Ketika Seokjin kembali dengan gelas di tangannya, ia berkata. "Aku merasa tidak adil."
"Apanya yang tidak adil?" Tanya Jungkook.
"Aku sudah jauh-jauh datang membawakan sarapan untukmu dan sekarang, aku harus mengambil kopi sendiri di dapur." Keluh Seokjin.
"Tapi aku yang menyeduh kopi ini. Aku bahkan menggambar sesuatu di atas busa krimnya." Sahut Jungkook tidak terima.
Seokjin mengamati gelas kopinya dengan seksama. Wajahnya terlihat serius.
"Aku tidak tahu apa yang kau gambar. Tapi aku menghargai usahamu." Ujar Seokjin dengan senyum yang ditahan.
"Tunggu!" Seru Jungkook ketika melihat Seokjin hendak meminum kopinya.
Ia berdiri dan mencondongkan badannya ke depan, ke arah Seokjin yang duduk di seberangnya.
"Apa kau tidak bisa melihat bahwa ini adalah gambar kepala kelinci? Lihat kedua telinganya. Bukankah gambar ini sangat jelas?" Seru Jungkook.
Seokjin menjauhkan gelas kopi dari mulutnya. Ia kembali mengamati gambar di atas busa krim. Kepalanya dimiringkan ke kiri dan kanan.
"Aku tadinya bertanya-tanya, mengapa kau menggambar tiga garis parabola di kopiku." Sahut Seokjin.
Mendengar jawaban Seokjin, Jungkook kembali duduk di kursinya dengan wajah cemberut. "Kau tidak memiliki jiwa seni!"
Tanpa menpedulikan protes Jungkook, Seokjin tersenyum sambil menikmati kopinya.
Begitulah mereka memulai hari dengan bercanda seperti ini.
Setelah Jungkook selesai sarapan, mereka mulai berlatih kembali.
Seokjin menjejeli Jungkook dengan pelajaran teori dan praktek.
Terkadang Jungkook masih memakai cara konyolnya dalam bermain game. Namun kemampuan sudah maju pesat dibanding sebelumnya. Seokjin hanya akan menghela nafas dan tersenyum jika Jungkook mulai bertingkah konyol.
Mereka sudah tidak lagi duduk bersebelahan di dua bangku tunggal, seperti di awal Seokjin mulai mengajari Jungkook. Namun mereka sekarang sudah duduk di sofa panjang, bersebelahan dengan posisi yang cukup dekat.
Jungkook kadang-kadang akan meletakkan kepalanya di pundak Seokjin jika ia merasa capek atau kalau Seokjin sedang menunjukkan cara bertanding yang benar.
"Mulai hari ini, kita akan menghabiskan setengah hari dengan belajar dan latihan, setengah hari lagi kita pakai untuk menonton pertandingan profesional." Kata Seokjin.
Hari mulai gelap, Seokjin dan Jungkook masih setia di tempat duduk mereka dengan posisi yang sama seperti saat mereka mulai di pagi hari. Hanya saja jarak mereka semakin dekat.
Sekarang Jungkook sedang merebahkan kepalanya di sandaran sofa, tepat di belakang pundak Seokjin.
"Tiap malam setelah aku pulang, cobalah untuk menonton pertandingan gamer profesional."
"Hah!! Kamu menyiksaku." Jungkook langsung menegakkan kepalanya.
Seokjin meletakkan kertas dan pensil yang berisi coretan-coretan materi yang ditulisnya. Ia menatap Jungkook tanpa ekspresi.
"Aku mulai membencimu sekarang."
Gumam Jungkook dengan tampang lemas."Apa?" Tanya Seokjin.
"Maksudku, kamu tidak punya belas kasihan, menuntut dan sangat amat serius. Jika dulu saat sekolah kau mengajariku matematika dengan cara seperti ini, aku pasti bisa masuk Korea Advanced Institute of Science and Technology seperti dirimu." Jungkook menjawab dengan wajah memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Glory
FanfictionJungkook jatuh cinta kepada Jin saat masih sekolah. Namun Jin menganggap Jungkook bukan pasangan yang tepat untuknya. Mereka bertemu kembali setelah dewasa. Apakah Jungkook mampu membuktikan dirinya adalah pasangan yang tepat untuk Jin sekarang? You...