Nikah, Yuk! 3.8

4K 237 55
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

"Nuansa, hari ini saya nganterin Ummi dulu buat belanja. Mumpung ada waktu luang, enggak apa-apa ya? Kamu ada mau nitip sesuatu gitu?"

Garda mengirimkan pesan tersebut sudah lebih dari setengah jam lalu. Sebelum ia berangkat dari rumah Ummi tapi Bening belum juga merespon. Mungkin Bening terlalu sibuk dan kembali terlarut dalam pekerjaan. Garda mendesah kecil. Ia menyimpan ponsel ke dalam saku jaket sebelum kembali menatap sang Ummi yang kini tengah memilih tas. Sesekali, Garda ingin membiarkan Ummi belanja dengan uang yang ia hasilkan. Toh untuk Bening, semuanya sudah tertutupi. Memberikan bulanan dengan angka dua digit kepada sang istri adalah hal yang telah Garda lakukan sejak hari pertama mereka menikah.

"Yang ini cocok enggak buat Ummi? Lumayan bisa dibawa pengajian."

"Cocok kok, Ummi." Garda mengangguk. "Omong-omong, Ummi butuh gamis buat pengajian enggak?"

"Butuh dong ganteng. Emang kenapa? Kamu mau beliin juga?"

"Boleh Ummi, silahkan."

"Tapi bentar yaa? Ummi mau milih tas dulu."

"Okey Ummi." Garda sudah terbiasa. Menemani Ummi belanja adalah kegiatan Garda sejak kecil. Dan sudah pasti lama. Ummi harus benar-benar membeli sesuatu yang sangat amat sreg di hati.

Bola mata Garda memperhatikan sekeliling hingga ia terpaku pada sebuah tas berwarna putih tulang elegan. Dan dari hati yang terdalam, ada perasaan ingin membelikan tas tersebut untuk sang istri. Kedua tungkai Garda mendekati tas tersebut. Sesaat, masih dipandanginya lekat sebelum Garda memanggil pegawai yang ada di toko dan meminta tas pilihannya untuk dibungkus.

"Buat siapa? Ummi atau Nuansa?"

Garda nyengir tampan. "Nuansa, Ummi. Memang Ummi mau yang ini?"

"Ah enggak, Ummi kan udah punya pilihan sendiri."

Sembari melirik ke arah pegawai lain yang memegang tas pilihan Ummi, Garda pun menganggukan kepala. "Enggak jadi pilih yang tadi?"

"Sukanya sama yang itu, Da."

Kekehan sopan nampak di raut Garda kala lelaki itu mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompet untuk melakukan pembayaran. Usai dari toko tas, mereka berdua beranjak mencari toko gamis langganan Ummi.

"Gimana Da setelah menikah? Kamu bahagia?"

Garda mengangguk pasti. "Alhamdulillah, Ummi. Amat sangat bahagia."

"Belum ada gitu anget-angetnya pertengkaran antara kamu sama Nuansa? Ummi bukan mendoakan ya? Tapi nama-namanya juga pengantin baru. Jadi pasti ada beberapa sudut yang enggak sejalan antara kamu dan Nuansa."

Andai Ummi tahu kalau pernikahan mereka hampir kandas di bulan pertama, mungkin paruh baya itu akan syok setengah mati. Hanya untung saja, baik Garda atau pun Nuansa selalu bisa menyembunyikan segala permasalahan dari anggota keluarga. Kala Ummi atau saudara lain datang ke rumah, ia dan sang istri akan mencoba memperlihatkan keharmonisan palsu.

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang