Chapter-51

498 62 5
                                    

"Biarkan aku mengejarmu dan jangan tolak aku."

"Tapi, bukankah ini dua permintaan?"

"Jadi, kamu ingat itu?!"

"..."

Sial. Biru malah terjebak oleh pertanyaanya sendiri. Dia ingin menghindari topik ini. Namun, Galang sudah lebih dahulu duduk di depannya.

"Tidak apa jika kamu masih lupa. Tapi, aku mohon biarkan aku untuk tetap mengejarmu dan jangan sekalipun mendorongku."

"..."

"Aku tidak mau lagi mengulang hal yang sama seperti dulu. Kali ini aku benar-benar ingin memilikimu seutuhnya. Bukan atas perintah ataupun taruhan dari siapapun, namun murni dari dalam diriku."

"..."

"Kamu mungkin tidak bisa langsung menerimaku setelah apa yang aku lakukan. Namun, beri aku kesempatan, oke?"

Galang terlihat sangat tulus. Namun, dulu dia juga sama terlihat tulusnya. Biru masih bimbang karena dia takut. Hal lama kembali terulang lagi nantinya.

"Aku..."

Biru hendak menolak itu, tapi suaranya tertahan di tenggorokannya. Saat ini dia merasa tidak berdaya. Melihat kedua tatapan yang menyedihkan dan penuh pengharapan persetujuan dari Biru. Galang masih sadar kalau wajah tampannya itu, adalah salah satu titik kelemahan Biru juga.

"Kamu pasti takut, kan?"

Biru tersentak karena Galang bisa menebaknya dengan benar.

"Takut aku akan melakukan hal yang sama seperti dulu lagi? Aku bisa memahaminya. Pegang kata-kataku, jika aku menyakitimu seperti dulu, seumur hidup aku akan melajang."

"T-tunggu, a-apa?"

"Ingat sumpahku ini!"

Biru tidak merespon selama beberapa saat. Dia hanya kaget dimana Galang tiba-tiba bersumpah padanya. Kenapa pula dia mau melakukan hal itu? Hal sejauh itu?

"Tapi kenapa?"

Suara Biru terdengar lemah. Lagipula mereka sama-sama pria dan mereka tidak mungkin bersama. Sekalipun mereka bisa bersama untuk saat ini, bagaimana untuk kedepannya nanti? Bagaimana dengan keluarga Galang. Apa mereka benar-benar mau menerima itu?

Bahkan sebelum hubungan mereka kembali dimulai, Biru sudah memikirkan dampak buruk di kemudian hari. Dia tidak bisa menghentikan dirinya untuk mengkhawatirkan masa depan.

"Kamu satu-satunya untukku. Dan aku tidak mau kehilanganmu untuk kedua kalinya."

Apa Biru harus sedih atau senang atas pernyataan cinta ini. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan kasih sayang atau cinta sebesar ini dari siapapun. Tidak dari ibunya ataupun ayahnya sekalipun.

"Jadi, bisakah kamu tidak menolak saat aku berjuang mendapatkan hatimu kembali?"

Tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Biru, namun Biru mengangguk pelan. Dia takut akan kemungkinan Galang yang melakukan hal yang sama seperti dulu atau kemungkinan masalah lain nantinya. Tapi, dirinya tidak bisa menahan godaan ini.

Biru jelas merasa payah.

Padahal sebelumnya dia bertekad untuk tidak fokus kepada hal lain selain Dion, tapi disini dia setuju atas permintaan Galang.

"Terima kasih!"

"Eh!"

Tubuh Biru sedikit terdorong ke bagian batang pohon, membuat punggung dan pohon saling bertabrakan. Belum sempat memahami situasi apa ini, dua tangan lebar dan besar memeluk pinggang Biru dengan erat dan ada wajah diantara bahu dan tengkuknya. Membuat Biru sedikit gemetar.

Tubuh Biru dan Galang begitu dekat.

"Terima kasih, Biru. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Biarkan aku menunjukan kepadamu, kalau aku sungguh-sungguh."

Galang masih berbicara dengan wajahnya yang terkubur di area lekukan tengkuk dan bahu Biru. Nafas yang keluar saat dia berbicara membuat tubuh bereaksi. Dia merasakan kesemutan dari area itu ke seluruh tubuhnya.

"Kamu begitu harum."

Perlahan-lahan Galang mulai menelusuri area tengkuk Biru dengan hidungnya. Dia menjelajah area sensitif Biru dengan hidung nya.

"Kalian sedang apa?"

Biru segera mendorong tubuh Galang dengan kencang. Membuat Galang jatuh di atas tanah. Dion berdiri bersama Si Hitam disampingnya, diam menunggu jawaban.

Kedua matanya yang polos malah membuat Biru semakin malu. Wajahnya sudah memerah seperti tomat matang. Dion datang mendekat dan memegang wajahnya.

"Pipi Kak Biru sangat merah!"

Galang di sisi lain yang kesakitan di sepanjang punggungnya segera bangun dan memeriksa wajah Biru. Dia juga menemukan tidak hanya pipi Biru yang merah, namun kedua daun telinga dan tengkuknya juga sama.

"A-aku pergi!"

Biru gelagapan dan segera bangun, dia berlari sekuat tenaga. Meninggalkan tatapan kebingungan Dion dan Si Hitam dan tatapan bahagia dari Galang.

***

Biru berjalan-jalan di sepanjang hamparan padang savana yang cukup luas. Sesekali dia melihat ke bawah, dimana ombak air yang cukup ganas menyerbu batuan di tebing secara bersamaan.

Matahari perlahan mulai tidak terasa panas lagi. Apalagi langit juga sudah mulai berwarna jingga. Tanpa melihat jam, Biru menebak kalau sekarang sudah hampir sore. Sudah saatnya bagi dia dan yang lainnya untuk pulang.

Dia pergi ke tempat yang sama dimana dia melihat mereka bertiga tengah bermain bersama. Mereka semua tengah menggaruk tanah dan membuat lubang dan mengisinya dengan air. Seperti tengah membuat kolam air kecil.

Sungguh pemandangan yang bisa menyejukkan hati.

"Ehem."

Biru berdehem dan membuat fokus semua orang beralih kepada dirinya. Dia jadi merasa menyesal karena ditatap seperti itu.

"Berhenti bermain, kita harus segera pulang sebelum malam."

"Oke, Kak Biru!"

"Iya, Biru."

Meong.

Mereka semua patuh dan segera membereskan semua barang-barang mereka. Karena semua makanan sudah habis, barang bawaan menjadi lebih ringan dari sebelumnya. Dan Biru kembali memimpin di depan. Menuntun Dion di sampingnya.

"Apa Dion senang?"

"Iya, Dion sangat senang sekali! Terima kasih Kak Biru."

"Terima kasih juga sama Paman."

"Terima kasih Paman Galang!"

"Pfft."

Biru senang mendengar adiknya patuh memanggil Galang dengan sebutan paman. Dia bisa melihat wajah Galang yang menahan kesal.

"Iya, sama-sama, Dion. Tapi paman minta satu hal sama kamu."

Galang berjongkok di depan Dion. Memegang tangannya.

"Waktu itu, kan paman sudah membelikanmu ikan cupang. Sebagai balasannya, bantu paman untuk mendapatkan hati kakakmu, bisa?"

"Tidak masalah! Dion pasti akan bantu."

"..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang