🚀 36 🚀

324 64 29
                                    

Sore harinya, Seokjin mengajak eomma jalan-jalan di taman sekitar rumah.


"Yeobo, buruan!" Seru eomma Kim.

Seokjin dan eomma sudah menunggu di luar pintu.

"Yeobo! Kenapa lama sekali!"

"Iya, iya, aku datang." Seru appa.

"Heh? Hanya keluar jalan-jalan, untuk apa kau bawa termos, Yeobo?"

Appa Kim terlihat memegang sebuah termos kecil ukuran 475 ml di tangannya.

"Gu Min baru saja menelepon dan mengajakku main kartu."

"Bermain kartu. Kau hanya tahu bermain kartu! Putera kita pulang dan kau lebih memilih bermain kartu!"

Seokjin tidak berhenti tersenyum melihat tingkah kedua orangtuanya.

"Aku sudah menemani Seokjin selama berjam-jam." Sahut appa.

"Hehh! Baiklah! Kau harus pulang sebelum jam 9 malam!" Seru eomma.

"Pasti! Seokjin-ah, jaga eommamu dengan baik."

Setelah itu appa Kim langsung buru-buru kabur sebelum eomma mulai bawel lagi.

Ketika Seokjin dan eomma mulai jalan, tetangga di sebelah rumah keluar.

"Wah, nyonya Kim, puteramu pulang!" Serunya.

Seokjin segera membungkuk hormat kepada tetangga mereka.

"Iya, nyonya Cho. Baru tiba tadi siang."

"Seokjin sungguh semakin tampan. Apakah sudah punya pacar?"

"Dia terlalu sibuk bekerja, tidak ada waktu memikirkan hal itu." Sahut eomma.

"Sesibuk apapun, masalah pernikahan tidak boleh ditunda. Jika anak muda bekerja di luar kota, hal inilah yang kurang baik. Orang tua tidak bisa mengontrol. Jika bekerja di sini, anak Seokjin mungkin sudah 3 dan bahkan sudah sekolah." Seru nyonya Cho.

"Benar, nyonya Cho benar." Sahut eomma basa basi.

"Nanti aku lihat, apakah ada gadis di Seoul yang bisa aku kenalkan pada anakmu." Kata nyonya Cho.

"Terima kasih." Sahut eomma.

"Aku pergi dulu." Nyonya Cho melambaikan tangannya dan berlalu dari sana.

"Cepat, cepat. Ayo kita pergi juga." Eomma buru-buru menarik tangan Seokjin sebelum ada tetangga lain yang tiba-tiba muncul lagi.

"Seokjin-ah, ahjumma itu memang suka ikut campur."

Seokjin dan eomma lalu melanjutkan jalan sore mereka.

"Seokjin-ah, sore ini kau sepertinya punya banyak pikiran. Mau ceritakan pada eomma?"

Seokjin menarik nafas panjang.

"Terakhir kali sebelum pulang ke sini, aku mengajukan pengunduran diri dari Kari. Namun pada akhirnya aku tetap kembali ke sana."

"Aigo, Seokjin-ah. Eomma selalu berpikir, kau paling mirip dengan pamanmu. Kau selalu mengaguminya sejak kecil. Waktu kecil, kau selalu membanggakan pamanmu kepada teman-temanmu."

"Pamanku bekerja meluncurkan roket! Di antara kami bersaudara, pamanmu yang paling pintar. Namun juga yang paling sulit. Dia tinggal sendirian di kota lain. Sama sekali tidak punya untuk kami keluarganya."

"Seokjin-ah, ada satu kali haraboejimu sakit keras dan hampir saja tidak bisa bertahan. Namun kami tidak berhasil menghubungi pamanmu. Jaman itu, teknologi komunikasi belum semaju sekarang."

You Are My GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang