~~••~~
“Agak marah tapi gue harus tabah.”
Padahal saat ini, Garda tengah membaca riwayat pasien gigi yang akan datang di waktu mendatang tapi Hadi, seperti biasa akan masuk ke dalam ruangan kerjanya begitu saja.
“Padahal gue udah ngincer Bening dari jaman kuliah, anaknya baik, ceria, lucu.”
“Selera kita emang sama,” ujar Garda tenang dengan mata yang tetap fokus pada lembaran kertas di depannya.
Hadi menarik napas dalam. Nampak frustasi. “Tapi kan modelan cewek kayak gitu banyak banget. Kenapa lo harus suka sama Bening sih? Yang lain aja ngapa!”
“Karena … Nuansa berbeda. Dari pada banyak protes, mending lo ngucapin selamat karena nikahan kami akan terlaksana di waktu yang cukup dekat.”
“Selamat,” ucap Hadi.
Dan siapapun nampaknya tahu kalau laki-laki itu mengatakannya dengan penuh paksaan. Syarat akan ketidakikhlasan.
“Tapi gue makasih sama lo.” Kali ini Garda menyingkirkan riwayat pasien dari tangannya dan menatap pada Hadi dengan seksama. “Karena lo waktu itu, pada akhirnya Nuansa mau mengambil keputusan dalam waktu yang cukup cepat. Makasih banyak atas dukungannya ya Di.”
“Awas aja kalau lo enggak bisa bahagiain Bening nanti. Gue ambil, gue rebut dia dari lo.”
“Gue bakalan usaha.”
“Emang yakin lo bisa bikin dia bahagia? Mengingat selama ini hidup lo datar banget Da. Enggak pernah deh lo barang sekalipun ngurusin romansa-romansa sama cewek. Gimana lo tahu cara bahagiain Bening nanti?"
Kedua tangan Garda terlipat di dada. Senyum yang menambah manis wajahnya pun terbit. “Kita manusia, punya feeling dan insting. Mungkin hal itu bisa dipake.”
Jari telunjuk Hadi naik dan bergerak ke kanan dan ke kiri. “No, no, no, salah besar lo. Cewek itu enggak cukup dihadapi sama feeling dan insting aja. Harus ada teori dan pengalaman. Pengalamannya bisa lo contoh dari orang-orang yang udah marriage. Bang Bima misalnya? Atau Om Gema? Iya, bokap lo tuh. Makanya dia bisa bertahan sama emak lo sampai sekarang. Beda sama bokap juga nyokap gue yang cerai.”
“Di.” Garda duduk tegap dengan cepat sesaat setelah mendengar bahasan sensitif itu.
“Ck, kaku banget lo. Gue udah berdamai sama semuanya kali. Sama perceraian mereka dan sama pilihan bokap yang kini nikah lagi. Gak apa-apa. Santai aja.”
“Lo enggak ngafe? Atau pergi masak sana.” Akhirnya Garda mengalihkan pembicaraan karena bagaimanapun ia merasa kurang nyaman kalau harus membicarakan hal ini. Perceraian antara kedua orang tua Hadi.
Ia tak bisa untuk tak berempati pada Hadi yang memang sudah tak memiliki keluarga yang tidak utuh sejak kecil.
“Kalau gitu gue lanjut sekarang ke kafe. Mayan kan di sana ada Bening.”
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK!
Romance"Nikah yuk?" Bagaimana jadinya kalau orang yang baru kamu temui sebanyak dua kali tiba-tiba mengajukan ajakan pernikahan? Apakah kamu akan menerimanya? Atau justru kamu menolaknya? "Mas Garda ... gila ya?" Atau justru, jawabanmu sama seperti jawaba...