~~••~~
BENING menunduk sebelum kembali mencuri pandang pada dua laki-laki yang kini ada di hadapannya, terpisah oleh meja yang ditempati oleh piring-piring berisi pesanan yang sebelumnya sudah mereka sampaikan pada pelayan restoran. Untuk mengusir lapar di malam ini.
Garda ditemani oleh kakak iparnya. Dia nampak tampan dan berbeda dari Mas Garda yang biasanya Bening temui. Rambutnya diberikan sentuhan gel dan disisir naik. Memakai kaus putih yang dilapisi oleh kemeja polos berwarna cokelat muda. Kainnya tergulung hampir sampai siku, memperlihatkan betapa tampan, berurat dan kuat lengannya yang di salah satu pergelangan sana tersimpan jam tangan.
Kikuk sekali ada di sini. Padahal orang-orang lain yang mendampingi Bening sudah berusaha dengan sangat amat keras untuk mencairkan suasana di antara mereka.
Memanjang, tangan Bening pun mengambil gelas air dan meminum isinya pelan-pelan. Ia benar-benar irit bicara sampai semua makanan di piringnya kosong tidak tersisa. Bukan Bening lapar, perutnya malah keram tak karuan sejak tadi. Tapi dibanding menghabiskan waktunya untuk melamun dan berdiam diri, memperlihatkan bahwa ia tengah sangat gugup, lebih baik Bening makan.
"Ehm, jadi adanya pertemuan ini untuk apa ya Tan?" tanya Bima, ipar Garda.
"Oh iya, saya dan Fifah di sini mengantarkan dan menjadi mahram bagi Bening yang malam ini, ingin memberikan jawaban atas niat baik Nak Garda. Dengar-dengar, Nak Garda mengajak Bening untuk menikah ya?"
Garda menganggukan kepala. "Betul sekali Tante. Maaf sebelumnya kalau cara saya ini sedikit menyinggung Tante."
"Menyinggung?" ulang Rika. "Baik saya atau pun anak nakal ini, alias Fifah tidak tersinggung sama sekali. Kami berdua malah senang menjadi bagian dari alur takdir yang mempertemukan kamu dan Bening pada akhirnya."
"Terimakasih banyak atas kebaikan Tante Rika."
"Sama-sama." Rika tersenyum. "Lalu Bening, apa yang ingin kamu sampaikan kepada Garda?"
Bening terdiam hingga akhirnya Fifah menyikut-nyikut kecil. Meminta ia untuk berbicara dan buru-buru meredam gugup yang bergejolak di dada.
Bening berdehem, membersihkan kerongkongannya terlebih dahulu sebelum kemudian memulai langkahnya. "Bening ijin untuk berbicara ya? Jadi, untuk menanggapi ajakan baik Mas Garda beberapa waktu lalu, Bening sudah memutuskan dengan matang dan dengan berbagai pertimbangan yang juga tergolong cepat, insyaallah, Bening mau menikah dengan Mas."
"Alhamdulillah," ujar Garda cepat, ia mendapat tepukan tanda selamat dari Bima.
"Garda, sebelumya, mewakili keluarga Bening, mewakili kedua orang tuanya Bening, saya sangat amat meminta agar kamu mampu membahagiakan dan menjaga Bening ke depannya. Saya harap kamu bisa mengayomi, menjadi suami, sahabat, teman dan segalanya bagi Bening."
"Baik Tante, akan Garda usahakan."
"Dan Nuansa—"
Mendengar panggilan Garda yang berbeda terhadap Bening, Afifah langsung mesem-mesem sendiri sembari menggangu Bening dengan kakinya di bawah meja sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK!
Romance"Nikah yuk?" Bagaimana jadinya kalau orang yang baru kamu temui sebanyak dua kali tiba-tiba mengajukan ajakan pernikahan? Apakah kamu akan menerimanya? Atau justru kamu menolaknya? "Mas Garda ... gila ya?" Atau justru, jawabanmu sama seperti jawaba...