S2 <4>

931 104 9
                                    


Taehyung meletakan dua buah berkas di meja, di ruang tamu itu sudah ada Heeseung dan yang lain.

"Apa ini?" Tanya Heeseung yang baru sampai.

"Ini sertifikat kepemilikan perusahaan NISHI Group, lalu ini" Taehyung mengeluarkan dua buah map di meja.

"Sertifikat rumah, dan sertifikat kepemilikan toko Kue" mereka menatap Taehyung.

"Jadi, om baru ingat, sekitar satu Minggu sebelum kejadian pembunuhan ayah ni-ki, dia memberikan sertifikat perusahaan dan rumah, sepertinya dia sudah memiliki firasat, lalu, dua tahun setelahnya, ibu ni-ki mendatangani perusahaan Om, dan memberikan sertifikat toko kue ini, mereka menitipkan semua ini untuk di berikan ke ni-ki jika dia sudah mampu mengelolanya" mereka mengangguk paham.

"NISHI Group bukankah salah satu perusahaan teknologi terbesar di jepang, bahkan perusahaan itu memiliki beberapa cabang perusahaan?" Tanya Heeseung.

"Benar"

"Lalu, setelah kematian orang tua ni-ki, perusahaan itu di kelola oleh siapa, tidak mungkin saudara ayah ni-ki, kan sertifikatnya ada di om?"

"Salah satu sahabat ayah ni-ki yang mengelolanya, kemarin om sudah bertemu dengannya" mereka mengangguk paham.

"Untuk sementara perusahaan itu akan tetap di tangan sahabat ayah ni-ki, nanti jika sudah waktunya, om mau kalian memberikan perusahaan ini ke ni-ki, begitu juga dengan toko kue dan rumah" mereka lagi-lagi mengangguk.

"Kalian masih menyimpan Black Card yang di bawa ni-ki?"

"Masih" seru Jay yang memang memegang dua black card pemberian mama ni-ki "ini" Taehyung memberikan sebuah kartu ATM "semua uang yang ada di black card itu sudah di transfer ke ATM ini, sandinya tanggal lahir ni-ki, uang akan selalu masuk setiap bulanya, itu di kirim dari perusahaan NISHI, 30% masuk ke ATM itu adalah uang perusahaan yang menjadi hak ni-ki, sisanya di pegang oleh sahabat ayah ni-ki untuk menggaji karyawan" mereka mengangguk.

Jay mengambil kartu itu "simpan, itu juga untuk tabungan ni-ki saat besar nanti" lagi-lagi mereka mengangguk.

"30%, bukankah itu terlalu sedikit?" Tanya Sunghoon.

"Itu sudah di perhitungkan oleh ayah ni-ki, 30% untuk ni-ki, 20% untuk sahabatnya, sedangkan sisanya untuk menggaji karyawan, dan keperluan perusahaan" Sunghoon mengangguk paham.

"Toko kuenya?"-Sunoo.

"Di tutup, tapi bangunan dan tanahnya masih milih ni-ki, ini kunci rumahnya, dan ini kunci toko kuenya" Jay mengambil dua kunci itu.

"Simpan baik-baik, ayah ni-ki dulunya anak buah mafia, dia memiliki musuh di dunia bawah, jadi, kalian jaga baik-baik ni-ki, mereka pasti kini mengejar Ni-ki dan mencari sertifikat itu" mereka mengangguk paham.

"Besok, temui teman ayah ni-ki, om sudah menyuruhnya untuk menunggu di cafe kalian, bawa ni-ki juga" mereka hanya bisa mengangguk.

"Om harus pulang, kalian jaga diri ya"

"Iya, hati-hati om" seru Heeseung, Taehyung mengangguk, lalu dia pergi dari rumah.

"Simpan ini semua ke berangkas" Jay mengangguk, lalu membawa sertifikat itu berserta kuncinya.

"Urusan dengan dunia bawah, gw jadi khawatir Hyung" Heeseung menatap Jungwon "kita tidak pernah berurusan dengan semua itu, apa nanti kita akan baik-baik aja"

"Tenang, kita pasti akan baik-baik aja"

🐥

"Hyung" Heeseung menatap Ni-ki yang mulai membuka matanya "sudah bangun?" Ni-ki duduk dari tidurnya.

