TSK-65

37.2K 2.4K 555
                                    

Follow wattpad author duluu WiwiRamadani

Liona memeluk erat tubuh Arion yang mulai lunglai dalam dekapannya, rasa panik menyelimuti hatinya. Matanya menatap wajah Arion yang pucat, darah yang mengalir dari luka-lukanya semakin membuat hatinya mencelos. Dia tak bisa menerima ini, tak bisa membiarkan Arion pergi begitu saja.

"Arion...," Tatapannya yang penuh dengan air mata menatap wajah Arion, tetapi lelaki itu tidak merespons, hanya napasnya yang semakin berat, semakin lemah.

Liona menggigit bibirnya, ketakutan yang begitu mendalam menghancurkan keyakinannya. Dia tidak akan membiarkan Arion mati di sini. Dengan segera, dia berteriak kepada anak buahnya, "Bawa dia ke rumah sakit sekarang juga! Cepat!"

Anak buah Liona yang mendengar perintah itu langsung berlari mendekat. Mereka bergerak cepat, membantu Liona membawa Arion ke mobil. Namun, di tengah kekalutan itu, Liona tetap tidak melepaskan pelukannya dari Arion. Setiap detik terasa berharga, dan Liona tahu, dia tak bisa membuang waktu lagi.

Sesampainya di mobil, Liona duduk di kursi belakang dengan Arion di pangkuannya. Dia memangku kepala Arion, memeluknya erat, memberikan kehangatan yang tersisa dari tubuhnya. Tangannya yang gemetar terus mengusap lembut rambut dan wajah Arion, berharap sentuhannya bisa memberikan kekuatan bagi lelaki itu.

"Arion... kau berjanji...," suara Liona terdengar serak, dipenuhi dengan emosi yang nyaris tak terbendung. Air mata mengalir di pipinya saat dia mengangkat wajah Arion, menatapnya dengan tatapan penuh harap yang hampir putus asa. "Kau bilang tidak akan meninggalkanku. Kau berjanji untuk pulang dengan selamat...!"

Tangannya yang bergetar menyentuh wajah Arion, membersihkan darah di sekitar bibir dan pipinya. Tubuh lelaki itu terasa semakin dingin di bawah sentuhan Liona, membuatnya semakin khawatir.

"Arion, kau dengar aku?" Liona berkata dengan suara yang lebih keras, seakan berusaha membangunkan Arion dari batas antara hidup dan mati. "Kau tidak boleh meninggalkan aku! Kau harus bertahan, Arion! Kau... kau janji akan pulang dengan selamat! Ingat?!"

"Aku di sini, Arion. Aku tidak akan membiarkanmu pergi," bisik Liona pelan, matanya tertuju pada wajah Arion yang lemah. "Kau harus bertahan... demi aku. Demi janji kita."

Mobil melaju kencang menuju rumah sakit, tetapi bagi Liona, setiap detik terasa lambat dan menyakitkan. Suara klakson, bunyi mesin mobil, semua tenggelam dalam kepanikannya. Hanya ada satu hal yang memenuhi pikirannya: menyelamatkan Arion, apa pun yang terjadi.

***

Liona merasakan jantungnya seolah ingin berhenti saat memandang wajah Arion yang semakin pucat. Tetesan darah yang mengalir dari luka di tubuhnya membuatnya semakin panik. Tangannya yang gemetar dengan hati-hati membersihkan noda darah dari wajah Arion, berharap bahwa hal itu akan membantu.

Namun, di tengah rasa takut dan putus asanya, tiba-tiba tangan Arion yang lemah terangkat, menyentuh pipi Liona dengan lembut.

"Liona..." bisik Arion dengan suara yang nyaris tak terdengar, bibirnya bergetar.

Liona terdiam, terkejut. Sentuhan tangan Arion yang dingin dan gemetar di pipinya membuat hatinya semakin sesak. Arion dengan susah payah menggerakkan tangannya, mengusap air mata yang mengalir deras di pipi Liona. Tangannya tampak lemah, tetapi dia berusaha keras memberikan sentuhan itu.

"Jangan... menangis," kata Arion dengan suara serak, bibirnya melengkung menjadi senyuman kecil yang nyaris tak terlihat.

Mata sayu Arion menatap Liona dengan lembut, seolah berusaha menenangkan gadis itu meskipun tubuhnya sendiri sudah berada di ambang batas. Senyuman itu, meskipun lemah, memancarkan ketulusan dan kasih sayang yang membuat hati Liona semakin remuk. Air mata semakin deras mengalir di wajahnya, dan Liona menggeleng dengan cepat, tidak sanggup menerima kenyataan ini.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang