🚀 38 🚀

472 80 52
                                    

Setelah mandi, Seokjin sendirian di dalam kamar. Ia duduk di depan meja di samping ranjang susun.

Di hadapannya ada sebuah notepad yang tertulis nama Jungkook.

Ia sedang berusaha menulis surat dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Jungkook dulu, baik chat pribadi maupun di forum antariksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia sedang berusaha menulis surat dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Jungkook dulu, baik chat pribadi maupun di forum antariksa.

Seokjin berpikir keras. Beberapa kali ia merobek kertas yang sudah ditulisnya dan mulai menulis baru lagi.

Hal ini dilakukannya setiap malam setelah kembali ke barak.

Suatu malam, Sangyeop meneleponnya. Seokjin segera keluar kamar dan mengangkat teleponnya di luar barak.

"Yeoboseyo."

"Urusan di sana lancarkan?" Terdengar suara Sangyeop.

"Terjadi sedikit masalah, tapi sudah diselesaikan dengan lancar. Seharusnya bisa selesai 2 hari lebih awal dari jadwal yang diperkirakan."

"Tapi kenapa kepala bagian Guan masih meneleponku dan mengajukan komplen?" Tanya Sangyeop.

"Tentang masalah apa?" Tanya Seokjin.

"Seokjin-ah, apa kau tidak tahu kepala bagian Guan adalah orang yang serius dan enerjik. Dia ingin tahu segala sesuatu tentang proyek yang sedang dikerjakan, baik yang besar maupun kecil. Termasuk kebahagiaan bawahan dan rekan kerjanya."

"Dia awalnya ingin memperkenalkan seorang gadis dari pusat kontrol lain, kepada pemuda tampan, rekannya di Kari yang bernama Kim Seokjin. Katanya kau sehari-hari selalu murung. Sering menyendiri seorang diri melihat bintang."

"Setelah selesai kerja, kau tidak pernah ikut aktifitas rekan-rekan yang lain. Tidak pernah bersosialisasi dengan mereka."

"Ada beberapa gadis muda rekan kerja di sana yang terpesona olehmu, tapi kau langsung menghancurkan harapan mereka."

Sangyeop terdengar sangat serius. Namun Seokjin bisa mendengar suara tertawa istrinya.

"Seokjin-ah, aku sangat ingat dan yakin, kau tidak seperti ini dulu. Murung dan menyendiri memandang bintang."

"Itu karena aku sudah menang beberapa hari berturut-turut. Mereka melarangku ikut bermain kartu lagi." Sahut Seokjin.

"Dari jawabanmu, aku semakin yakin ada yang kau sembunyikan. Kau bersikap terlalu cool untuk menutupi kegalauanmu."

"Jika kau bersikap cool dan kau juga sangat tampan, para lajang rekan kita yang lainnya, tidak akan pernah punya kesempatan untuk mendapatkan para gadis muda yang terpesona olehmu."

"Aku meneleponmu sekarang ini, untuk memberimu peringatan! Kau harus tetap cool!" Seru Sangyeop.

Seokjin langsung menjauhkan ponselnya karena suara Sangyeop terdengar keras dan bersemangat. Telinganya sakit mendekat ocehan Sangyeop.

You Are My GloryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang