Nikah, Yuk 5.6

6.7K 240 3
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Matahari itu seolah timbul dari pelupuk mata sosok yang kini menempatkan dua gelas teh di meja depan. Aroma khas teh yang menenangkan tertiup pelan masuk ke dalam ruang penciuman. Bening tersenyum. Pagi ini cerah sekali.

"Kenapa? Ada yang salah di wajah saya?"

"Wajah kamu?" Bening menggeleng. "Enggak Mas."

"Terus kok dilihat begitu?"

"Ganteng."

Garda salah tingkah, ia menjilat bibir bawah sesaat sebelum kemudian menundukkan wajah. Menyembunyikan malu-malu dari Bening meski semua percuma.

"Hari ini, kamu ikut ke klinik ya?"

"Aku di rumah aja Mas. Aku bisa ngurus diri kok, aku udah sembuh."

"Tapi saya khawatir Nuansa."

Melihat wajah Garda yang nampak sedikit demi sedikit memiliki ekspresi yang berbeda, Bening terkekeh. "Gak perlu khawatir. Aku udah sembuh kok."

"Ck, keras kepala."

"Karena itu, aku selamat dari maut." Bening menunjuk dahinya sendiri. Dan Garda terkekeh.

Tak lagi mengutarakan apa-apa, Garda mendekatkan tangannya pada Bening. Kemudian, ia menggengam sang istri, mendekatkan dan mengecup telapaknya yang kecil dan lembut sesaat. "Kamu, kalau saya bisa masukin ke dalam saku, akan lebih aman sepertinya."

"Over Mas."

"Habis mau bagaimana lagi? Saya enggak bisa ninggalin kerjaan, saya juga enggak mau kalau jauh-jauh dari kamu. Saya enggak bisa ninggalin keduanya."

"Bening ngerti, Mas. Karena itu, pergi kerja aja ya?" Bening mengangkat sebelah tangan yang bebas lalu menyingkirkan helaian rambut yang menyentuh wajah Garda. Sudah panjang lagi rambut sang suami. Dan dia tak memiliki waktu sedikitpun untuk setidaknya, memerhatikan diri sendiri. Karena fokus Garda hanya pada pekerjaan dan ia, sebagai istrinya. Dunia Garda hanya berputar pada dua hal tersebut akhir-akhir ini.

"Apa tawaran dan keinginan kamu masih berlaku, Nuansa?"

"Tawaran dan keinginan yang mana, Mas?"

"Yang ingin duduk di pangkuan saya?"

Bening malu, entah kenapa, setiap Garda mengungkit apa yang ia lakukan kala lelaki itu marah, Bening tak bisa berkutik. Seolah itu adalah aib. Tapi di sisi lain, kalau memang hal tersebut benar-benar terjadi, Bening juga akan senang sekali. "Di sini? Di luar?"

"Di dalam."

"Kamu mau apa aja? Pangku aku aja?"

"Terserah nanti, mungkin hal-hal sepontan yang tidak ada dalam prediksi kamu bisa terjadi?"

"Spontan?" Bening mendongak kala Garda berdiri. Dan menariknya untuk melakukan hal yang sama. "Aku takut tapi aku penasaran."

Garda tertawa. "Kenapa begitu?"

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang