"Kau berani main dengannya?" Suara Seokjin terdengar mengancam. "Dia sudah lama tidak bermain game ini. Pada dasarnya, kemampuannya biasa-biasa saja. Sekarang malah semakin menurun."
Sandeul yang mendengar perkataan Seokjin langsung mencelanya. "Kau tidak tahu malu ya?"
"Ada dendam apa antara kau dan Sandeul? Kenapa kau suka sekali membully-nya?" Tanya Jungkook.
"Jangan berteman dengannya. Dia membawa pengaruh tidak baik untukmu, baby. Lagipula, untuk apa aku mendendam padanya. Apa dia berhasil mengata-ngataiku?"
"Baby, di rest area berikutnya, aku akan bawa kamu cari cemilan enak. Tapi kau jangan main dengan Sandeul sekarang."
"Rest area berikutnya masih jauh. Aku main dulu sebentar. Lagipula, aku masih ingat semua cerita Sandeul tadi. Tuan Kim yang tidak peduli untuk menonton iklanku, terus Jeon Jungkook yang bisa dilihat di mana-mana di jalanan."
Seokjin langsung menoleh kepada Jungkook. "Mainlah dengan Sandeul."
Jungkook seketika tertawa jahil. "Aku main dulu ya."
🛸
Hari sudah gelap ketika Seokjin memarkir mobil mereka di basement tempat tinggal Jungkook.
Jungkook masih asyik bermain game dengan Sandeul.
Seokjin membuka seatbelt Jungkook dan merangkulnya berjalan ke lift, sehingga ia hanya perlu melangkah tanpa perlu melihat jalan.
"Aku belum sampai rumah, jangan mulai serangan dulu!" Seru Jungkook.
Saat ini, mereka sedang berada di dalam lift. Seokjin berdiri di sebelah Jungkook dengan wajah yang tidak terbaca. Ekspresinya datar.
"Jangan takut. Maju! Aku sudah menghabisi 3 orang!" Seru Sandeul.
"Terlalu cepat! Tunggu aku!" Seru Jungkook.
Ting.
Pintu lift terbuka.
Seokjin berjalan keluar dengan 1 tangan menarik koper Jungkook dan 1 tangan lagi merangkul bahu sang kekasih yang masih sibuk bermain game.
Jungkook mengangkat wajahnya sekilas lalu kembali memfokuskan perhatiannya ke layar ponselnya.
"Seokjin-ah, kenapa kita di lantai 1? Kau sudah lupa rumahku di lantai berapa?"
"Apa?! Apa?! Apa?!" Terdengar seruan penuh semangat dan rasa ingin tahu Sandeul. "Seokjin-ah, kau di rumah Cotton sekarang?"
Jungkook terkejut setengah mati. Ia langsung mematikan fitur microphone di game Warhero.
Lalu ia mengangkat wajahnya, menatap Seokjin panik.
Ti..tot...Terdengar bunyi game yang menandakan karakter Jungkook mati.
"A...a....aaa....." Keluh Jungkook kesal.
Seokjin mengambil ponsel Jungkook tanpa mengatakan apapun. Ia lalu melanjutkan permainan gamenya.
Jungkook menyandarkan dagunya di bahu Seokjin dan menontonnya bermain.
Dalam sekejap, Seokjin sudah berhasil memimpin permainan.
"Apa ganti orang?!" Seru Sandeul, namun ia tidak mendapatkan jawaban karena microphone di tempat Jungkook sudah dimatikan.
"Apa yang kalian mainkan sepanjang perjalanan tadi? Permainan kalian benar-benar buruk. Kalian mencemarkan telingaku terang-terangan."
Dalam sekejap, Seokjin memenangkan pertandingan. Permainan-pun berakhir.
"Kau benar. Kemampuan Sandeul biasa-biasa saja. Kau tetap yang terbaik." Jungkook memuji Seokjin. "Ayo, kita naik ke tempatku."
Jungkook berbalik dan hendak masuk lagi ke dalam lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Glory
FanfictionJungkook jatuh cinta kepada Jin saat masih sekolah. Namun Jin menganggap Jungkook bukan pasangan yang tepat untuknya. Mereka bertemu kembali setelah dewasa. Apakah Jungkook mampu membuktikan dirinya adalah pasangan yang tepat untuk Jin sekarang? You...