"Hiks, huaa Hyung" Heeseung langsung memeluk ni-ki "lama, hiks iky mau sama hyung" mendengar hanya bisa tersenyum "nanti mau ikut Hyung?" Ni-ki menatap Heeseung.

"Kemana?"

"Keluar, hanya berdua, mau"

"Mau mau" Heeseung mengangguk "mandi dulu ya"

"Tadi udah"

"Mandi lagi, sana" Iky mengangguk, lalu pergi ke kamar mandi.

🐥

Ni-ki menatap bingung ke arah depan, dimana terdapat sebuah bangunan besar yang mirip rumah sakit.

"Rumah Rehabilitasi, Seoul, ini tempat apa Hyung?" tanya ni-ki setelah membaca tulisan besar di atas pintu masuk.

"Ada deh" Heeseung membawa ni-ki masuk, ni-ki berada di gendongannya.

"MINGGIR, MINGGIR, AKU MAU CARI ANAKKU" Ni-ki mengeratkan tangannya yang melingkar di leher Heeseung saat melihat seorang wanita tua tengah di pegang oleh dua orang berpakaian perawat.

"Hyung"

"Tenang ya, dia nggak papa kok" Heeseung berjalan, berniat melewati wanita itu yang sedang mengamuk "aaa kau penculik, itu anak ku" wanita itu terlepas dari pegangan dua orang perawat, dan langsung berlari ke arah Heeseung.

Heeseung langsung memunggungi wanita itu, berniat menyembunyikan ni-ki.

"Kembalikan, kembalikan, aku bisa melaporkanmu atas kasus penculikan ke polisi"

"Hyung hiks" Heeseung mencoba menenangkan Ni-ki dengan masih menghindari wanita itu.

"Kembalikan, itu anakku"

"Aw, ini adik saya" Heeseung berusaha menghindar dari amukan wanita itu.

"Bu, ayo kita kembali ke kamar ibu" dua perawat itu mencoba untuk mengendalikan wanita itu.

Merasa wanita itu sudah di pegang oleh dia dia perawat itu, Heeseung langsung berlari menjauh dengan ni-ki yang masih menangis di dekapannya.

🐥

Tok tok tok

"MASUK" Heeseung membuka pintu itu, lalu masuk ke sana dengan ni-ki.

"Selamat sore dokter Yoona"

"Sore Hee, kamu bukanya lagi di Daegu, ah duduk dulu" Heeseung duduk di kursi depan Yoona.

"Ya, seharunya Jay yang ke sini, tapi dia harus ke perusahaan"

"Oh, kamu pasti lelah"

"Tidak, ini juga demi adik" Yoona mengangguk.

"Iky" iky yang di panggil menoleh ke belakang, Yoona berjalan mendekat ke ni-ki "kenapa kok di gendong?" Tanyanya pada ni-ki.

"Duduk di sana mau nggak" tunjuk Yoona ke arah sudut ruangan, di mana di sana ada sofa dan beberapa mainan "mau?" Ni-ki mengangguk semangat.

Heeseung mendudukkan ni-ki di sana "main di sini, Hyung harus ngobrol" ni-ki mengangguk, lalu Heeseung kembali duduk di depan Yoona.

"Bagaimana awalnya?" Tanya Yoona sebagai awalan memeriksa ni-ki.

"Kalau nggak salah, kemarin sore dia di hadang preman, beruntung Sunghoon datang, setelah preman itu di bawa polisi, ternyata itu sudah iky" Yoona mengangguk.

"Sepertinya efek terkejut dan takut, cara untuk mengembalikan ni-ki dengan membangunkan jiwa aslinya" Heeseung mengernyit.

"Jadi, ketika jiwa lainya mengendalikan tubuh, maka jiwa lainya akan tertidur, dan selama ini, jiwa iky tertidur selama dua tahun lamanya"

"Bagaimana cara membangunkan jiwanya?"

"Sampai sekarang cara untuk membangunkannya belum ada, karena kebanyakan keluarga yang salah satunya memiliki kepribadian ganda lebih memilih untuk menidurkan tubuhnya"

"Tapi ini ni-ki udah tidur dua kali nggak kembali"

"Ini masalahnya, mungkin kita bisa menggunakan sebuah terapi"

"Terapi?"

"Terapi, tapi ini juga beresiko"

"Memang bagaimana"

"Mengingatkannya tentang apa yang terjadi dua tahun lalu"

.
.
.
🐥TBC🐥

Happiness Ni-kiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang