Nikah, Yuk! 1.6

6.7K 421 4
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Hari berlalu seperti sebagaimana mestinya, tak banyak yang berubah dalam kehidupan Bening setelah sah menjadi calon istri dari Gardapati Rahadi. Ia tetap makan sendiri, sesekali ditemani oleh Fifah. Ia tetap berangkat ke kafe dan semakin lihai dalam menghadapi custumer. Sesekali ia juga mengapply lamaran melalui email di beberapa perusahaan dan posisi kerja yang masuk ke dalam bidangnya. Sedang hubungan antara ia dan Garda belum melalui kemajuan yang signifikan, mengingat mereka memang belum menjadi mahram. Jadi harus saling menjaga diri dari hal yang tak seharusnya.

Sesekali, mereka akan mengobrol tentang perencanaan pernikahan yang sangat amat ruwet melalui grup chat keluarga. Saat saling bertemu di kafe pun mereka tidak benar-benar berani untuk bersua. Memang saling sapa, tapi tak lebih dari itu.

Semua hal nampak biasa-biasa saja bagi Bening. Kecuali statusnya kini yang sudah berubah sebagai calon istri dari Garda.

Dan kala itu, sosok laki-laki yang baru saja melintas dipikirannya tiba-tiba muncul. Seperti biasa, ia akan menggunakan pakaian santai saat datang ke kafe. Bening tersenyum sesaat dan membiarkan Garda untuk pergi berlalu ke ruangannya. Ada Hadi sejak tadi di dalam, mungkin mereka ada janji temu untuk membicarakan sesuatu, entah tentang kepengurusan kafe atau bagaimana.

Setelah mengembuskan napas, Bening kembali fokus pada apa yang tengah ia kerjakan, kini ia ada di depan meja pemesanan sedang Luna ada di belakang dengan pegawai lain.

Satu jam setelah itu, kesibukan di kafe mulai berhenti, para pegawai kantoran sudah kembali ke kubikel mereka masing-masing. Satu persatu staf kafe mulai bergantian untuk beristirahat makan siang.

“Makan?”

Sontak mendengar tanya tersebut, Bening pun mendongak. Menemui Garda yang berdiri di hadapannya.

“Belum ya pasti? Mau apa?”

Perhatian-perhatian kecil dan gesit yang diberikan oleh Garda membuat Bening menyunggingkan senyum. “Apa ya?”

“Bakso? Soto? Nasi padang? Another? Atau harus saya absen satu persatu nama makanan yang ada di dunia ini?”

“Gak perlu, aku mau bakso aja Mas. Tapi beneran kan ini enggak ngerepotin kamu?”

“Enggak kok, saya pesankan dulu ya? Toge sama bihun aja kan?”

Dia juga mengingat makanan kesukaan Bening dengan cepat. Sampai saat ini, Garda masih tidak ada celahnnya, dia benar-benar sempurna dalam berbagai sisi. “Iya, makasih.”

“Kita makan sama-sama di sini, bareng Hadi juga. Kamu tunggu sebentar lagi ya?” Dan tanpa mendengar jawaban Bening, Garda pun memutuskan untuk berlalu dari sana. Membeli bakso, pun karena jaraknya cukup jauh, Garda memutuskan untuk mengendarai NMAX hitamnya ke kedai bakso langganan ia dan keluarga. Termasuk Hadi.

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang