Nikah, Yuk! 2.4

1K 108 3
                                    

Double update, tadinya mau hari Rabu, tapi bisanya hari ini, gak apa yaaa?

Double update, tadinya mau hari Rabu, tapi bisanya hari ini, gak apa yaaa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~••~~

Garda menunggu kepulangan Bening malam itu dengan duduk sendiri di teras. Pasti akan memakan cukup waktu mengingat kafe akan tutup pukul setengah sembilan dan Bening serta karyawan lain harus membereskan kafe terlebih dahulu.

Sesaat Garda mendesah, lelaki itu menatap kelamnya langit sebelum merenungi diri. Kenapa setelah menikah, ia tak kunjung bisa dekat dengan Bening? Padahal, seharusnya mereka berdua bisa lebih bebas. Apalagi mereka sering bertemu dan bahkan sudah hidup seatap. Tapi ia tak mengerti kenapa jarak itu tak juga terkikis malah Garda merasa, mereka semakin menjauh.

Belum lagi kesalahpahaman tadi di kafe.

Garda mengusap wajah. Tubuhnya sedikit merunduk, kedua tangannya saling bertaut di topang oleh lutut. Mungkin, hanya mungkin, ia belum berusaha lebih keras untuk mengerti bagaimana sosok Bening. Ia belum berasa cukup keras untuk memberikan Bening kebahagiaan yang seharusnya. Yang tidak membuatnya kesal seperti tadi. Garda memang salah mengambil keputusan.

Sesaat Garda berdiri karena sebuah motor berhenti di depan pagar. Terlihat seorang wanita yang sangat amat Garda kenal turun dari boncengan, melepas helm yang dikenakan dan memberikan barang tersebut pada tukang ojeg di depannya sebelum membuka pagar dan menapaki halaman.

Kala mereka berdiri berhadapan dengan jarak yang tidak seberapa, Garda pun berkata, "Kamu pasti capek."

Bening mengangguk. "Karena itu Bening mau istirahat."

"Udah makan malam?" Kedua tungkai Garda mengikuti kemana Bening pergi.

"Udah, tadi di kafe sama temen-temen lain."

"Oh, oke." Garda membiarkan Bening meninggalkannya sendiri di depan pintu kamar yang tidak benar-benar tertutup. Garda tahu diri bahwa Bening akan bersih-bersih dan tak akan nyaman kalau ia berada di dalam kamar.

Karena tak menemukan kegiatan lain, Garda memutuskan untuk makan. Tadinya, ia menunggu Bening agar bisa makan bersama. Tapi ia tak kecewa mengetahui kalau sang istri sudah mengisi perut. Karena akan tidak baik untuk kesehatannya andai Bening telat makan mengingat dia baru saja sembuh.

Usai makan, Garda membersihkan piring dan dapur. Tak lupa ia memastikan terlebih dahulu Bening sudah mengakhiri kegiatan bersih-bersihnya sebelum masuk menyusul ke dalam kamar. Ia terdiam sesaat mendapati Bening tengah menghadap laptop di meja kerja lalu berbalik ke arahnya dengan cengiran yang nyata dan mata berbinar-binar. Sebelah tangan kecil Bening terangkat, telunjuknya memuncak ke arah layar laptop sembari berkata, "Mas, aku ada panggilan kerja besok dari perusahaan Yuan Food."

Mendapati mood baik yang Bening tampakan, Garda pun tersenyum dan menganggukkan kepala bangga. "Selamat, ya."

"Aku besok ada wawancara Mas! Ya ampun enggak nyangka banget." Bening melupakan dalam sekejap kekesalannya pada Garda siang tadi karena berita gembira ini.

"Saya doakan semoga semuanya lancar besok."

Bening berterimakasih dan kembali berbalik menatap laptopnya sedang Garda segera duduk di sisi pembaringan tanpa mengintrupsi kegiatan Bening.

Garda, mungkin dia bahagia hanya saja di sisi lain ia tahu kalau, setelah Bening bekerja di perusahaan lain, waktu antara mereka akan sedikit terkikis. Pertemuan mereka tidak akan bisa intens. Paling-paling saat pulang ke rumah saja mereka berdua bisa berkomunikasi. Tapi di sisi lain, melihat kebahagiaan yang terpasang di wajah Bening malam ini, Garda tahu bahwa memberikan Bening ijin untuk bekerja adalah keputusan terbaik yang pernah ia buat.

^^^^^^^^^^

"Hari ini, apa harus saya antar kamu, Nuansa?"

Bening yang tengah memakai kerudung di depan cermin pun melirik pada Garda dan menggelengkan kepala. "Enggak perlu, Mas. Lagian aku enggak nyaman kalau diantar-jemput."

Enggak nyaman ya?

Garda tak membahas lebih lanjut kala itu karena Bening kembali melanjutkan ocehannya.

"Nanti kalau semisal aku keterima kerja, kamu enggak mungkin kan ngeluangin waktu sibuk kamu untuk ngantar jemput aku. Akan memakan waktu yang banyak. Jadi lebih efektif kalau aku membiasakan diri untuk berangkat sendiri sekarang. Toh kan ada mobil."

"Baik." Garda tak menimpali perkataan Bening lebih lanjut karena ia tak ingin membuat Bening merasa lagi-lagi tidak nyaman dengan sikapnya kalau ia terlalu berlebihan. Ia hanya akan mengikuti arus agar Bening bisa tetap berada di sisinya. Kalau Bening tak suka, mungkin pilihan terbaik adalah, Garda tidak memaksakan atau malah mengambil keputusan dengan asumsi sendiri sehingga terhindar dari kesalahpahaman seperti kemarin.

"Kalau gitu, aku berangkat sekarang." Bening berdiri, mengambil tasnya sesaat kemudian dan melewati tubuh Garda.

Merasa akan sangat aneh kalau ia membiarkan Bening pergi ke depan sendirian, Garda pun memutuskan untuk mengantarnya. Sampai pintu rumah saja.

Sebelum pergi, Bening dengan kaku menyalimi tangan Garda dan tersenyum.

"Hati-hati di jalan."

"Iya, Mas." Bening terdiam sesaat memandang Garda.

Tak mengerti akan maksud dari pandangan tersebut, alis Garda pun terangkat naik. "Ada yang ingin kamu ungkapkan atau tanyakan Nuansa?"

"Enggak cuma ... hari ini, kamu di rumah aja atau pergi ke suatu tempat? Kafe mungkin?"

Garda, menenggelamkan kedua tangannya ke dalam saku celana sebelum menatap rumah yang Bening tempati selama beberapa detik. "Saya enggak tahu. Bisa jadi saya di rumah aja hari ini."

"Begitu, Bening mungkin akan lebih lama nanti."

"Ya, silahkan." Garda tak mau mengekang Bening. Meski sebagai suami, Garda tak ingin Bening jauh dari tatapannya.

"Mas gak keberatan kalau semisal Bening enggak ada seharian di rumah?" tanya Bening dengan wajah kaget.

Garda ingin mengartikan kekagetan itu karena apa, tapi Garda mengurungkan semua pemikirannya, takut salah paham lagi. "Enggak."

"Oh, oke." Bening mengangguk, namun nampak kecewa.

Lagi, tak ada yang bisa Garda mengerti dari sikap wanita di depannya ini. Apa yang seharusnya Garda lakukan? Keputusan dan jawaban apa yang sebenarnya ingin Bening dengar keluar dari mulutnya?

"Sudah siang, Bening berangkat sekarang."

"Iya, silahkan." Garda mempunyai keinginan untuk mengecup kening sang istri sebelum Bening benar-benar berlalu tapi, aneh sekali, ia tidak memiliki keberanian yang cukup besar untuk memenuhi dorongan hatinya. Jadi dengan hampa, Garda memperhatikan Bening yang kini memasuki mobil dan menjalankannya melewati gerbang rumah dan terus melaju di jalanan.

Menelan ludah, Garda pun memutuskan untuk turun dan menutup gerbang. Saat berbalik, ia hanya menatap pemandangan rumah di depannya selama beberapa lama. Tak ada niatan untuk melangkan masuk lebih jauh karena entah mengapa, Garda tak bisa merasa sendirian di rumah itu. Tanpa adanya Bening, suasana di dalam sana selalu terasa asing baginya. Terlalu dingin dan sepi untuk ia yang biasa melihat banyaknya orang yang sering mondar-mandir di rumah Ummi dan Baba.

Dan karena itu, ada baiknya, ia juga mengakhirinya masa cuti lebih cepat dari yang seharusnya apalagi kalau Bening memang sudah mulai bekerja nanti. Ia tak ingin sendirian dan merasa hampa saat sang istri tidak ada.

Pun hari ini, menemui rencana acak di kepala, Garda berpikir bahwa lebih baik ia menyusul Hadi ke tempat kerja. Entahlah, secara tiba-tiba ia ingin menemui lelaki itu setelah sekian lama.

~~••~~

TBC

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN FOLLOW AKUN WATTPAD AKU YAA

NIKAH YUK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang