Nikah, Yuk! 50

907 146 142
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Bening menjatuhkan sebuah barang di dapur lalu mengaduh.

Dan tak lama kemudian, seorang laki-laki tergopoh-gopoh datang. Hanya mengenakan celana hitam kerjanya. "Kenapa?"

"Tangan aku kebakar Mas!"

"Hah? Kok bisa?" Garda buru-buru menarik Bening ke arah wastafel dengan panik. "Mana yang kebakar? Harus dialiri dulu sama air seengaknya lima menit."

"Yang ini."

Garda tanpa curiga langsung memutar keran dan menyimpan tangan sang istri di bawah kucuran air. Sedang di belakangnya, Bening tengah senyam-senyum sendiri. Tangannya tidak sama sekali terbakar kok. Ia baik-baik saja. Dan ia berbohong atas semua itu. Bening hanya ingin diperhatikan oleh sang suami.

Sembari modus sedikit, Bening menempatkan sebelah telapak yang lain di punggung telanjang Garda sembari mendesis, pura-pura kesakitan.

"Sakiiiit."

"Iya, sabar dulu. Kamu harus hati-hati kalau mau ngelakuin ini-itu, jangan teledor Bening."

"Bening buru-buru masak supaya bisa sarapan sama Mas Garda tahuuu. Kalau enggak buru-buru, Mas suka berangkat duluan. Sementara Bening enggak mau sarapan sendiri, enggak enak."

Kepala Garda memutar, melirik Bening yang kini menekan kedua belah bibirnya dengan ekspresi minta dikasihani. "Saya sarapan kok."

"Beneran ya?"

"Biar saya yang lanjut masak."

Tangan Bening yang bertempat di punggung Garda bergerak mengusap. "Enggak Mas, biar Bening aja. Ini kan keinginan dan bakti Bening sebagai istri."

"Tapi hati-hati kalau masak, okei?"

"Iyaaa."

Garda kembali menempatkan lurus pandangannya. "Dan, bisa kamu singkirkan tangan itu dari punggung saya? Enggak nyaman banget."

"Oh, maaf, tadi refleks ada di sana." Bening menahan senyuman lalu mengerutkan hidung. Ah, gemas sendiri pada sang suami.

"Nah, udah." Dikeringkannya tangan sang istri. "Enggak ... merah kan?"

"Iya, untungnya enggak. Ada Mas Garda yang bantu. Makasih ya Mas?"

"Hm, saya ke kamar dulu."

"Pakai baju yang rapi ya, gantengnya aku."

"Apaan sih?" Garda terlihat risi namun buru-buru berbalik dan mempercepat langkah ke arah kamar tanpa kembali melirik Bening.

"Pinter banget kamu Bening dan akhirnya, bisa sarapan sama Mas Suami." Buru-buru Bening menempatkan alat masak di atas kompor. Ia akan mengolah yang simpel-simpel dan cepat untuk sarapan sedang menu makan siang nanti akan dibuat dan dikirim dadakan. Agar makanannya bisa lebih hangat untuk dinikmati sang suami.

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang