🚀 4 🚀

626 89 29
                                    

"Cotton-ah, kau sudah bertemu Seokjin. Bagaimana menurutmu orangnya?" Tanya Sandeul.

"Biasa saja." Jawab Jungkook. Ia teringat pembicaraannya dengan Seokjin tadi.

"Kau bisa memilih karakter berdasarkan keadaan, tergantung lawanmu memakai karakter yang mana." Kata Seokjin.

"Ooo....." Jungkook mengangguk-angguk.

"Dan satu lagi, saat kau sedang bermain sebagai support, jangan menggunakan item tier three support."

"Apa itu tier three support?" Tanya Jungkook.

Seokjin langsung menoleh ke samping, menatap Jungkook tanpa bisa berkata-kata.

Jungkook terkejut sendiri, ia baru sadar telah menunjukkan kebodohannya.

"Siapa yang mengajarimu main selama ini?" Tanya Seokjin dengan suara rendahnya.

"He...he...he..." Jungkook tertawa salah tingkah. "Bukankah kau bilang baru main game ini? Kenapa kau tau banyak? Kau melakukan research?"

"Aku hanya perlu melakukan beberapa kali battle untuk mempelajari game ini. Tidak perlu research karena semua yang aku bicarakan barusan adalah dasar permainan game ini." Sahut Seokjin.

Jungkook menggigit bibirnya antara malu dan kagum dengan Seokjin.

"Kau tidak berubah pikirankan?" Tanya Jungkook was-was.

"Tidak." Jawab Seokjin.

"Khol! Kalau begitu besok jam 9 di sini. Kau tahu, aku tidak bisa sembarangan keluar." Jungkook mengulang yang sudah disampaikan ke Seokjin sebelumnya.

Seokjin yang tadi tidak terlalu menganggap serius, sekarang agak kaget ketika mendengar jam 9 pagi. Namun ia dengan cepat menguasai dirinya. "Baiklah, besok jam 9."

"Hah?!!" Seru Sandeul kaget. "Baru kali ini ada yang bilang Seokjin biasa aja. Biasanya baik pria maupun wanita, tua ataupun muda, selalu terpesona dengan ketampanannya." Sandeul tertawa keras. Ia bergegas ke kamar Seokjin lagi.

"Jin! Baru kali ini ada yang bilang kau biasa saja!" Seru Sandeul dengan bahagia.

Seokjin mengangkat kedua alisnya.

"Cotton bilang kau biasa saja. Dia pasti orang dengan selera bagus." Ujar Sandeul senang.

Jungkook mendengarkan pembicaraan Seokjin dan Sandeul sambil tertawa kecil. Ia buru-buru mematikan gamenya karena Jimin mendadak muncul.

Seokjin tidak menanggapi Sandeul. Tangannya sibuk mengetik sesuatu pada laptopnya.

"Seokjin-ah, bagaimana Cotton? Apa dia anak kecil yang lucu?" Tanya Sandeul.

"Dia bisa dilihat di mana-mana." Jawab Seokjin.

"Hah?!" Sandeul menatap Seokjin bingung. "Bisa dilihat di mana-mana berarti wajahnya umum." Gumam Sandeul.

Seokjin tidak menanggapi, ia kembali fokus dengan laptopnya.

"Seokjin-ah, aku punya pertanyaan penting."

Seokjin menatap Sandeul.

"Seokjin-ah, kau sudah membetulkan air purifiernya Cotton?" Tanya Sandeul.

"Tanya sendiri sama tuan Jeon." Seokjin langsung terdiam sejenak.

"Maksudku, tanya sama Cotton." Seokjin membenarkan kalimatnya.

"Seokjin-ah, aku punya pertanyaan penting lainnya."

Seokjin menatap Sandeul lagi.

"Seokjin-ah, kau benar tidak mau bermain game denganku sekarang?" Tanya Sandeul.

You Are My GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang