"Aigoo, jangan begitu, Seokjin-ah. Appa dan eomma tinggal di sini saja. Hotel ini tidak jelek. Lagipula, apartemenmu terlalu jauh. Besok kami sudah akan pulang. Dari sini lebih dekat ke stasiun."
"Eommamu benar, Seokjin-ah." Kata Appa.
"Tenanglah, adeul. Eomma sungguh sudah tidak apa-apa sekarang.
Seokjin akhirnya mengalah. Ia lalu pergi keluar untuk membeli makanan dan membayar biaya hotel.
Ketika kembali dan hendak membuka pintu kamar, Seokjin mendengar pembicaraan orangtuanya.
"Aku masih ada 1 laporan pemeriksaan yang harus diambil besok." Terdengar suara eomma memberitahu appa.
"Kita jangan ganggu Seokjin. Dia sibuk dengan pekerjaannya. Jika dia tidak bisa mengambil cuti untuk menemani kita, dia akan merasa bersalah."
"Bukan aku yang memberitahunya kita di sini. Mengapa kau tidak percaya padaku?" Terdengar suara appa menjawab eomma.
"Kenapa putera kita harus meraih pencapaian yang begitu tinggi? Di saat seperti ini, aku berpikir, dia bisa mencari pekerjaan di kampung halaman kita saja. Atau, dia bisa mencoba bekerja di bidang keuangan. Paling tidak, dia bisa mempunyai lebih banyak waktu luang." Seokjin mendengar pemikiran appa yang disampaikan ke eomma.
"Yeobo, kau mungkin bukan seorang yang berprestasi tinggi, tapi putera kita berhasil melakukannya dengan baik. Kita seharusnya mendukung dia." Sahut eomma.
"Ya, ya." Ucap appa.
"Untunglah aku baik-baik saja sekarang. Dengan tabungan yang kita miliki, kita tidak bisa mengeluarkan uang berlebih. Ketika Seokjin menikah nanti, dia harus menghidupi keluarganya sendiri. Kita tidak boleh membebaninya. Dia sudah mengembalikan seluruh uang yang kau berikan padanya, untuk membayar uang muka apartemennya. Aku pikir, dia tidak punya banyak uang yang tersisa lagi saat ini."
Seokjin ketika mendengar percakapan orangtuanya tersebut, ia menangis di luar kamar mereka.
Sekarang peristiwa itu terbayang kembali di dalam benaknya. Seokjin menghela nafas. Ia sungguh merasa gamang antara mimpinya dan kewajibannya sebagai seorang anak.
Ponselnya mengeluarkan bunyi notifikasi ada pesan masuk. Seokjin lalu membuka pesan tersebut.
Tatapan matanya melembut ketika membaca pesan yang dikirim oleh Jungkook.
Kemudian muncul pesan suara dari Jungkook.
"Kau hampir meyakinkanku dengan apa yang kau katakan. Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan tidak mencapai apapun juga? Bahkan jika kau melepaskan karirmu yang dulu dan memulai karir baru, pencapaianmu yang sebelumnya tetap ada di sana. Meskipun aku tidak tahu apa sebenarnya yang kau kerjakan di KARI, tapi itu pasti sesuatu yang sangat bernilai. Jadi, meskipun kau tidak mengerjakan itu lagi, kau tidak perlu sampai harus menyangkal masa lalu, betul tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Glory
FanfictionJungkook jatuh cinta kepada Jin saat masih sekolah. Namun Jin menganggap Jungkook bukan pasangan yang tepat untuknya. Mereka bertemu kembali setelah dewasa. Apakah Jungkook mampu membuktikan dirinya adalah pasangan yang tepat untuk Jin sekarang? You...