S2 <18>

570 81 16
                                    

Ni-ki membuka matanya saat merasakan sinar matahari mulai menerpa wajahnya.

"Hyung" gumamnya, biasanya dirinya akan di bangunkan oleh hyungnya "ah, ini bukan di rumah" ni-ki mendudukkan tubuhnya "ni-ki mau pergi dari sini" gumamnya, dirinya memegang perutnya.

Semalam dirinya tidak makan malam, ni-ki berjalan menuju pintu, dan bersyukur pintu itu tidak terkunci.

Dengan perlahan ni-ki berjalan keluar dari kamar, melihat ke sekelilingnya, rumah ini begitu megah baginya, banyak interior mewah di sana.

"Pintu keluar di mana ya?" gumamnya sambil terus berjalan, hingga dirinya menemukan sebuah tangga, di bawah, dirinya melihat sebuah pintu besar yang dia yakini itu pintu keluarnya.

Dengan semangat ni-ki menuruni tangga, lalu berlari ke arah pintu.

Ni-ki mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga, pintu itu begitu berat untuk anak seusia ni-ki.

Namun ni-ki di buat terkejut saat ada Hyunjin di depan pintu, sepertinya lelaki itu baru saja keluar.

"Mau kemana hmm" ni-ki di buat gelagapan saat Hyunjin menatapnya tajam.

"Ti-tidak, ni-ki hanya penasaran dengan pintu ini" jawabnya dengan bohong, bagaimana bisa dirinya mengatakan jika ingin pulang, atau kabur.

"Hmm, kau berbohong boy" ni-ki menggelengkan kepalanya kuat, Hyunjin menghela nafas singkat, lalu kembali menggendong ni-ki, membawa anak itu ke kamar mandi di sebelah dapur, lalu membasuh muka ni-ki.

Ni-ki yang kaget langsung saja membuang mukanya, dan memeluk erat leher Hyunjin, setelah itu Hyunjin membawa anak itu ke ruang makan.

"Makan" hyunjin mulai menyuapi ni-ki, ni-ki hanya menurut saja, terlebih dirinya juga merasakan lapar di perutnya.

"Mandi?" Ni-ki mengangguk, tubuhnya sudah terasa lengket sekarang, Hyunjin membawa ni-ki ke kamarnya untuk memandikan anak itu.

🐥

Selesai mandi, ni-ki duduk di atas kasur sambil menonton kartun dari tv yang berada di kamar itu.

Sementara Hyunjin tengah mandi, ni-ki hanya diam menatap televisi itu dengan berbinar.

Cklek

Hyunjin keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapinya, terkekeh pelan saat melihat ni-ki nampak berbinar saat menonton televisi.

Hyunjin menghampiri ni-ki, lalu mengeluarkan sesuatu dari dari laci meja di sebelah ranjang.

Ni-ki yang terlalu fokus pada televisi tidak menyadari keberadaan Hyunjin, Hyunjin memasangkan kalung ke leher ni-ki.

Ni-ki yang terkejut langsung menoleh "ini kalung yang di siapkan oleh mama kamu dulu" ni-ki memegangi liontin kalung itu, begitu indah dengan kristal yang menyala saat terkena sinar matahari.

"Jangan di lepas ya, kalung ini sudah menunggu ni-ki begitu lama" ni-ki mengangguk semangat, ni-ki berjalan ke cermin yang tersedia di sana, lalu menatap pantulan tubuhnya.

Dirinya terfokus ke kalung tersebut, tersenyum bahagia sambil menatap kalung tersebut.

Hyunjin hanya mampu terkekeh saat melihat anaknya itu sangat bahagia.

"Ni-ki diam di sini oke, papa akan keluar sebentar "iya" jawab anak itu, Hyunjin lalu pergi dari kamar.

Ni-ki yang melihat Hyunjin keluar kamar langsung mengintip dari balik pintu, apakah papahnya itu sudah pergi jauh dari kamar, lalu melihat Hyunjin masuk ke salah satu ruangan.

Ni-ki langsung saja keluar dari kamar, beruntung kamar tersebut tidak di kunci, ni-ki langsung berlari melewati ruangan yang tadi di masuki oleh Hyunjin.

Namun dirinya berhenti di salah satu ruangan, di ruangan yang memiliki pintu berwarna merah darah.

Dengan penasaran ni-ki membuka pintu itu dengan perlahan, dan pintu itu ternyata tidak di kunci.

Ni-ki mengernyit saat di dalam ruangan itu tidak ada pencahayaan sama sekali.

Ni-ki berjalan lurus ke depan, ternyata ruangan itu memiliki lorong yang panjang.

Dirinya melihat sebuah cahaya di ujung, dengan semangat, ni-ki berlari menemui cahaya tersebut.

Langkahnya melambat saat melihat seseorang di ikat di sebuah kursi, wajahnya yang menunduk membuat dirinya tidak bisa mengenali pria itu.

Ni-ki mencoba mengangkat kepala orang itu, dan alangkah terkejutnya dirinya saat mendapati Kyota di sana.

"AYAAH" Serunya, Kyota yang sudah mulai lemas langsung menoleh ke arah ni-ki "ni-ki" ni-ki mulai menangis saat benar jika pria itu adalah ayahnya.

"Ke-napa ni-ki ada di sini" ni-ki tidak menjawab, dia lebih memilih membuka tali pada ikatan di tubuh Kyota.

"Hiks ayah masih hidup" ni-ki langsung memeluk Kyota, Kyota membalas walaupun sedikit susah karena tenaganya sudah tidak ada.

"Kenapa ni-ki ada di sini, di mana mamah"

"Hiks mama di bunuh om Giyu hiks ayah" Kyota menghapus air mata yang mengalir dari mata ni-ki.

"Pergi dari sini, di sini berbahaya" ni-ki menggeleng.

"Ayo pergi sama ayah hiks" Kyota menggeleng.

"Kenapa kamu ada di sini, ni-ki" ni-ki tersentak saat mendengar suara dari arah belakang.

🐥

Ting

Jay menoleh ke arah Heeseung "siapa?"

"Om Yuta"

"Kenapa?"

"Biar gw baja 'ada sedikit hal yang harus saya beri tahu ke kalian, selama ini ternyata Kyota belum tewas, dan orang yang di lihat ni-ki saat itu adalah adik kembar Kyota yang memang memiliki wajah begitu mirip dengan Kyota, kyota-lah yang membunuh sang adik, lalu kebur, dan saat itu ni-ki mengira jika itu adalah kyota' ch, kenapa ini tambah rumit" gumamnya.

"Perasaanku tidak enak Hyung"

"Sama Jay"

🐥

"Lepas hiks ayah, ni-ki mau ayah hiks" tangisnya saat Hyunjin langsung menggendong ni-ki.

"Diamlah" ni-ki terus menangis di gendongan Hyunjin, merasa jika hal buruk akan menimpa Kyota.

Hyunjin membawa ni-ki ke kamarnya, mendudukkan ni-ki di kasur, ni-ki yang merasa ada peluang langsung berusaha turun dari kasur, namun Hyunjin menahannya dengan cekatan.

Hyunjin mengambil sesuatu dari bawah ranjang, dia mengeluarkan sebuah rantai yang ujungnya tertanam di tanah.

Ni-ki memberontak saat Hyunjin memasangkan rantai tersebut di kaki kecil ni-ki "nggak hiks lepas" Hyunjin tersenyum miring melihat itu.

"Dengar, jangan membuatku marah maka kamu tidak akan terluka" ni-ki hanya diam dengan sesenggukan "ni-ki punya mulut" ni-ki mengangguk.

"Jawab jika kamu punya mulut"

"I-iya hiks" mendengar jawaban ni-ki, Hyunjin langsung tersenyum indah, senyuman yang bagi ni-ki begitu menyeramkan.

.
.
.
🐥TBC🐥

Happiness Ni-kiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang