"Apa maksud ucapan kau barusan?"
Galang mengerutkan keningnya, bertanya dengan nada tidak suka kepada Indra yang fokusnya masih kepada Biru di depan sana.
"Hei!"
Akibat seruan itu, beberapa orang di sekitar mereka sedikit tersentak karena terkejut. Kemudian orang-orang mulai menjauhi mereka karena mulai mencium aroma perkelahian disini.
Galang sekarang berdiri tepat di depan Indra, menghalangi dirinya menatap Biru. Tatapan Galang jelas menghunus berusaha menunjukan kemarahannya kepada Indra.
"Tahu apa kau?"
"Heh"
Indra malah mendengus dan hal itu semakin memancing emosi Galang. Entah kenapa Indra seperti tengah meremehkan Galang. Dan itu semakin membuat Galang naik pitam.
"Memang siapa disini yang mau mempermainkan perasaan Biru? Kau tahu apa tentang kami berdua?"
"Hal itu mudah ditebak dari orang yang dilimpahi kekayaan sepertimu. Karena orang kaya biasanya selalu meremehkan orang yang ada dibawahnya."
Galang sadar kalau dulu dia memang seperti itu. Dia memang mempermainkan dan merendahkan Biru hanya karena sebuah tantangan bodoh. Tapi itu dulu, dia tidak akan melakukan itu lagi sekarang.
"Benar, kan?"
"Banyak omong kau!"
Kerah baju Indra dipegang erat oleh Galang. Kedua matanya sudah melotot sempurna, dan rahangnya mengancang dan kepalan tangan kanannya siap untuk mendarat di pipi Indra. Tapi, sebelum itu terjadi, Biru berseru!
"Kau, hentikan ini!"
Biru menarik Galang ke belakang, membuat Galang kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh. Dia kemudian mendongak dan bertemu Biru yang menayapnya dengan dingin.
"Kau gila! Apa yang kau coba lakukan kepada Kak Indra?!"
"Dia—"
"Diamlah!"
"..."
Sekarang Biru beralih kepada Indra. Memperhatikan seluruh tubuhnya, memastikan tidak ada jejak kekerasan dari Galang.
"Kak Indra baik-baik saja, kan? Dia tidak sampai menghajarmu, kan?"
"Tidak. Aku baik-baik saja."
"Kalau dia melakukan sesuatu. Segera katakan kepadaku. Biarkan aku memberinya pelajaran."
"Tenangkan dirimu, Biru. Aku sungguh baik-baik saja."
Galang yang telah berdiri meringis memperhatikan itu. Dia merasa sakit ketika Biru jelas membela orang lain dan menyalahkan dirinya. Namun, Galang tidak bisa menyalahkan Biru. Lagipula dia tidak bisa menahan emosinya dengan benar. Dan mungkin saja jika Biru tidak menghentikannya, Indra akan dipukulinya.
Pada akhirnya, akibat hal ini, Biru tidak mau membawa Galang bersamanya. Dia dan Dion lebih senang naik ke motor Indra. Mereka bertiga meninggalkan Galang di belakang dengan motor yang tidak bisa dikendarainya.
Selama beberapa saat, Galang hanya duduk di samping motor yang terparkir. Berharap Biru akan kembali menjemputnya. Namun, untuk waktu yang lama sampai hari semakin sore, tanda-tanda Biru akan muncul tidak pernah terlihat.
Beberapa kali orang-orang yang melihat Galang bertanya langsung kepadanya, namun mereka semua diabaikan oleh Galang. Pada akhirnya semua orang membiarkannya. Sekalipun dia terlihat menyedihkan, seperti kucing yang dibuang majikannya. Meringkuk menyedihkan dan cukup menyayat hati.
Karena hari semakin sore, Galang akhirnya memutuskan untuk mendorong motor. Kembali ke vila miliknya. Walaupun itu cukup jauh, setidaknya dia masih ingat. Dan dia tidak mau kemalaman di jalan tanpa pencahayaan lampu jalan.
Setelah beberapa saat berjalan, dia mendengar suara mobil berhenti di depannya. Dari bagian pintu penumpang, seorang pria turun. Selama beberapa saat tatapan mereka bertemu. Dan Galang adalah orang pertama yang menarik kedua matanya. Mengabaikan orang itu dan terus bergerak mendorong motornya.
"Berhenti."
Sekalipun dia mendengar suara Biru, dia masih merasa bersalah dan sakit hati ketika ditinggalkan sendirian. Galang mungkin terdengar cengeng, tapi itu benar.
"Berhenti disana."
Suara mesin mobil yang hidup menyamarkan suara itu. Perlahan mobil bergerak menjauhi mereka berdua. Namun, Galang tidak sekalipun menoleh ke belakang.
"Galang berhenti."
Kali ini, Galang tidak bisa membuat dirinya untuk tetap bergerak. Dia berhenti begitu saja, karena ini adalah pertama kalinya dia mendengar Biru mengucapkan namanya.
Galang perlahan menoleh dan melihat Biru datang mendekat. Dia mengambil alih motor yang dibawa Galang dan langsung duduk di depan.
"Naiklah. Kita pulang."
Mendengar itu, Galang benar-benar terenyuh. Dia perlahan naik dan berusaha membuat suara sekecil apapun. Dia tidak berani melihat wajah Biru di kaca spion motor. Dan sepanjang perjalanan, tidak ada satupun kata yang keluar dari mereka berdua.
Ketika mereka akhirnya tiba di vila, mereka berdua turun. Biru langsung masuk ke dalam, sedangkan Galang tetap diluar selama beberapa saat. Ketika Pak Agus bertanya kepadanya. Jawaban Galang hanya singkat.
"Tidak ada."
Setelah beberapa saat, Biru muncul di pintu, "Makanannya sudah siap. Kamu lapar, kan?"
Mendengar itu, Galang merasakan kehangatan di dadanya. Perasaan hangat itu menyebar dari hatinya ke seluruh tubuhnya. Dirinya yang tadinya lemah dan lesu, perlahan menunjukan senyuman kebahagiaan.
Galang mengangguk penuh semangat dan segera masuk ke dalam. Disana dia menemukan Dion yang tampak khawatir, "Paman Galang kemana saja, tadi?"
"Kakak tadi ada urusan, jadi pulang sedikit terlambat."
"Apa paman dan Kak Biru tengah berantem? Karena sejak tadi pulang, Kak Biru tampak sedih. Dia selalu berdiri di luar vila. Seperti tengah menunggu Paman."
"Benar kah?"
"Iya."
"Dion..."
Mendengar suara kakaknya, Dion segera berlari ke arah Biru. Dan tidak sengaja tatapan mereka berdua bertemu. Galang datang mendekat, "Aku minta maaf soal tadi. Aku memang bermaksud menghajarnya. Maaf karena tindakanku yang bodoh."
"Segera makan. Sebelum nasi dan lauknya dingin."
Biru langsung berbalik ke arah dapur, Galang segera mengikutinya dan berdiri di sampingnya.
"Jadi, apa itu benar yang dikatakan Dion barusan?"
"Jangan bicara omong kosong. Pergi dan segera makan."
"Siap!"
Galang tidak mau bertanya lebih lanjut, fakta Biru yang sedih dan mengkhawatirkannya, sudah lebih dari cukup untuknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/372070671-288-k791571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|
General FictionGalang Mahendra hanya menganggap Biru Samudera sebagai objek tantangan konyol. Setelah di tolak oleh Biru, Galang tetap tidak menyerah dengan tanyangan konyol yang mengharuskannya jadian dengan Biru. Galang berusaha melakukan segala cara agar Biru m...