48. Menunggu Kepulangan

161 9 2
                                    

Apa yang terlihat,
Apa yang didengar,
Belum tentu menjadi kebenarannya

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

Seorang gadis berkepang dua yang masih mengenakan seragam SMA tersenyum lebar di hadapan Rapunzel.
"Hai, Kak Ucel!" sapa Saras ceria.

Dahi Rapunzel mengernyit.
"Kenapa kamu ke sini?" bingung Rapunzel. Entah kenapa, Rapunzel merasa aneh dengan kehadiran Saras. Tidak mungkin, 'kan Satria mengatakan kalau hari ini Rapunzel mau diantar pulang olehnya? Lagipula untuk apa? Seingat Rapunzel, hubungannya dengan Saras tidak begitu baik karena Saras adalah kekasih Mada. Akibatnya, kehadiran Rapunzel justru malah merusak hubungan mereka berdua.

"Aku masuk, ya!" ujar Saras langsung menyelonong masuk ke dalam. Rapunzel sendiri tidak bisa melarang, toh ini adalah rumah Abangnya. Setelah Saras masuk, Rapunzel menutup pintu.

Sementara Saras langsung dikagetkan dengan totebag yang terletak di atas kursi.
"Wah, apa ini?" Tanpa canggung, Saras langsung memeriksanya. Namun dia tersentak, isinya baju dalam!

"Itu baju dalamku," ujar Rapunzel yang suaranya terdengar agak serak.

Atensi Saras pun beralih pada gadis berambut pirang yang kini berdiri sambil menunduk di depan pintu.
"Kenapa baju dalam Kak Ucel ada di sini?" tanya Saras.

Rapunzel melirik gadis belia itu. Kenapa Saras terlihat tidak memiliki masalah dengannya? Dia masih tetap ceria seperti pertama kali bertemu. Rapunzel pun menghela napas.
"Aku mau pulang, Saras," ungkap Rapunzel agak sedih.

"Hah? Pulang? Kenapa?" tanya Saras.

"Kata Satria aku harus pulang. Aku gak bisa tinggal di sini lagi ...." Suara Rapunzel kembali terdengar berat.

"Lagipula, bukannya, jika aku tidak di sini lagi, hubunganmu dengan Mada juga akan kembali baik. Hidup Satria juga akan kembali tenang. Memang, seharusnya aku gak muncul di kehidupan kalian bertiga!" Seketika tubuh Rapunzel meluruh ke lantai. Air matanya tumpah begitu saja, dia tak mampu membendung kesedihannya lagi.

Saras langsung menghampiri Rapunzel dan memeluknya.
"Kak Ucel ...." simpati Saras.

"Kenapa, Saras? Kenapa kamu baik sama aku? Aku udah hancurin hubungan kamu sama Mada? Udah seharusnya kamu benci aku," frustasi Rapunzel.

Saras menggeleng.
"Kak Ucel ... hubungan aku sama Mada emang udah gak baik-baik aja, tapi bukan berarti aku mau Kak Ucel pergi. Aku tetep mau Kak Ucel di sini. Di sisi Mas Satria," ungkap Saras.

"Gak mungkin, Saras. Itu mustahil. Satria sendiri yang mau aku pergi. Padahal ... padahal semalam ...." Tangisan Rapunzel kembali pecah, tetapi justru ucapannya mengundang rasa penasaran Saras. Apa yang terjadi semalam? Apakah Abangnya itu sudah melakukan tindakan yang terlali jauh pada gadis berambut pirang ini hingga gadis ini terlihat begitu frustasi?

Saras langsung menggelengkan kepalanya. Tidak, dia tidak boleb berprasangka buruk pada Abangnya sendiri. Dia pun memilih untuk mengabaikan rasa penasarannya dan memilih memeluk erat tubub Rapunzel.
"Tenang, Kak Ucel. Mas Satria udah menyiapkan sebuah kejutan buat Kak Ucel," ucap Saras.

Tangisan Rapunzel berhenti.
"K-kejutan? Kejutan apa?" bingung Rapunzel.

Kedua sudut bibir Saras terangkat.
"Yang pasti kejutan ini sangat dinantikan oleh Kak Ucel."

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang