🚀 5 🚀

549 86 30
                                    

"Tetap bertahan."

"Sebentar lagi kita menang."

"Lawan yang sangat mudah."

"Kerja bagus, teman-teman."

Jungkook membaca chat dari dari lawan mainnya yang ternyata 1 kelompok teman yang saling mengenal.

Ia langsung memberikan telepon selular di tangannya kepada Seokjin dengan wajah merengut. Wajahnya seperti anak kecil yang meminta Seokjin membalas para lawan mainnya.

Seokjin menerima selular tersebut tanpa berkata apa-apa. Ia lalu mulai melanjutkan permainan yang ditinggalkan Jungkook sambil mengajaknya ngobrol.

"Kau bermain baik di level Gold."

"Tapi kau kesulitan di level Diomond."

"Pertandingan yang akan kau ikuti bulan depan bahkan lebih sulit lagi, karena terdapat para pemain profesional."

"Aku tidak tahu tingkat kesulitan yang akan kau hadapi nanti. Makanya aku memintamu menggunakan karakter yang barusan. Namun kenyataannya, ini masih jauh dari tantangan yng bakal kamu hadapi nanti."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Jungkook.

"Masih ada waktu 1 bulan. Kuasai game ini dengan kemampuanmu sendiri." Ujar Seokjin

Jungkook tercenung cukup lama. Wajahnya berubah-rubah. Tiba-tiba ia berkata. "Aku harus bisa."

Seokjin seketika menoleh ke samping dan menatap Jungkook.

"Bagaimana kalau kita bertanding dengan pemain lain sekarang?!" Seru Jungkook mulai bersemangat.

"Tidak. Kau harus bermain 1 lawan 1 dengan aku dulu." Sahut Seokjin.

Akhirnya sepanjang pagi hingga malam menjelang, Jungkook bertanding melawan Seokjin sambil dikuliahin setiap kesalahan yang dibuatnya. Jungkook belum berhasil juga menang melawan Seokjin.

Saat mereka beristirahat sebelum makan malam, Jungkook pergi ke kamar mandi dan menangis diam-diam.

"Aku harus bisa. Aku pasti bisa." Tekadnya.

Setelah itu, Jungkook kembali ke ruang tamu dan menemukan Seokjin sedang melihat postingan beberapa waktu lalu, yang menuduh Jungkook telah melakukan pembohongan publik. Ia memperhatikan tangkapan layar permainan game Jungkook yang kacau balau. Komentar pedas netizen masih berlanjut sampai hari ini.

"Jungkook ambassador game palsu."

"Jungkook penipu."

"Jungkook gamer palsu."

"Jangan dilihat." Jungkook menutupi layar telepon selular Seokjin dengan tangannya.

Seokjin menatap Jungkook, lalu ia berkata dengan mimik serius.

"Bersiaplah! Kita latihan lagi!"

Jungkook memandang Seokjin dengan wajah memelas. Ia sudah capek sekali sebenarnya. Dan beruntung bunyi bel menyelamatkannya.

Jungkook bergegas lari membuka pintu. Tampak Jimin berdiri di sana, tersenyum riang sambil mengulurkan 2 kantong besar.

"Jungkook-ah, aku membawakan makan malam!" Seru Jimin.

"Bagaimana hari ini?" Tanya Jimin ketika melihat wajah lemas Jungkook.

"Jangan bertanya pertanyaan yang tidak bisa kujawab." Sahut Jungkook. "Apakah kau membawakanku daging, Jim? Aku ingin makan daging sekarang."

"Ada daging tapi untuk Ssaem Seokjin." Sahut Jimin.

Jungkook langsung melotot.

"Sudah malam, kau tidak boleh makan daging lagi." Ucap Jimin.

You Are My GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang