TSK-64

35.9K 2.3K 428
                                    

Thankyou semangat kalian buat nyepam komen dan vote🫶🏻 jgn lupa follow WiwiRamadani dan ig @wiwirmdni21

Gedung tinggi dengan lahan yang luas itu menjulang di hadapannya, tampak suram di bawah langit malam. Liona telah sampai, namun beberapa orang bersenjata langsung mengadang mobilnya. Tatapan tajamnya menyapu area di sekitar gedung, tidak ada waktu untuk negosiasi atau halangan apa pun.

Tanpa ragu, Liona langsung mengeluarkan pistol dari balik jaketnya dan menembaki para penjaga itu dengan presisi. Suara letusan senjata api memecah keheningan malam, membuat beberapa orang di sekitar gedung berlari panik. Beberapa dari mereka langsung tersungkur ke tanah tanpa sempat memberikan perlawanan.

Mendengar suara tembakan, para penjaga lainnya berlarian keluar dari gedung, tetapi mereka tak siap menghadapi serangan mendadak dari Liona. Dia terus menembak dengan dingin, tanpa memperlambat langkahnya sedikit pun. Tidak ada waktu untuk membuang energi menghadapi mereka semua satu per satu.

"Masuk!" perintah Liona kepada orang-orangnya yang berada di belakangnya. "Jangan biarkan satu pun dari mereka menghalangi kita!"

Anak buahnya segera berhamburan keluar dari mobil, menyerbu masuk dengan senjata terhunus. Liona bergerak cepat, mendobrak pintu masuk gedung sambil terus menembak siapa pun yang mencoba mendekat.

Setiap langkahnya semakin mendekatkan dia kepada Arion, dan perasaan khawatir yang tadi menekan hatinya kini berubah menjadi fokus mematikan. Pandangannya hanya tertuju pada satu tujuan: menyelamatkan Arion sebelum bom itu meledak.

Bau bensin yang menyengat tiba-tiba menyeruak di hidung Liona, membuatnya menghentikan langkah di lorong panjang gedung itu. Napasnya tercekat seketika, dan tatapannya beralih liar ke segala penjuru. Pupil matanya melebar, mencoba mencari asal sumber bau itu.

"Keluar! Sekarang!" Liona berteriak dengan suara penuh emosi kepada anak buahnya. Nada suaranya tajam, bergetar oleh kegelisahan yang mendesak. Tatapan matanya, yang biasanya penuh keyakinan, kini dipenuhi kekhawatiran yang mendalam. "Keluar dari sini, cepat!"

Suara langkah kaki anak buahnya terdengar berlarian menuju pintu keluar, tetapi Liona tak bergerak. Dia masih berdiri di tengah lorong itu, terpaku oleh perasaan yang menghantui pikirannya. Harapan dan kecemasan bercampur aduk, menyatu dengan bau bensin yang semakin menyengat.

Waktu terasa berjalan lambat, seperti detik-detik berdetak semakin keras di telinganya. Liona melangkah lagi, hatinya penuh ketegangan. Namun sebelum dia bisa menemukan Arion, suara ledakan yang memekakkan telinga mengguncang gedung dengan kekuatan dahsyat. Cahaya merah membara dan api yang berkobar menyembur keluar, menghantam lantai dan dinding di sekitarnya.

Gedung itu runtuh di depan matanya, meledak dalam semburan api yang menghanguskan segalanya. Liona terdorong ke belakang, jatuh terduduk di tanah. Tubuhnya terasa lumpuh, kakinya tak sanggup lagi menopang berat tubuhnya. Asap dan panas dari api terasa membakar kulitnya, tetapi itu bukan apa-apa dibandingkan dengan rasa panik yang kini mengoyak hatinya.

"ARIOOON!" Suara Liona melengking, menerobos gemuruh api dan suara kehancuran. Tangannya yang bergetar menyentuh tanah, mencoba bangkit, tetapi tubuhnya tak bisa bergerak.

"Arion!" teriaknya lagi, kali ini lebih keras, namun suara putus asa itu tenggelam di antara api yang berkobar.

Air mata mengalir di pipinya, bercampur dengan debu dan asap. Hatinya mencelos saat ledakan kedua menghancurkan bagian gedung lainnya.

BOOM!!

"Tidak, tidak mungkin..." gumam Liona, suaranya bergetar, nyaris tak terdengar. Kepalanya menunduk, bahunya terguncang oleh emosi yang tak tertahan. Ketakutan yang mendalam menghantam dadanya, membuatnya semakin tak berdaya.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang