Nikah, Yuk! 49

484 91 56
                                    

~~••~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Skenario baru di hari baru.

Bening sadar bahwa cara beberapa hari yang lalu tidak terlalu memberikan efek yang menggetarkan.

Dan kali ini, Bening akan melawan Garda dengan sisi wanita yang ia punya. Jadi seusai masak, Bening buru-buru menyiapkan diri. Mandi, luluran. Menunggu magrib dan isya lewat lalu ia mulai berdandan.

Lipstik berwarna nude sudah mewarnai bibir dengan sempurna. Kedua pipi Bening tak luput dari bubuk pink agar lebih segar. Belum lagi, ia menyemprot parfum ke seluruh tubuh. Sentuhan terakhir, Bening memakai gaun yang cukup terbuka berwarna putih tulang. Bahannya satin yang membuat kain tersebut nampak berkilauan serta jatuh. Bening menyukainya.

Kala mematut diri di depan cermin, senyuman lebar pun melengkung bebas. Seumur hidup, baru sekali ini ia memakai pakaian yang cukup terbuka. Entahlah, bagaimana ia harus bersikap di depan Garda nanti. Jujur, agak sedikit malu. Belahan dada dari baju yang tengah dikenakan cukup mengekspos kulit. Kaki dan sepanjang lengannya terbuka.

Meski begitu, toh karena ini saran dari Fifah dan Neneng, jadi Bening lakukan saja.

Duduk di sofa ruang tamu, Bening mengambil ponsel dan menanyakan kepulangan Garda melalui pesan singkat.

Namun ditunggu beberapa menit, Garda tak juga membalas. Tak menyerah, Bening pun mencoba menelepon nomor sang suami. Di nada sambung ke tiga, suara Garda pun muncul.

"Apa?"

"Ih, Mas Garda! Dingin banget sih sama istri sendiri." Bening manyun, tak lupa intonasi suara pun sengaja dimanja-manjakan, begitu pula dengan gerak-gerik. Ia sangat menghayati peran ini. Peran menjadi sosok 'murahan' demi suami sendiri. Menggoda suami kan bukan dosa. "Maaaaaas."

"Nada suara kamu kenapa sih, Bening?"

"Kamu kapan pulang? Aku kangeeeeeen."

"Hai Nuansa, sabar ya, ini Garda lagi ada di rumah Ummi."

Mendengar suara yang sangat ia kenal dari ujung sana, Bening berdehem. "Oalah, Mbak Ayu? Maaf Mbak, Bening enggak tahu kalau Mas pulang dulu ke rumah Ummi."

"Loh, kamu enggak ijin dan bilang dulu toh sama istrimu?" tanya Ayu heran di ujung sana. "Kok jadi suami kayak gitu? Enggak mengerti perasaan istri. Kamu kalau kemana-mana bilang, ijin, biar perasaan istri tenang."

"Iya Mbak, maaf."

"Kamu nyusul aja Nuansa. Sambil marahin suami yang enggak tahu diri ini," titah Ayu.

Bening tertawa kaku, lalu menjawab, "Enggak apa-apa Mbak, enggak perlu, lagi pula Mas Garda sebentar lagi pulang kan ya?"

"Saya mau nginep."

"Enak aja! Mana bisa. Kalau mau nginep kamu bawa Nuansa ke sini sekalian. Jangan tinggalin sendiri, kasian dong dia. Nuansa, kamu nginep juga kan kalau Garda nginep?"

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang