"Lalu apa hubungan diantara Biru dan Indra?"
"Mereka seperti teman baik. Dan Indra adalah orang yang membantu Biru pindah ke daerah ini. Dia bahkan sampai rela meminjamkan rumahnya, untuk Biru tinggali. Selain itu, dia juga secara khusus menamai restorannya dengan nama Biru."
"Bukankah itu terlihat aneh?"
Sri tampak ragu-ragu selama beberapa saat, sebelum akhirnya menggeleng pelan. "Tidak. Karena saya tahu kalau Mas Indra itu orang yang sangat baik. Tidak hanya kepada Biru, namun hampir kepada seluruh orang. Dia sering membantu siapapun tanpa pandang bulu."
Galang tidak yakin apakah dia tidak senang mendengar jawaban Sri karena tidak menemukan kejelekan atau keburukan Indra atau apakah Indra yang memang terlalu sempurna. Pokoknya dia masih merasa tidak puas dengan jawaban itu.
Walaupun begitu, dia cukup senang kalau tidak ada hubungan apapun diantara Biru dan Indra. Setidaknya mereka memang tidak seperti itu. Walaupun itu tidak menutup kemungkinan Indra menyimpan perasaan kepada Biru.
Di hari berikutnya, Galang secara khusus memilih untuk berlibur. Lagipula sudah beberapa minggu terakhir ini dia menyibukkan dirinya di hotel dan vila. Dan belum sempat menjelajahi daerah ini.
Setelah selesai sarapan, Galang mendekati Biru yang tengah mencuci piring di dapur.
"Biru, bisakah kamu mengajak aku jalan-jalan?"
Biru berhenti dan menoleh, "Kau punya motor dan mobil kan, pergi saja sendiri."
"Tapi, aku tidak tahu harus kemana. Bisakah kamu menjadi pemanduku. Jika kamu merasa keberatan karena menyita waktumu, aku akan membayarnya. Bagaimana?"
Biru tidak langsung menjawab namun menyelesaikan pekerjaanya dulu. Galang dengan sabar menunggu.
"Jadi, bagaimana? Kita pergi sekarang?"
"Pergi?! Pergi kemana?!"
Dion tiba-tiba sudah ada di dapur, Galang sedikit terkejut mendapati anak laki-laki itu menatapnya dengan antusias. Seolah sangat gembira mendengar kata 'pergi'.
"Apa kamu tidak kasian . Dion hanya bermain di sekitar area sini. Dia hanya bermain dengan Si Hitam saja. Bukankah dia akan merasa bosan. Benar kan Dion?"
Galang dengan sengaja menggunakan Dion sebagai alasan. Dion anak itu menatapnya sedikit kebingungan, namun akhirnya mengangguk menyetujuinya.
"Iya! Dion mau jalan-jalan! Dion mau main!"
"Ayo, Kak Biru! Kita pergi! Kita piknik!"
Dion sudah lebih dulu bersemangat dia berlarian di area dapur, Galang tersenyum puas. Karena Dion sudah masuk dalam rencananya. Dengan dukungan dari Dion, dia yakin ini akan berjalan mulus.
"Tuh, kan. Dion juga mau. Benar kan yang aku bilang?"
"Baiklah. Kita akan jalan-jalan. Tapi, kakak mau masak dulu buat makan siang nanti."
"Oke, Kak Biru!"
Galang tersenyum lebar mendengar itu, "Aku bantu. Supaya cepat selesai. Kita tidak bisa membuat Dion menunggu lama."
"..."
Dalam waktu dua jam, mereka semua telah selesai mempersiapkan semua barang bawaan. Dan itu semua dimasukan ke dalam mobil jeep yang Galang sewa dari seorang kenalan Pak Anton.
Si Hitam juga tidak lupa mereka bawa. Di duduk bersama Biru di kursi penumpang depan. Sedangkan Dion duduk di belakang sendirian. Walaupun begitu, dia terlihat senang karena bisa bergerak dengan bebas.
"Ayo, Kak Galang! Kita berangkat!"
"Ayo!"
Galang berseru sambil menatap ke arah Biru, Biru membalasnya dengan memalingkan muka. Galang terkekeh karena merasa Biru terlihat lucu.
Galang langsung menghidupkan mobil dan mobil itu perlahan keluar dari garasi vila. Meninggalkan Pak Agus di tempat berjaganya.
Selama perjalanan, semua orang tampak sangat bahagia. Dion di belakang sangat cerewet. Dia bercerita banyak hal dan tidak sabar untuk segera tiba.
Si Hitam sudah turun dari pangkuan Biru dan duduk di kursi belakang bersama Dion. Mereka berdua tampak dalam percakapan. Dion seolah mengerti apa yang dikatakan oleh Si Hitam. Begitupun sebaliknya.
"Mereka benar-benar menggemaskan."
Kata Galang yang membuka pembicaraan, dia sekilas menoleh ke samping untuk melihat reaksi Biru. Biru tersenyum tipis dan mengangguk.
"Ya."
"Aku baru tahu, kalau kamu punya adik. Aku kira kamu anak tunggal."
"Hmm."
"Kalian sangatlah mirip. Aku sampai membayangkan, dulu ketika kamu masih kecil, pasti wajahnya persis dengan Dion. Begitu imut dan lucu."
"..."
Walaupun jawabannya sangat singkat. Galang sudah merasa puas.
"Jadi, tujuan kita sebenarnya akan kemana?"
"Jangan banyak tanya. Kau juga akan tahu nanti."
"Tapi, aku benar-benar penasaran. Jadi, bisakah kamu mengatakannya sekarang."
Namun melihat Biru menatapnya dengan diam, Galang menjawab, "Baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi."
Setelah beberapa saat berlalu, Galang kembali membuka mulutnya, "Ini adalah perjalanan pertama kita."
Biru menoleh ke samping dan Galang melanjutkan, "Sebelumnya, ketika kita masih di universitas, kita tidak pernah pergi liburan bersama. Bahkan menonton film di bioskop dan datang ke mal pun tidak. Mengingat itu, aku dulu merasa kecewa. Tapi, akhirnya ini bisa terbalas sekarang. Asal kamu tahu, kalau perasaanku ini sangatlah senang sekali. Aku begitu bahagia. Kita bisa bersama-sama."
"Aku tidak peduli."
Galang menghela nafas pelan, "Tidak apa. Dengan kamu tahu isi hatiku, setidaknya itu lebih baik. Dari pada tidak sama-sekali, kan?"
"Kak Galang bilang apa barusan?"
Dion tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka, matanya seolah penasaran dengan isi percakapan dua orang dewasa di depan.
"Dion, kembali duduk di belakang."
Biru memperingatkan adiknya untuk kembali. Namun Dion enggan. Dia menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Dion mau tahu!"
"Ini percakapan orang dewasa."
Atas jawaban Galang, Dion menoleh ke arah Galang. Dia menatap Galang dengan lekat, seolah meminta penjelasan lebih lanjut.
Galang yang merasa lucu atas respon itu, mengusap rambut Dion.
"Kakak tengah berusaha mendapatkan hati kakakmu."
"..."
"Apa Kak Galang suka Kak Biru?"
"Tentu saja! Kakak sangat menyukainya. Lebih dari apapun di dunia ini. Cinta kakak tidak bisa dibandingkan dengan luasnya lautan dan alam semesta."
"..."
"Itu luar biasa!"
Mata Dion berbinar-binar. Walaupun dia tidak terlalu mengerti maksudnya. Namun dia tetap tertarik. Disisi lain respon Biru berbeda, walaupun dia cukup kesal, ada rona merah di kedua telinganya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/372070671-288-k791571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|
General FictionGalang Mahendra hanya menganggap Biru Samudera sebagai objek tantangan konyol. Setelah di tolak oleh Biru, Galang tetap tidak menyerah dengan tanyangan konyol yang mengharuskannya jadian dengan Biru. Galang berusaha melakukan segala cara agar Biru m...