TSK-67 ENDING

52.3K 2.3K 256
                                    

Selamat membaca🖤

Arion tertawa pelan, senyumnya masih melekat di bibirnya. "Kamu benar-benar manis kalau lagi merajuk, Li."

Liona mendengus, berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya. "Diam, Arion."

Namun, meski protesnya terdengar tegas, ada kehangatan dalam nada suaranya yang tak bisa dia sembunyikan. Arion memandangnya dengan lembut, merasa nyaman meski kondisi tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Liona menatapnya sejenak, lalu menghela napas dan kembali menatap langit-langit.

"Kamu harus sembuh dulu," ujar Liona pelan. "Aku nggak bisa kehilangan kamu sekarang."

Arion mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Liona dengan lembut. "Aku nggak akan ke mana-mana. Aku janji."

Di antara keheningan malam dan deru mesin-mesin rumah sakit yang monoton, keduanya menemukan kedamaian di sisi satu sama lain. Meskipun masa depan mereka masih diliputi banyak pertanyaan, saat ini, dalam kehangatan yang sederhana itu, Liona dan Arion tahu bahwa mereka akan terus berjuang bersama. Apa pun yang terjadi, mereka akan selalu menemukan jalan untuk kembali, bahkan setelah semua kekacauan yang telah mereka lalui.

Dan untuk saat ini, itu sudah cukup.

***

Setelah keluar dari rumah sakit, Arion akhirnya mengumpulkan seluruh keberaniannya. Hari itu dia ke rumah keluarga Liona bersama Ayah dan Kakak perempuannya. Suasananya terasa akrab, namun ketegangan yang terselubung menghiasi ruang tamu, terutama Arion.

Liona duduk di samping ibunya, merasa penasaran mengapa Arion datang ke rumahnya tengah malam. Ketika akhirnya Arion berdiri, wajahnya terlihat tegas namun penuh kelembutan. Dia melangkah mendekat ke tengah ruangan, lalu perlahan-lahan mengeluarkan  kotak kecil dari sakunya.

Seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju pada Arion. Liona terpaku di tempatnya, jantungnya berdebar kencang, tidak pernah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.

"Selama ini, aku berpikir bahwa semua yang kulakukan adalah untuk menebus kesalahan masa lalu, tapi setelah bertemu denganmu, Liona, aku sadar bahwa kebahagiaanku adalah bersamamu." Suara Arion terdengar rendah dan dalam, membuat ruang itu terasa begitu intim meski dipenuhi orang-orang.

Arion berlutut di depan Liona, matanya menatap dalam ke arah gadis itu yang masih belum sepenuhnya percaya pada apa yang dilihatnya. "Liona, maukah kamu menikah denganku?"

Ruangan terdiam untuk sesaat yang terasa abadi. Liona menatap Arion, hatinya terasa hangat dan ringan, seolah seluruh beban yang selama ini menyesakkan dadanya lenyap begitu saja. Dia melihat kesungguhan di mata Arion, dan itu adalah jawaban yang dia butuhkan.

Dengan senyuman yang mulai muncul di wajahnya, Liona menatap keluarganya sekilas, terutama pada bundanya yang meski terlihat serius, namun perlahan mengangguk seolah memberikan restunya. Liona kembali menatap Arion dan berkata, "Iya... aku mau."

Begitu kata-kata itu keluar dari bibirnya, seluruh ruangan bergemuruh dengan tepuk tangan dan sorak sorai. Arion tersenyum lega, berdiri, dan menarik Liona ke dalam pelukannya. Dia menyematkan cincin di jarinya, sebuah simbol dari komitmen mereka untuk menghadapi dunia bersama.

Liona memeluk Arion erat-erat, merasa bahagia luar biasa. Seluruh ketakutannya, keraguan tentang hubungan mereka, semuanya hilang, digantikan oleh perasaan manis yang menghangatkan hatinya. Kini, masa depannya bersama Arion terasa begitu pasti.

"Cieee akhirnya nggak nahan lagi ya," kata Alden dengan senyum terselubung.

"Iri bangett, bang lo gak malu apa di langkahin adik lo?" tanya Arka pada Alden.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang