahnya membentur tanah.
"Dasar pengemis! Penipu!" cercanya sebelum akhirnya meninggalkan Sella yang hanya bisa menangis sendirian.
🌹🌹🌹
"Itu makananku, Dasar Anak Sialan!" hardik Sella pada Guntur sambil mendorong bocah berusia tujuh tahun yang hendak memasukkan nasi ke mulutnya hingga makanan di atas piring ikut jatuh ke tanah.
"Sialan! Anak Setan!" hardik Sella dengan mata menyalak. Dia langsung mengambil tongkat rotan dekat tempat tidur. Guntur yang masih berusia tujuh tahun langsung meringkuk sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangan.
BUG! BUG! BUG!
Pukulan dari tongkat rotan melayang dan menghantam tangan, punggung, kaki Guntur dengan keras secara bertubi-tubi. Air matanya sudah kering, kata "ampun" dari mulutnya sudah tidak ampuh. Dia hanya bisa melampiaskan rasa sakitnya dengan ringisan dan rintihan tanpa suara.
"Harusnya kamu mati aja! Kenapa juga kamu gak mati-mati? Padahal aku pukul kamu tiap hari!" frustasi Sella dengan suara tercekat. Pasalnya makanan tadi adalah persediaan terakhirnya.
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba pintu rumahnya diketok, membuat Sella menghentikan aksinya. Namun, wanita itu tidak peduli. Dia hendak melayangkan pukulannya lagi ke arah putra semata wayangnya, tetapi pintu rumahnya kembali diketok.
Akhirnya wanita itu melempar tongkat rotan itu dengan kasar.
"Siapa, sih? Ganggu aja!" gerutunya sambil berjalan mendekati pintu dan meninggalkan Guntur yang tangannya sudah memar-memar akibat pukulan dari ibunya sendiri. Guntur memandang tangannya sambil menggigit bibir bawahnya. Dia ingin menangis, tetapi air matanya tidak bisa keluar.
Terdengar suara berat seorang pria di luar. Mungkinkah itu Ayahnya? Ya, Guntur selalu berharap bahwa suatu hari Ayahnya yang disebut sebagai orang kaya akan datang menjemputnya dan membawanya pergi dari sang ibu yang sudah gila.
Bocah kecil itu pun menyeret tubuhnya sendiri untuk mengintip sedikit wujud si pemilik suara berat itu. Namun, belum sempat ia berhasil melihat, sang ibu masuk dan melempar tatapan sinisnya.
"Ngumpet kamu! Ngumpet di bawah tempat tidur!" titah sang Ibu.
"T-tapi, Bu—" Belum sempat dia mengungkapkan ucapannya, tangannya sudah diseret dan tubuh kurusnya dilempar ke kolong tempat tidur.
"Awas, jangan ganggu kalau enggak, ibu bunuh kamu!" ancam Sella.
Guntur hanya bisa meringkuk di bawah kolong tempat tidur sambil menahan rasa sakit akibat memar di tubuhnya. Tak selang berapa lama terdengar suara seorang pria. Guntur bisa paham bahwa pria itu terus memuji kecantikan ibunya. Ya, sang Ibu memang cantik, Guntur pun mengakui itu. Kemudian terdengar suara manja sang Ibu. Guntur hanya bisa diam saja.
Hingga terdengar suara derit kasur. Sang Ibu malah cekikikan, tetapi mengeluh sakit, diikuti papan penahan kasur mulai bergoyang. Apakah pria itu sedang menyerang ibunya di sana? Apa yang dilakukan pria itu? Guntur menelan salivanya. Jujur, dia sangat ingin ibunya mati agar dia tidak disiksa lagi, tetapi jika ibunya mati, dia akan hidup dengan siapa?
"Jangan mati ...." ucap Guntur lirih. Namun, tidak ada yang menyadari keberadaan bocah tujuh tahun itu.
"Jangan mati ... jangan mati ... jangan mati ...."
Ah, lama-lama suaranya terdengar seperti suara perempuan. Tunggu, itu bukan suara Guntur.
"Ayah! Jangan mati! Tetap buka mata Ayah! Cepat tolong Ayahku!" Terdengar suara seorang gadis yang panik. Guntur alias Fernando Ferrara lupa, dia sudah berkepala enam sekarang, bukan lagi bocah tujuh tahun yang bersembunyi di bawah tempat tidur tiap ibunya bercinta dengan berbagai pria. Dia menggerakkan bola matanya dan menatap sesaat gadis berambut pirang yang menatap lurus ke arahnya dengan baju yang penuh darah.
"Baru tahu rasa kamu!" ucapnya sambil tersenyum kecil.
"Ayah? Ayah mengatakan sesuatu? Ayah? AYAAAH!" jerit Rapunzel, tetapi sinar di bola mata Fernando lenyap. Tubuhnya seketika menjadi kaku dan dingin.
"A-ayah ...." Suara Rapunzel bergetar. Dia menggenggam tangan Fernando yang begitu dingin. Bulir air matanya tak bisa berhenti bergulir membasahi pipinya. Bukan ini yang Rapunzel inginkan. Dia sama sekali tidak mau Ayahnya mati seperti ini.
"Ayaaah ...." pekik Rapunzel putus asa sambil memeluk tubuh kaku Fernando.
"Jangan mati ... jangan hukum aku begini .... bangun, bangun, Ayah ...." tangis Rapunzel.
🌹🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Bersamamu (18+)
RomanceRapunzel kabur dari Mansion Mewahnya untuk bertemu dengan Tunangannya dan berkompromi tentang perjodohan mereka, tetapi ia malah bertemu dengan Satria yang tak sengaja lewat jalan di dekat Mansion dan menawarkan tumpangan. Rapunzel yang tidak meng...