52. Bagai Mimpi di Siang Bolong

140 9 1
                                    

Kenangan manis yang sempat terukir
Seolah sirna dalam satu malam
Apakah kenangan itu hanya angan-angan?

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹


Rapunzel membuka matanya perlahan-lahan, tetapi dahinya segera mengernyit. Bukankah terakhir kali dia tertidur di kantin kampus Satria? Namun, ruangan apa yang bernuansa merah muda ini? Tunggu! Dia bakan telentang di atas kasur yang lebih empuk dari kasur Satria. Rapunzel segera bangun dan memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Kamar ini sangat luas. Ada kelambu di tempat tidurnya, bantal-bantal besar yang empuk, bed cover, ada lemari besar, meja rias, sofa, meja kecil, karpet, rak alat lukis, kanvas dan kaki kanvas, bahkan ada rak boneka!

Sontak kedua bola mata Rapunzel membulat.
"I-ini bukannya ada di—"

"Anda sudah bangun, Nona?" Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang sangat familiar di telinga Rapunzel hingga dia terhenyak. 

Gadis berambut pirang itu menoleh ke asal suara. Sontak kedua matanya kembali melotot.
"Mirima!" seru Rapunzel. Ya, tidak salah lagi, sang Ibu Asuh kini sedang berdiri tegak di depan tempat tidurnya. Itu berarti ini adalah kamar tidurnya di Mansion! Lantas, bagaimana dia bisa ada di sini?

"Ya, ini saya, Nona ...." Mirima berjalan mendatangi Rapunzel.
"Bagaimana tidur Anda? Apakah Anda tidur nyenyak semalam?" Mirima hendak menyerahkan baju ganti pada Rapunzel, tetapi gadis itu malah menjauh. Reflek, Mirima memicingkan matanya.

"Ada apa, Nona? Ini sudah pagi. Anda harus mandi," ujar Mirima, tetapi Rapunzel menggeleng.

"Enggak, aku seharusnya gak di sini," cetus Rapunzel dengan bola mata bergetar.

"Lantas, bagaimana dengan Saras? Apa dia baik-baik saja? Dan bagaimana aku bisa ke sini? Terakhir aku pergi bersama Cahyo!" batin Rapunzel mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum akhirnya dia ada di sini.

"Kalau bukan di sini, maka harusnya Anda ada dimana, Nona?" tanya Mirima lagi agak sarkas.

Rapunzel menoleh ke arah Ibu Asuhnya itu.
"Katakan padaku, Mirima, bagaimana aku bisa di sini?" cecar Rapunzel.

Mirima menghela napas.
"Anda memang sejak kemarin di sini, Non—"

"Enggak!" Suara Rapunzel meninggi.
"Aku harusnya gak di sini! Aku gak mungkin ada di sini! Aku seharusnya ada di rumah ...." Rapunzel menghentikan ucapannya.

"Rumah? Rumah mana, Nona?" tanya Mirima lagi.

"Mungkinkah Satria yang mengantarku?" tebak Rapunzel dalam hati. Tanpa sadar, bulir bening menetes dari sudut matanya.

"Nona?" tegur Mirima lagi.

"Kalau memang benar, maka aku gak bisa bebuat apa-apa," sesal Rapunzel dalam hati dengan air mata yang berderai.

"Nona Rapunzel?" tegur Mirima lagi.

Rapunzel sempat terisak, tetapi gadis itu segera menghapus air matanya.
"Oke, mana bajunya. Aku mau mandi," ujar Rapunzel menyerah, tetapi dia tidak bisa memungkiri bahwa hatinya terasa perih.

Mirima pun menyerahkannya pada sang Nona. Tanpa berkata apa-apa, Rapunzel segera pergi mandi. Mungkin sudah saatnya dia melupakan semua kenangan bersama Satria dan mengukirnya dalam memori hatinya.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang