Chapter-58

435 51 7
                                    

"Bajingan!Terimalah pukulan ini!"

Galang dengan mata menyala yang sudah dipenuhi oleh emosi itu terus menyalurkan kemarahannya lewat kedua tangannya. Dia memukul Indra di bawahnya secara terus meneru.

"Kau!"

Indra akhirnya mengenali wajah Galang, saat dia hendak membalikkan keadaan, Galang sudah lebih dahulu menghindarinya dan menahan tubuhnya agar tetap berada di bawahnya.

Teman-teman Indra yang tadi masih ada di sekitar mereka sekarang pergi menghilang entah kemana. Galang tidak memperdulikan mereka, dia hanya punya urusan dengan...

"Pria menjijikan!"

"Apa yang kau katakan barusan?!"

"Kau pria rendahan?!"

Tidak berhenti dengan memukulnya, Galang mulai bangun dan menendang tubuh Indra dengan kedua kakinya. Sesekali dia menginjak tubuh Indra sampai beberapa suara tulang retak terdengar.

Dia sudah kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri, itu semua karena pikirannya sudah diselimuti oleh kabut emosi, menutup rasa kemanusiaanya dan menjadikannya terlihat seperti seorang binatang buas yang sangat brutal.

"Pffft..."

Indra di bawah tubuhnya masih sempat terkekeh pelan, padahal wajahnya sudah diselimuti oleh darah dari luka lecet dan tubuhnya memiliki bekas pukulan dimana-mana.

"Kau begitu membelanya?"

Tatapan meremehkan itu sangatlah membuat Galang marah, dia memegang wajah Indra dengan keras kemudian menampar pipinya dengan kencang sampai cairan meah menetes keluar dri mulutnya.

"Tutup mulut menjijikanmu itu!"

"Kau juga sama menjijikan seperti diriku! Hahaha..."

"Jangan samakan aku dengan bajingan seperti dirimu!"

"Tapi kau juga sama-sama ingin menikmati tubuhnya—

Kali ini pukulan telak kembali menghantam pipi yang sudah membiru itu. Indra yang sudah jatuh ke atas tanah terengah-engah. Dia terlihat lemah dan kesakitan tapi tatapannya masih menjengkelkan.

"Memangnya aku tidak tahu kalau kau dulu mempermainkan Biru karena sebuah tantangan?! Aku jelas tahu. Biru sendiri yang datang kepadaku dan menceritakan semuanya."

"..."

Walaupun mulutnya kesakitan, Indra masih bisa mengucapkan kalimat sepanjang itu walaupun diselingi oleh desahan karena rasa perih di mulutnya.

"Dulu aku bertanya-tanya, kenapa kau sampai mau bermain-main dengannya. Aku jadi penasaran setelah mendengar ceritanya. Dan akhirnya, aku juga melakukan apa yang kau lakukan."

"Kau!"

Galang memegang rambut Indra dengan kencang, membuat kepala Indra di tarik ke belakang. Tangan lain segera datang dan menghantam perut Indra.

"Ugh.."

"Berhenti bicara!"

"Pukul saja aku, karena dia hanya akan menyalahkan dirimu dan lebih mempercayaiku—

Setelahnya, Galang menendang perut Indra dengan keras dan membuat kesadaran Indra menghilang begitu saja.

"Apa yang kau lakukan!"

Galang membeku di tempatnya, dia perlahan menoleh dan bertemu dengan mata Biru yang begitu marah. Belum sempat dia mengatalan sesuatu, banyak orang-orang yang datang dan segera menangkap Galang. Galang kewalahan dan berusaha melepaskan diri, namun dia tidak bisa berkutik karena harus melawan banyak orang sekaligus.

Pasrah, Galang akhirnya mengikuti orang-orang yang menyeretnya.

***

"Katakan dengan benar, kenapa kau memukul anakku?!"

Seorang pria tua bertanya dengan nada berat dan kasar. Wajahnya sudah keriput dimana-mana, walaupun begitu dia masih mempertahankan kewibawaannya dengan pakaian dinas coklat yang menempel di tubuhnya.

"Tenang, pak."

"Bagaimana aku bisa tenang! Kau lihat sendiri, anakku babak belur dihajarnya. Kalau dia tidak segera ditangai, mungkin nyawanya ikut menghilang."

Pria yang Galang yakini sebagai ayahnya Indra itu berusaha untuk balas memukul Galang. Tapi, karena beberapa orang menahannya, ayah Indra tidak bisa melakukannya. Akibatnya, dia menyalurkan rasa frustasi dan marahnya itu dengan terus marah kepada Galang.

"Hanya karena kau pemilik hotel, bukan berati kau bisa seenaknya! Apa hakmu sampai melukai anakku seperti itu?!"

"Dia pantas mendapatkannya."

"Apa kau bilang?!"

Ayah Indra segera diamankan beberapa orang. Secara paksa diseret ke luar ruangan. Di ruangan kantor desa itu, sekarang hanya tersisa beberapa orang, termasuk Biru.

Galang berusaha melakukan kontak mata dengan Biru, namun pria manis itu selalu menghindarinya dan selalu diam sejak tadi dia dibawa.

"Jadi, jelaskan semuanya dengan benar."

Seorang pria lain yang memakai baju dinas bertanya dari seberang, Galang menghela nafas panjang kemudian menjelaskan semua kejadian dimana dia mendengar percakapan Indra bersama teman-temannya.

"Apa kau yakin itu semua benar?"

"Mereka jelas-jelas berbicara itu."

"Apa kau tidak berpikir itu mungkin saja hanya candaan diantara semasa pria."

"Bagaimana mungkin mereka bisa bercanda soal hal itu?"

"Kalau kau bisa, kenapa tidak dengan Kak Indra."

Itu adalah suara Biru yang menanggapi, namun belum sempat Galang membela dirinya, Biru sudah pergi keluar pintu. Apa yang dikatakan Biru itu benar. Dia dulu juga sama.

Mungkin ini adalah bentuk karma masa lalu?

"Dengar, kau menghajarnya secara sembrono. Dia tidak melakukan kejahatan apapun."

"Tapi, Pak..."

Galang masih tidak terima dengan tuduhan itu.

"Kita sampai disini dulu."

Tanpa penjelasan lebih lanjut, beberapa orang yang tersisa akhirnya keluar. Samar-samar Galang mendengar kalau ayah Indra meminta Galang untuk dipenjarakan. Galang meringis mendengar itu. Apa dia memang sembrono dan berpikir pendek?

Entah berapa lama waktu berlalu, namun sekarang sudah sore hari. Dia tahu itu karena sinara matahari berwarna oranye perlahan masuk melalui celah jendela.

Klik.

Suara gagang pintu terdengar di tarik ke bawah dan perlahan pintu kayu itu didorong dari bagian kuar dan menampilkan wajah Danu.

Danu menghela nafas panjang melihat Galang yang duduk dengan tubuh yang diikat ke kursi. Dia memijat dahinya dan datang mendekat.

"Kenapa kau bisa berakhir sampai sini, Galang?"

"Bagaimana Kak Danu bisa tahu?"

"Itu yang bisa kau katakan?"

"Hahah..."

"Masih bisa tertawa di situasi seperti ini?"

"..."

Danu tetap berdiri di tempatnya, melihat Galang dari atas ke bawah seolah tengah memindainya.

"Yah, setidaknya kau baik-baik saja."

"Aku lebih unggul daripada dia."

"Dengar, ayah dari bajingan itu begitu marah saat bertemu denganku. Dia bahkan hampir mau memukuli wajahku. Dia juga mengeluarkan sumpah serapah dan berbagai cacian kepadaku. Dan Mengancam hotel akan dia bakar sekarang juga."

"Tapi, Kak Danu berhasil mengatasinya, kan?"

"Ya."

"Itu bagus."

"Tapi, masih ada kabar buruknya."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang