Nikah, Yuk! 4.1

929 105 7
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

"Karena kamu enggak ada di rumah hari ini, aku mau ketemu dulu sama Neneng terus ke rumah Fifah enggak apa-apa? Kamu pulang tengah hari kan?"

"Iya, enggak apa-apa kok. Lagian kamu pasti kangen sama mereka juga kan?" tanya Garda sembari memasangkan jam dipergelangan tangan kiri.

"Iya, kangen banget. Udah lama enggak ketemu sama mereka. Aku bakalan pulang lebih cepat dari Mas kok."

"Enggak perlu terburu-buru, saya enggak akan kemana-mana, saya akan tetap di rumah nanti. Nungguin kamu."

Bening menatap Garda dengan penuh binar di mata. Dimana lagi ia bisa mendapatkan laki-laki yang sebaik dan sepengertian ini? Jarang sekali kan ada yang seperti Garda di muka bumi? Bening benar-benar harus mensyukuri keputusannya untuk menerima pinangan Garda.

"Kamu hati-hati ya Mas di jalan, jangan ngebut-ngebut."

"Kamu juga hati-hati, Nuansa."

"Iyaaaa pasti aku hati-hati kok." Bening berdiri mengikuti langkah Garda keluar dari kamar. "Sayang banget hari ini kamu harus kerja. Padahal aku pengen banget berduaan aja sama kamu di rumah."

"Nanti malam juga bisa kan?"

"Iya siiih, cuma kan waktunya enggak banyak. Paling beberapa jam doang dan tidur." Bening cemberut.

Hal itu membuat kegelisahan di hati Garda tentang pemikiran tidak jelas asal-usulnya kemarin meluntur. Melihat Bening yang nampak manja dan ingin selalu ada di dekatnya ... entahlah, Garda merasa kalau setidaknya, Bening sudah memiliki setitik pembalasan terhadap perasaan yang Garda emban.

Berdehem kecil, Garda pun bertanya. "Mau peluk dulu enggak?"

"Apa sih kamu kayak gitu? Padahal kan biasanya kalau mau meluk ya langsung aja meluk Mas. Kenapa harus canggung segala?"

Dalam pelukan hangat tubuh Bening yang pas. Garda menahan kebahagiaan. "Ya gimana ya? Enggak tahu kenapa untuk pagi ini, saya pengen ijin dulu sama kamu."

"Aku suka wangi parfum ini. Wangi yang khas kamu banget. Dulu sebelum nikah, aku tahu keberadaan kamu dari parfum ini. Jangan pernah ganti ya Mas?"

"Iya, Nuansa, enggak akan saya ganti."

"Aku juga suka badan kamu yang sekarang. Enak dipeluk, besar dan tinggi. Kamu kok ganteng banget?"

Untuk pertama kali, Garda merasa malu-malu hingga kupingnya nampak kemerahan.

"Kamu juga cantik banget, Nuansa. Cantiiiik sekali." Garda mengurai pelukan hangat itu dan menambahkan kecupan di kepala sang istri. "Saya berangkat sekarang ya?"

"Padahal kamu belum berangkat Mas. Tapi aku udah kangeeeen."

Garda terkekeh, ia berpegangan tangan dengan sang istri sembari melangkah ke arah depan rumah. Keduanya serasi sekali pagi itu. Nampak bahagia, nampak senang dan damai. Tanpa tahu kalau suasana damai itu adalah hal yang harus diwaspadai. Suasana damai itu adalah hal yang harus diteliti dengan serius. Karena badai yang sangat menakutkan atau tsunami yang sangat tinggi bisa saja meluluhlantakkan bangunan rumah tangga mereka.

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang