51. Terpancing

224 9 0
                                    

Untuk memangsa, maka kita perlu umpan
Kebanyakan, makhluk yamg ditakdirkan sebagai mangsa akan mudah terkecoh dengan umpan yang seolah-olah menguntungkannya

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

Cahyo menyemburkan asap dari rokok yang tengah dihisapnya. Jarang sekali dia bisa sesantai ini. Duduk di halaman rumah seraya menikmati langit malam sambil menghisap tembakau yang membuatnya candu.

"Cahyo!" Di sela ketenangannya, muncul sebuah suara seorang gadis yang sebenarnya ia tunggu sejak tadi. Ya, sebenarnya bukan tanpa alasan dia duduk di halaman rumahnya. Cahyo pun menghisap kuat-kuat rokoknya kemudian menyemburkan asapnya. Dia menoleh sambil melemparkan senyum ramahnya.

"Non— uhm, maksudnya, Ucel? Hai!" Cahyo menyapanya dengan riang, tetapi raut wajah Rapunzel malah semakin muram. Sebenarnya dia tahu apa penyebabnya, tetapi gadis polos ini tidak tahu kalau Cahyo tahu.

Rapunzel berjalan mendekati Cahyo dengan wajah yang penuh rasa khawatir.
"Cahyo, bisakah kamu menolongku?" izin Rapunzel.

"Menolong? Menolong apa?" tanya Cahyo sambil mematikan api di ujung rokonya. Dia kini menghadapkan tubuhnya ke arah Rapunzel.

"Bi-bisa, gak, kamu antar aku ke kampus Satria? Uhm ... yang waktu itu kita jalan-jalan sama ibu-ibu!" ujar Rapunzel.

Dahi Cahyo mengernyit. Dari sekian banyak tempat, sang Nona memikirkan tempat tersebut. Yah, tidak buruk juga.

"Memangnya, Satria kenapa? Dia belum pulang?" tanya Cahyo. Sekalipun dia sudah tahu jawabannya, tetapi dia harus berpura-pura tidak tahu.

Rapunzel mengangguk.
"I-iya ... makanya, kamu bisa menolongku?" tanya Rapunzel lagi.

Cahyo melempar senyumnya sambil mengangguk.
"Tentu saja. Apa kita pergi sekarang?" tanya Cahyo.

"Iya! Aku sudah siap sekarang," ujar Rapunzel.

"Oke. Kalau begitu, aku siap-siap dulu, setelah itu, kita berangkat, ya," ujar Cahyo yang langsung dijawab dengan anggukan kepala Rapunzel. Pria kekar itu langsung masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil kunci motor.

🌹🌹🌹

Mirima meremas bantal sekuat tenaga sembari menahan guncangan kasar yang disebabkan oleh keperkasaan Fernando di dalam lubang surganya. Sebenarnya, Mirima paling benci posisi ini, ketika dia harus membelakangi Fernando. Tubuhnya juga akan berguncang lebih hebat jika ada di posisi ini.

"Apa kamu suka, Sayang?" bisik Fernando dengan napas yang terengah-engah. Sekalipun usia pria ini sudah menyentuh kepala enam, tetapi dia masih sanggup bersenggama.

"Teruskan ...." jawab Mirima lirih sekalipun lidahnya enggan menyebut begitu, tetapi jika dia protes, bisa saja setelah ini, Mirima sudah berpindah alam.

"Bagus!" Tepat saat itu, Fernando mencapai puncaknya, begitu juga Mirima, tetapi Fernando tidak segera mengeluarkan kebanggaannya dari mahkota Mirima.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang