Nikah, Yuk! 3.7

900 125 116
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Garda, jujur saja ia tak ingin cepat-cepat untuk pulang. Mungkin karena kekecewaan yang Garda bendung belum benar-benar surut. Tapi karena yang meminta adalah seorang wanita yang benar-benar Garda sukai lebih dari siapapun di muka bumi, jadi setelah makan, Garda buru-buru beranjak membereskan semua barang ke dalam tas dan pamit pada Hadi

"Gue kira lo mau di sini sampai sore." Karena tadi Garda berkata begitu.

"Mau gimana lagi? Bening nyuruh balik."

"Bukannya lagi marah? Sebucin itu lo sama dia?" tanya Hadi.

Kedua bahu Garda menggedik. Tak bisa dipungkiri, mungkin karena perasaanya terlalu meluap pada Bening jadi, kekecewaan yang mendesak di dada kalah begitu saja dengan bujuk rayu wanita itu. Ah, bujuk rayu apanya? Bening belum membujuk Garda sama sekali. Ia hanya meminta pada Hadi agar Garda cepat pulang. Tapi sedikit banyak, hal tersebut membuat Garda serasa diperhatikan.

"Haduh, gawat banget. Kalau udah bucin mah, Bening ngapa-ngapain juga lo maafin kayaknya."

"Ngaco, gue balik sekarang." Garda mengangsurkan kepalan tangan ke arah Hadi. Yang dibalas oleh lelaki itu. "Assalamualaikum."

"Wa'alaikumssalam."

Kala urusannya dengan Hadi selesai, secepat kilat Garda menjalankan roda empat di jalanan. Entah kenapa ia tak sabar untuk sampai di rumah demi melihat Bening.

Membuka pintu, Garda pun mengucap salam. Tak lama, fisik Bening mulai nampak di hadapannya. Wanita itu cemberut lucu sembari mendekat dan menggenggam sebelah tangan Garda dengan kedua tangannya.

"Maaaaaas." Panggilan manja terdengar dari Bening. "Kamu ... marah kah Mas?"

Garda berdehem, tak mau cepat-cepat luluh. Ia ingin melihat apa yang akan Bening lakukan kalau ia merajuk. "Menurut kamu?"

"Aku tahu kamu marah dan kecewa Mas. Aku ngerti. Tapi ... maafin aku ya Mas? Aku juga enggak maksud buat bikin hari ini dan rencana kita kacau. Aku mau nonton sama kamu Mas. Apa daya? Hp aku mati di tengah-tengah meeting. That's why aku gak bisa ngabarin. Mana meetingnya lama banget. Kalau enggak ikut, sebagai cungpret baru, aku mana bisa. Maaf yaaaaa?" Bening berkedip-kedip meminta pengampunan Garda. "Aku janji bakalan ganti semua acara itu dengan hal yang lebih baik. Aku nurutin apa mau kamu untuk menebus kesalahan fatal yang aku buat. Jadi maafin aku."

Garda tak tahan, ia tak bisa melihat keimutan, suara halus dan bujuk rayu Bening. Jadi dengan mudah, kepala Garda mengangguk-angguk. Meski mereka tetap harus membicarakan masalah ini lebih lanjut. "Saya maafin kamu, tapi ada beberapa poin yang harus kita bahas dari kejadian ini, Nuansa."

"Iya, aku ngerti!" Bening bersemangat, kini mata wanita itu berbinar-binar. "Ayo kita bicara nanti. Tapi ... aku udah masakin makan siang buat kamu Maaaas. Bakalan enak banget kalau kita makan sama-sama. Kamu belum makan siang kan?"

Menelan ludah dengan susah payah, Garda pun bingung sendiri. Ia sudah makan siang dengan Hadi tadi. Tapi sang istri sudah memasakan makanan untuknya. Ah, apa yang harus Garda lakukan sekarang?

"Mas, kok diem sih? Kamu udah makan siang ya?"

"Belum Nuansa, kamu masak apa memang?"

"Aku masak hal istimewa. Iga bakar sama sambel plus nasi hangat. Coba kamu bayangin Mas. Enak banget kan? Ayo kita makan sekarang."

"Siap, ayo kita makan." Garda rasa, masih ada sedikit ruangan kosong yang tersisa di perut untuk menampung masakan sang istri.

"Nanti kita ngobrol di halaman belakang sambil ngeteh dan santai-santai ya Mas?"

"Iya, Nuansa."

^^^^^^^^^

"Bunga-bunga di sini, semenjak ada kamu, jadi subur ya Mas? Makasih kamu udah selalu telaten nyiram tanaman. Sejak ada kamu, semua hal yang enggak tertata di sini, kamu rapikan."

"Begitu kan suami-istri, harus bantu membantu. Harus saling melengkapi dan membenahi."

"Mas?"

"Apa?"

"Aku mau bunga."

Garda berdiri, memetik dua bunga berwarna kuning kejinggaan dan memberikannya pada sang istri.

"Ih, kok ini sih?" Meski begitu, Bening menerima dengan senang hati dan penuh senyum.

"Kamu memang mau bunga yang seperti apa?"

"Bunga yang udah ditata Mas. Yang udah jadi buket."

"Oh itu." Garda baru mengerti. "Saya belikan secepatnya ya?"

"Makasih Mas, aku tunggu."

Garda tersenyum. "Omong-omong, saya mau tanya sesuatu, Nuansa."

"Apa Mas?" tanya Bening dengan mata yang lekat menatap sang suami.

"Perasaan kamu, sudah gimana sekarang?"

"Baik, perasaan aku baik kok Mas."

Dongakan refleks dan cepat terlayang dari Garda. Bola mata kehitamannya membesar sesaat lalu dia menyanggah, "Bukan itu jawaban yang sama mau, Nuansa. Maksud saya, perasaan kamu ke saya. Apa ... kamu memiliki perasaan yang sama seperti apa yang saya rasakan ke kamu?"

"Memang Mas gimana ke aku?" tanya Bening.

"Suka, sayang, cinta, apapun itu namanya. Saya punya perasaan-perasaan itu untuk kamu Nuansa. Menjadi alasan sampai sekarang saya ingin mempertahankan pernikahan ini. Kalau kamu gimana?"

Bening terdiam sebentar, lalu berdehem. "Bening belum tahu Mas, maaf."

Meski pahit mendengar penuturan barusan, tapi Garda mengerti. Ya atas semua yang telah terjadi beberapa waktu lalu, tak akan mudah bagi Bening untuk memiliki perasaan terhadapnya.

"Tapi Bening enggak mau kehilangan Mas. Dan Bening juga enggak mau kalau pernikahan ini runtuh. Untuk sekarang, mungkin sampai sana dulu. Pelan-pelan ya Mas? Mohon pengertiannya."

"Iya, saya ngertiin kamu. Dan untuk itu Nuansa, saya kira kita butuh waktu sebanyak mungkin. Maksud saya, dengan kesibukan kamu, enggak akan mudah bagi kita untuk memperdalam hubungan ini."

"Maksud kamu?"

"Begini, saya rasa kesibukan kamu di kantor yang sekarang benar-benar gila-gilaan. Kamu bahkan kurang istirahat karena terlalu asik kerja, Nuansa. Saya sama sekali dan bukan bermaksud melarang kamu untuk berkerja tapi apa enggak bisa kamu berhenti dari pekerjaan yang sekarang dan kembali kerja di tempat yang lebih nyaman, misalnya di kafe?"

Air wajah Bening berubah dalam sesaat mendengar penuturan Garda. Ia tak menjawab ucapan sang suami dan berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara, "Mas tapi aku enggak bisa."

"Kenapa?"

"Aku senang kerja di sana, meski memang sibuk banget dan bikin aku kesulitan buat sekedar punya waktu beristirahat. Tapi aku punya banyak pengalaman dan pengetahuan baru Mas. Aku ngerti kalau kejadian hari ini bikin kamu kecewa tapi aku rasa, ini berlebihan. Meminta aku keluar karena kesalahan kecil seperti apa yang sudah terjadi, enggak masuk akal Mas."

"Saya minta maaf kalau saya menyinggung kamu." Garda jadi tak enak sendiri dengan ekspresi Bening. "Tapi saya mohon ke depannya, kalau kamu memang mau tetap bekerja. Kamu bisa memanajemen waktu dan seenggaknya luangin beberapa jam buat kita berdua. Buat hubungan ini. Kamu boleh anggap saya manja, tapi sesekali, saya juga mau dapat perhatian kamu, waktu kamu. Sesekali, saya ingin kamu hanya untuk saya. Maaf lagi, kalau saya egois."

"Oke, aku bakalan luangkan waktu sebisa mungkin dengan Mas. Aku juga minta maaf kalau belum bisa nurutin maunya Mas. Tapi aku janji Mas, bakalan lebih perhatian sama kamu."

~~••~~

see ya Sabtu depan atau 100 komen biar aku langsung update lagi?

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang