Hai haloooo bertemu lagi di hari Sabtu💕
Jangan lupa vote komen biar aku semangat buat upload yaaa
~~••~~"Baba tahu kamu itu belum pernah deket sama cewek manapun. Baba tahu kamu itu laki-laki dengan jiwa yang murni, Baba juga tahu kamu itu enggak pernah modus dan macam-macamin cewek yang bukan mahram. Tapi ...! Sekarang kamu sudah menjadi seorang suami, wahai budak nakal. Kenapa tadi kamu enggak peluk Nuansa, tenangin Nuansa, gimana kek gitu, melakukan sesuatu biar dia sedikit tenang karena keinget almarhum dan almarhumah kedua orang tuanya. Bukan cuma lihatin sambil cengo. Tangan kamu masih bisa gerak kan? Angkat! Lingkarkan tangan kamu itu di pundak Nuansa. Atau seenggaknya puk-puk lembut punggung dia."
Dan dengan mata yang tak lepas dari gerik tubuh Gema, Garda memperhatikan lelaki paruh baya itu yang nampak menggebu-gebu, seolah tengah mengumumkan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.
Sedang di dalam rumah sana, tepatnya di ruang tamu, Nuansa masih menangis, tapi sudah ditangani oleh Ummi. Karena Garda tak juga menuruti kodenya untuk menenangkan Nuansa, Ratih tanpa ragu menariknya untuk berdiri dan mendorong tubuh Garda begitu saja. Tak berhenti di sana, Gema juga langsung menyeret Garda, menarik bajunya untuk merangkak keluar rumah.
"Kamu tuh bener-bener enggak pengertian ya Garda. Kasihan tahu Nuansa. Kamu cintakan sama dia? Kamu nikah sama Nuansa karena sayangkan sama dia?"
"Ba, Garda ... terlalu malu untuk lakuin itu sekarang. Kami masih canggung satu sama lain. Meski udah kenal berbulan-bulan lalu, tapi kami belum benar-benar bisa intens dalam berbicara apalagi bersentuhan." Garda mencoba memberikan pengertian. "Baba ngerti kan?"
"Baba ngerti tapi ya coba dong! Modus dong meskipun tadi Nuansa lagi nangis dan itu memang bukan saat yang tepat buat kamu ngambil kesempatan dalam kesempitan."
Tarikan dan embusan napas nampak dari Garda. Dadanya mengembang sesaat sebelum kembali menyempit.
"Garda." Gema memegang salah satu sisi bahu Garda, lalu memberikan tatapan mendalam. "Tugas suami, lebih dari pada itu. Menenangkan istri menangis, membela kemarahan istri, menjaga mood istri, siap siaga kalau istri lagi haid, buru-buru beli seblak kalau istri lagi mau, wajib tanya mau dibeliin apa ketika kita pulang bekerja, dan harus bisa memuaskan istri. Memuaskan istri saat di toko perbelanjaan meski dia masuk store Channel atau Dior, juga memuaskan istri di ranjang, itu wajib terus—"
"Ba?" Garda memotong. "Iya, Garda dengarkan semuanya, tapi Garda enggak inget, bisa chat aja lewat WhatsApp enggak kewajiban-kewajiban itu?"
"Intinya!" Gema memberikan pijatan-pijatan penambah pegal di pundak Garda. "Kamu itu harus jadi lelaki sejati dengan cara membucini istri dan tak pernah membuat dia sakit hati. Sebagaimana Baba ke Ummi."
"Iya Ba."
"Karena itu, belajar dari sekarang. Kamu udah lihat praktiknya kan sebagaimana Baba memperlakukan Ummi aja, Nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH YUK!
Romance"Nikah yuk?" Bagaimana jadinya kalau orang yang baru kamu temui sebanyak dua kali tiba-tiba mengajukan ajakan pernikahan? Apakah kamu akan menerimanya? Atau justru kamu menolaknya? "Mas Garda ... gila ya?" Atau justru, jawabanmu sama seperti jawaba...