Nikah, Yuk! 5.2

1K 153 152
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Bening baru keluar dari kamar mandi kala kemudian, ia mendapati rumah sudah sepi. "Mas! Mas Garda!"

Tak berpikir lama, Bening mencoba memasuki kamar tamu. Ia pikir Garda berada di dalam sana untuk sekedar beristirahat melepas lelah. Namun kosong, tidak ada seorang pun. Bingung, kedua kaki wanita itu kembali menginjak ruang tamu. Ada dua ponsel di meja sana. Miliknya juga milik Garda. Apa mungkin Garda di luar? Tengah membenahi mobil di garasi atau memperhatikan pohon-pohon bunga?

Berdecak kesal, Bening mengambil khimar dan memakainya. Mencoba mencari sang suami di luar meski hasilnya nihil. Garda tidak ada. Dan satu hal yang Bening sadari kala itu, bahwa mobil sang suami tak tersimpan di garasi, belum lagi pagar rumah terbuka lebar. Pergi kemana? Kenapa Garda tidak ijin atau mengatakan apapun sebelum pergi?

Awalnya, Bening memutuskan untuk menunggu sang suami pulang. Sepuluh menit kemudian, Bening sudah semakin penasaran dan tak enak hati. Entah kenapa, padahal ia tak pernah merasa seperti ini.

Berdecak, Bening memanjangkan tangan, memilih untuk mengotak-atik ponsel. Namun kala itu, ia menemui chat dari nomor yang tidak tersimpan. Yang mengirimkan sebuah alamat. Di atasnya, Bening mendapati panggilan terjawab sekitar lima puluh detik. Dan karenanya, Bening yakin saat itu bahwa, semua hal tidak sedang baik-baik saja.

^^^^^^^^^

Mengendarai mobil secepat yang ia bisa, Bening menuju ke suatu tempat di mana ia yakin, ada Garda di sana.

Rian mengirimkan alamat sebuah hotel dan nomor kamar ke ponsel Bening.

Bening sadar jika semua ini tak akan berakhir mudah. Kemarahan Garda sebelumnya sudah hampir menghilang tapi, kenapa Rian harus mengusik? Kenapa Rian harus menambah kekacauan?

Sejak keluar dari perusahaan, Bening seringkali diteror dan ditanyai berbagai alasan oleh lelaki itu. Entah apa tujuannya. Orang-orang lain bilang bahwa, Rian menyukai Bening. Meski tahu bahwa Bening sudah bersuami. Sejak awal, Bening tidak mempercayai hal tersebut. Bening tak acuh pada sifat ramah Rian. Berpikir bahwa keramahan, kebaikan tersebut Rian lakukan pada semua orang. Tapi akhir-akhir ini Bening tahu, alasan Rian menjadi duda pun karena digugat cerai oleh istri terdahulunya atas kasus perselingkuhan.

Bening memberikan jarak, Bening menjauh, Bening sadar kalau Rian punya tujuan tak baik.

Mungkin ....

Mungkin saja, di mata Rian, Bening seperti wanita murahan yang akan mudah berselingkuh. Kebaikannya selama ini, disalah artikan. Keseganannya selama ini, keinginannya untuk akrab dengan banyak orang menjadi boomerang yang menakutkan.

Sungguh, Bening takut Garda semakin salah paham. Bening takut, Garda tak ingin mendengarnya lagi dan Bening takut Garda menjatuhkan talak.

Gelisah, Bening mempercepat laju mobil hingga tak sadar kendaraan di depan berhenti. Mobil di sana berhenti dengan pelan dan mulus, tidak mendadak sama sekali, tapi kecepatan mobil Bening yang tidak terkendali membuat mau tak mau, ia harus membanting stir ke arah kiri. Menuju ke bahu jalan, melayang sesaat sebelum kemudian, posisi mobil pun terbalik.

Bening tidak sadar apa yang sebenarnya terjadi hanya saja, luka di kepala terasa amat sangat menyakitkan dan basah. Hingga kemudian, cahaya mulai redup di pengelihatan mata dan gelap pun memeluk Bening sepenuhnya.

^^^^^^^^^^

Garda menerobos masuk saat pintu sebuah kamar terbuka dan tanpa menahan diri, ia langsung memberikan pukulan penuh tenaga ke pipi laki-laki yang kini tersungkur di lantai.

Belum menyadari akan apa yang terjadi, Rian menyelidik ke arah belakang, mencari kehadiran Bening namun tidak ada.

Sedang tak membuang waktu, Garda pun menarik kerah baju lawannya sampai laki-laki itu berdiri. "Apa yang lo cari, bajingan? Apa yang lo mau dengan terus ganggu istri orang lain?"

Garda jauh dari semua kelembutan yang selama ini selalu ia tampilkan, perilaku sopan-santun yang selalu ia terapkan, kini lelaki itu benar-benar marah.

"Mikir gak lo kalau semua hal yang udah lo lakuin ngusik rumah tangga orang? Dan apa lo kira Bening semurahan itu sampai mau ninggalin gue demi laki-laki bajingan kayak lo? Enggak akan!" Garda kembali mengangkat kepalan tangan tinggi-tinggi, Rian adalah akar dari semua masalah. Kesibukan Bening, meski menyebalkan, hal tersebut belum seberapa dibanding dengan sikap laki-laki bajingan ini.

Usai melayangkan bogeman mentah, Garda mendorong tubuh Rian dalam sekali hentakan. "Jangan ganggu lagi Bening, jangan ganggu lagi rumah tangga kami, itu peringatan. Kalau lo abai, gue bisa ngelakuin yang lebih dari ini."

Garda mencoba menahan diri, tak ingin keributan berlangsung lebih panjang. Garda rasa, tonjokkannya sudah lebih dari cukup untuk membuat semua ini berakhir. Namun tidak. Saat Garda berbalik dan melangkah keluar dari kamar, sesuatu menubruk keras tempurung kepala dan kemudian, terdengar kepingan pecahan yang berjatuhan di lantai.

Mata Garda memejam, bukan menahan sakit, melainkan menahan kekesalan yang merasuk di dada. Garda hampir gelap mata saat itu. Sehingga tak berpikir panjang, Garda kembali dan menerjang tubuh Rian. Mendudukinya, melayangkan berulangkali tonjokan ke tulang pipi, hidung, bahkan bagian bibir.

Perkelahian mereka dihentikan oleh beberapa orang yang entah dari mana datangnya. Garda tidak sadar sama sekali karena suara umpatan kasar Rian masih bergema sibuk.

Urusan mereka menjadi lebih sulit, Garda dan Rian harus ditahan di keamanan hotel, menjalani interogasi, mengganti rugi akan kerusakan dan lain hal. Tapi setidaknya, Garda puas melihat wajah babak belur Rian.

Garda tahu, akan selalu ada manusia yang kehilangan akal sehat di dunia ini. Tidak laki-laki, tidak perempuan. Mereka menjadi bagian dari penguji dan penggoyah kehidupan. Seolah tak ingin rusak sendiri. Dunia tidak ideal, tentu di dalamnya tidak akan berisi manusia-manusia baik dan berakal secara keseluruhan. Beberapa dan banyak dari manusia itu melanggar norma dan tidak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

Sekarang, Garda tak ingin menyalahkan Bening, tak ingin memarahinya, Garda hanya ingin hidup damai dengan sang istri. Dan untuk semua itu, Garda hanya perlu menyingkirkan akar ujian dan permasalahan mereka. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rian.

Dengan kepala yang berbalut kain, Garda memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Ia akan ke rumah sakit dengan Bening nanti dan membicarakan semua.

Diperjalanan, Garda sempat memperhatikan evakuasi mobil yang mengalami kemalangan. Jenis mobil tersebut tak asing. Namun karena yang memiliki mobil dengan jenis yang sama bukan satu, jadi Garda buru-buru melewati tempat perkara. Dari pada terjebak macet oleh kekepoan orang-orang di sekitar. Tanpa mau terlebih dahulu memperhatikan flat nomor yang tertera di kendaraan yang nampak hancur itu. Satu yang Garda dengar dari orang-orang yang berkerumun di pinggiran trotoar.

"Kasian banget pengemudinya, berpulang ke rahmatullah ya? Keadaannya tadi juga parah."

Sesaat Garda mengembuskan napas, lalu mencoba tak acuh sebelum menekan gas sedikit lebih dalam. Ia ingin bertemu dengan sang istri.

~~••~~

halooow ayo 50 komen lagiiiii

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang