🚀 22 🚀

434 74 57
                                    

"Eh, Seokjin-ah, kau pergi ke mana selama bisnis trip? Kenapa begitu mendadak? Masalahnya serius?" Tanya Jungkook penasaran.

"Ganghwa. Selain nama kotanya, selebihnya rahasia." Sahut Seokjin.

"Huh? Keluargamu juga tidak boleh tahu?" Tanya Jungkook.

Seokjin menatap Jungkook dalam ketika mendengar pertanyaannya.

"E..ee....Ma...maksudnya bukan diriku. Mak...maksudku orangtuamu." Sahut Jungkook gugup. Ia baru sadar salah menggunakan kalimat.

"Tidak boleh juga." Sahut Seokjin tersenyum.

"Sungguh membosankan. Lalu kita harus membicarakan topik apa kalau pekerjaanmu tidak boleh!" Gerutu Jungkook.

"Mungkin membosankan. Mari kita mulai latihan."

Jungkook menatap punggung Seokjin dengan wajah tidak percaya.

"Sungguh tidak punya hati!" Gerutunya.

"Seokjin-ah, aku harus sarapan dulu supaya punya tenaga untuk dimarahi olehmu!" Seru Jungkook.

"Kau membelikan aku sandwich daging?!" Jerit Jungkook.

Seokjin berbalik dan memandangnya. Jungkook langsung menutup mulutnya.

Setelah sarapan, Jungkook membawa susu pisang yang dibelikan Seokjin bersama sarapan untuknya tadi. Ia lalu duduk di lantai, punggungnya menyandar pada sofa. Ia menekuk kedua lututnya ke atas. Jungkook terlihat seperti buntalan sekarang.

Cahaya matahari pagi yang masuk melalui french window, menyinari wajah Jungkook. Ia menunduk, fokus memainkan game dari ponselnya. Sehingga tidak menyadari, Seokjin sudah tidak memperhatikan permainannya lagi. Mata Seokjin menatap lekat dan dalam wajah Jungkook dari samping. Cukup lama Seokjin tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Setelah beberapa jam kemudian, Seokjin berdiri dari tempat duduknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah beberapa jam kemudian, Seokjin berdiri dari tempat duduknya.

"Jungkook-ah, kau lanjut sendiri. Aku mau perbaiki proyektor dulu."

Bukannya menuruti perintah Seokjin, Jungkook malah berdiri dan lari menyusul Seokjin ke ruangan home theater.

Ia memilih memperhatikan Seokjin memperbaiki proyektor daripada latihan.

"Berapa lama waktu untuk memperbaikinya?" Tanya Jungkook manja.

Ia duduk di lantai. Dagunya di taruh di atas meja, sebelah proyektor yang sedang diutak atik oleh Jin.

"Tidak lama. Bosan?"

"Takut tidak keburu nonton pertandingan. Eh, Seokjin-ah, jika belum selesai ketika pertandingan sudah mau mulai, bagaimana jika kita menyusup dan nonton langsung saja di sana?"

Seokjin tersenyum. "Kau benar mau nonton langsung atau hanya ingin keluar main?"

"Dua-duanya. He...he...he...."

You Are My GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang