Extra Chapter, Nikah, Yuk!

6.5K 294 0
                                        

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

"Kita periksa aja ke rumah sakit ya?"

"Sebentar Mas."

"Kamu mual lagi semenjak bangun tidur tadi loh, Nuansa."

Bening mengembuskan napas. Entah kenapa, pagi ini ia kembali mual-mual, padahal semalam, ia sudah lebih baik. Dan ya, ia hanya mual saja tanpa bisa mengeluarkan apapun dari perut.

"Bisa jadi kamu keracunan strawberry cake."

"Aku ke kamar mandi dulu sebentar."

"Mual lagi?"

"Enggak, aku mau pakai testpack."

"Nuansa?" Garda mendongak, menatap Bening yang kini sudah berdiri di hadapannya. Jantung lelaki itu berdetak, ingin segera meloncat dari tempatnya kala Bening berkata demikian. "Kenapa? Kamu telat datang bulan?"

"Harusnya sebentar lagi datang, Mas. Ini belum waktunya. Baru 26 hari sejak terakhir kali."

"Terus kenapa tiba-tiba kamu pengen pakai testpack?" tanya Garda. Tidak ada yang disembunyikan tentang keinginan mereka, tentang seorang anak yang disemogakan untuk segera hadir melengkapi keluarga yang tengah ia bangun. Tapi ia tak ingin menekan Bening untuk sesegera mempunyai, toh perihal keturunan, bukan mereka yang akan mengatur. Melainkan harus berserah kepada Sang Pencipta.

Dan sejak dua bulan lalu, Bening sudah mulai mengeluhkan, menyalahkan diri dan bertanya apakah dia memiliki kekurangan sehingga belum juga mampu memberikan momongan bagi Garda?

Sehingga kini, Garda tak ingin Bening mendapati kekecewaan yang sama. Ia tak ingin sang istri murung dan kembali terbebani.

"Ya karena mual-mual."

"Kita ke dokter aja ya, Nuansa? Siapa tahu kamu kayak gitu karena kemarin memang terlalu banyak memakan yang manis-manis."

"Mas, aku mau lihat dulu pakai testpack."

"Kamu yakin? Saya akan ijinin tapi kalau semisal hasilnya enggak seperti yang kita harapkan, saya enggak mau kamu murung lagi ya? Saya enggak mau kamu menyalahkan diri sendiri lagi."

"Iya Mas."

"Janji?"

"Janji."

Garda bergerak untuk memeluk Bening, menempatkan kepala di perut sang istri. "Selama ini, kita sudah berusaha, Nuansa. Tak lupa, kita juga memanjatkan banyak doa. Dan baik saya maupun kamu, sudah sangat berharap agar, seorang bayi hadir diantara kita. Tapi Nuansa, semuanya butuh waktu. Dan itu diluar kehendak juga kendali kamu maupun saya, jadi kalau pun belum hari ini, kita harus tabah, mungkin Allah menginginkan kita berduaan lebih lama."

"Iya Mas." Bening mengusap rambut Garda sekenanya. "Aku ke kamar mandi dulu."

"Iyaaaa." Cepat, Garda mengecup punggung tangan Bening, sebelum membiarkan sang istri melipir ke kamar mandi. Sedang ia masih mencoba mendudukan diri di tepian ranjang. Menunggu dengan cemas, membiarkan detak cepat jantungnya menggedor-gedor tulang dada. Sesekali, ruang kepala Garda penuh dengan pengharapan, dan berkali-kali, Garda mengusir pengharapan itu agar tidak membuatnya kecewa.

Detik ke menit terus berlalu, pintu kamar mandi nampak terbuka perlahan dan Bening yang wajahnya memerah penuh tangis tergambar di pupil mata Garda. Tangan kecil wanita itu naik memamerkan dua buah testpack. Dan dengan penuh kebahagiaan yang tertahan, Bening berkata, "Aku enggak tahu Mas, tapi ada dua garis di dua testpack ini."

Dan tubuh Garda memaksa untuk berdiri, dengan kedua kaki yang gemetar hebat. Ia mendekat pada Bening, memastikan ucapan sang istri. Dan benar saja di sana, ada dua garis yang membentang pasti. "Kamu ... hamil?"

"Mungkin iya? Harusnya iya kan Mas?"

Garda mengangguk. Lalu memeluk Bening yang nampak menduduki puncak bahagia sampai-sampai air matanya berlomba keluar. "Sayang."

"Kita periksa ya Mas? Sekarang ya Mas?" Bening memeluk erat Garda, kain baju lelaki itu ia genggam erat-erat, dan tak ingin melepasnya. "Mas."

"Sebentar, Nuansa. Saya mau peluk kamu dulu. Saya mau melepas semua rasa bahagia ini dalam hangat dekap kamu. Jangan kemana-mana dulu."

Bening mengangguk mengerti. Dan sungguh, hari ini adalah, hari terindah yang tak akan pernah Bening lupa dalam hidupnya.

^^^^^^^^

"Kita ke rumah Ummi sekarang? Atau mau kemana dulu? Ada sesuatu yang kamu mau?"

Bening masih menatap penuh kilat pada kotak susu di hadapannya. Dokter mengungkap, kehamilan Bening hampir mencapai satu bulan kalau dihitung dari HPHT. Dan tadi, ia serta Garda sudah langsung membeli susu hamil. Serta perlengkapan yang lain-lain.

"Kamu mau ngasih tahu Ummi, Mas?"

"Kabar bahagia ini, enggak bisa saya tunda-tunda lagi, Nuansa." Garda mencuri pandang sesaat, pada sang istri yang kini nampak cerah, kebahagiaan merasuk jiwa raganya. Dan semoga, kebahagiaan itu selalu menetap di sana. Terukir menjadi mata yang penuh gemerlap, disenyum yang mengembang, digerak serta geriknya yang manja.

"Iya, kita ke rumah Ummi saja kalau begitu Mas. Hati-hati bawa mobilnya ya Mas?"

"Iya, Sayang. Saya sedang menjaga dua nyawa yang sangat saya kasihi, cintai, jadi saya akan lebih berhati-hati."

Bening mengangguk mengerti dan mengelus perutnya yang masih rata. Jadi semenjak beberapa minggu terakhir, telah ada sosok yang mulai tumbuh di dalam sana. Ia bawa-bawa setiap saat.

"Mas?"

"Iya, Nuansa."

"Aku happy, bangeeet. Mas juga happy kan?"

"Lebih dari apapun, saya sangat bahagia. Nak, kehadiran kamu telah lama kami nanti. Baik bagi Papa, bagi Mama, bagi Kakek, Nenek, Om dan Tante-Tante-mu. Maka karena itu, tumbuhlah dengan baik, dengan sempurna di dalam perut Mama. Dan Papa mohon, sayangi Mama, cintai Mama, jaga Mama ya dari sana?" Garda mengelus pelan perut sang istri untuk beberapa detik sebelum tangannya kembali ke atas kemudi, menjalankan si roda empat untuk ke rumah sang Ummi.

Kedatangan mereka yang tidak disangka-sangka oleh sepasang paruh baya di rumah sana pun penuh penyambutan. Makanan-makanan langsung disajikan, minuman-minuman langsung disiapkan, sambutan hangat tak lupa melayang.

"Ummi, Baba, kedatangan kami ke sini di pagi ini, bukan hanya sekedar berkunjung dan melongok keadaan kalian saja. Melainkan ada sebuah kabar yang ingin Garda pun Nuansa sampaikan. Tentang hal yang amat sangat penting."

Air wajah Ummi berubah cemas, duduknya maju mendekati meja, di mana di sisi lain dari meja tersebut, Garda dan Bening tengah saling bertaut tangan. "Ada apa? Kalian baik-baik aja kan?"

Senyum-senyum geli nampak. "Alhamdulillah Ummi, Bening maupun Mas, kami berdua baik. Yang akan kami sampaikan saat ini kabar bahagia kok."

"Apa? Jangan bikin Baba penasaran anak-anak."

"Baba, Ummi, Garda ingin memberitahu kalau sebentar lagi, kalian akan mempunyai cucu baru. Cucu yang tumbuh di dalam rahim Bening."

"Bening .... hamil?" tanya Ummi dengan mata terbuka.

"Ya, Ummi, Bening hamil."

"Masya Allah, alhamdulilah." Ummi dan Baba saling memeluk.

Dan Garda serta Bening sudah memprediksi bahwa, setidaknya, beginilah orang tua mereka akan bereaksi.

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang