Nikah, Yuk! 3.9

715 71 4
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Garda menunggu Bening di sofa. Hingga tak sadar ia sudah tertidur entah berapa lama. Karena saat kedua tirai mata Garda terbuka, ia bisa menemui sang istri tengah lelap di depannya. Di sofa panjang yang berhadapan tepat dengan mata Garda. Tubuh Bening meringkuk nyaman, ditutupi selimut, damai raut di wajah cantik itu. Meski nampak ada sisa lelah di sana. Bening pulang pukul berapa semalam?

Melirik pada jam yang ada di dinding, waktu menunjuk pukul empat subuh. Sebentar lagi adzan akan menyambut mereka. Garda menyingkirkan selimut yang menghangatkannya. Mungkin Bening yang menghamparkan kain itu semalam dan menyangga kepala Garda dengan bantal. Mendekat, Garda mengusap pelan kepala Bening dan mencuri kecupan ringan di dahi sang istri sebelum beranjak.

"Mas."

Garda menghentikan langkah kala suara serak lembut terdengar.

"Kok kamu kebangun?"

"Iya."

"Saya ganggu kamu?" tanya Garda sembari berlutut di depan Bening yang kini sudah memposisikan diri duduk di atas sofa.

"Enggak, emang biasa bangun jam segini aja."

Digenggam kedua tangan Bening penuh dengan kehati-hatian, seolah Bening barang rapuh yang mudah untuk pecah. "Kamu semalam pulang jam berapa? Kenapa sekarang kelihatan capek?"

"Aku pulang dari kantor jam sepuluh. Macet panjang karena ada kecelakaan sampai rumah pukul dua belas kurang Mas."

"Pantes saya enggak tahu, kamu pulang selarut itu. Pasti kamu kecapekan kan?"

"Lumayan." Bening meringis.

"Kamu kemarin sesibuk apa sampai enggak lihat chat dari saya?"

"Iya, Bening baru lihat chat Mas pas udah sampai rumah. Makasih banyak udah beliin Bening tas. Bening suka banget. Udah lihat kok semalam di kamar. Bakalan langsung Bening pakai hari ini."

"Sama-sama, seneng rasanya kalau kamu suka sama tas yang udah saya beli."

"Mas semalam gimana? Makan malam sendiri?"

Garda mengangguk, yah, lagi pula ia sudah terbiasa untuk makan malam sendiri di rumah. Ia sudah mulai beradaptasi dengan kesibukan sang istri. Tapi melihat Bening kelelahan begini, Garda jadi tidak tega. "Omong-omong, kamu apa enggak bisa mengurangi kesibukan yang sekarang sedang kamu emban? Jangan pulang terlalu larut, jangan sampai membebani diri dengan pekerjaan yang terlalu berat. Kalau kamu sakit nanti gimana? Kamu tuh jadi karyawan terlalu rajin."

"Yah, aku suka kerja. Jadi mau gimana lagi? Mengisi waktu dengan kesibukan itu menyenangkan sampai kadang aku enggak sadar diri Mas."

"Kamu apa enggak mau mencoba mengisi waktu dengan hal yang menyenangkan lainnya?"

"Dengan apa, Mas?"

"Ya ... dengan berduaan dengan saya. Apa itu enggak menyenangkan untuk kamu?"

"Maaaaas." Entah kenapa, Bening kurang suka ketika membahas ini. Karena selalu dan selalu, ada perasaan bersalah di dalam diri Bening. "Bersama kamu juga menyenangkan tapi masa kita harus menghabiskan waktu setiap hari berduaan? Kan hidup itu enggak hanya berputar dipasangan."

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang