Jeon Jungkook ❤ Reader
××××××××"Berikan itu padaku!"
"Ambil ini."
"Ck, bagaimana cara mengambilnya jika kau terus bergerak seperti ini, Jungkook?"
"Kau ingin tahu caranya?"
Aku mendengus, menatap tajam laki-laki bermarga Jeon yang tengah memegang potongan apel terakhir. Ia tersenyum dan bergeser merubah posisi duduknya untuk menghadap padaku, tidak lagi perduli dengan tontonan favoritnya di televisi.
Laki-laki menyebalkan itu meletakkan potongan kecil apel tersebut pada bibirnya, dan menaik-turunkan kedua alisnya. Dia sedang menantangku?
"Ambil saja dan makan, dasar menyebalkan." ketusku, kembali menatap layar televisi, membiarkannya mendengus atas ketidakberhasilannya.
Jungkook bergeser dan meletakkan kepalanya di kakiku. "Kau sungguh tidak ingin memakannya? Ini yang terakhir, kau ingat?" ucapnya, membuat potongan apel tersebut menari-nari di hadapanku, mencoba membuat tatapanku teralih dari televisi.
"Makanlah."
"Sungguh? Kau tidak akan menyesal?"
"Tidak."
"Ck, tidak seru! Kau sangat mudah marah." keluhnya, terus menatapku dari bawah. "Kalau begitu aku akan membaginya."
Aku menunduk menatap Jungkook yang kembali menggigit ujung dari potongan tersebut dan dengan cepat tanpa sadar potongan apel itu melesat masuk ke dalam mulutku dikirimkan langsung oleh bibir milik Jeon Jungkook. Ia benar-benar membaginya, bahkan memaksaku untuk saling bertukar, merasakan sensasi yang berbeda dari memakan buah apel pada umumnya.
Dan selang beberapa menit, potongan tersebut sudah menghilang tergantikan oleh isapan dan kecupan kecil dari bibirnya yang sejak tadi belum terlepas dari bibirku. Aku hanya bisa memejamkan mata dan menikmati. Jujur saja, Jungkook sangat pintar memancing seseorang untuk memberi apa yang ia mau, dan tentu, ia tidak akan melepaskan semua itu begitu saja.
Sampai pada akhirnya, saat kelopak mataku terbuka. Posisi kami sudah sangat berbeda dari sebelumnya, kami tidak lagi duduk, namun sudah berbaring dengan posisi Jungkook yang berada nyaman diatasku, memejamkan mata dan terus memberikan lumatan di bibirku.
"(Yn)?! JUNGKOOK!!"
Spontan, aku mendorong tubuh kekar Jungkook dari hadapanku, mengusap kasar bibirku yang basah dan menatap takut orang yang baru saja berteriak memanggil nama kami. Detak jantungku benar-benar tidak beraturan, mataku melotot, dan kepalaku dipenuhi oleh berderet kata kutukan yang tujukan untuk laki-laki yang membeku di sampingku.
"Apa? APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Kami menonton tv. Memotong apel, memakannya. Dan... Berciuman.
"A-Ayah." lidahku hilang, aku hanya bisa menelan ludahku kasar.
"Sayang? Kenapa kau berteriak?
Eh, ada Jungkook. Kapan sampai?" ucap ibu yang baru saja masuk, melewatkan tayangan adegan romantis dari anak gadisnya.Aku melirik Jungkook yang mimik wajahnya sama sekali tidak bisa kubaca, namun yang jelas ia amat ketakutan. Ini semua salahmu, Jeon Jungkook!
"Mereka berciuman! Anakmu dan pacarnya itu!" teriak ayah, menciptakan keheningan di ruang tengah.
Aku menatap wajah ibu dengan gugup, ibu pasti akan murka saat mengetahui kami melakukan hal itu. Maafkan aku ibu, ini jelas kesalahan Jungkook yang menggodaku. Sungguh!
"Berciuman?" akhirnya ibu memecah keheningan, beliau melangkah mendekat dan menatap kami berdua bergantian. "Jadi hal semacam itu yang kalian lakukan setiap kami tidak ada di rumah?"
Aku ketakutan, tatapan ibu benar-benar marah. Aku menggeleng cepat, "tidak bu! Kami tidak melakukan hal itu saat kalian berkerja, sungguh!"
"Ini kesalahanku, bu."
Kepalaku berputar menatap Jungkook, ia menggenggam tanganku. "Ini salahku, aku yang menggoda (yn) dan mencuri kesempatan disaat ia lengah. Aku melakukan ini karena aku sungguh mencintai anak bapak dan ibu. Aku tidak ingin dia dimiliki orang lain. Sejak dulu aku sangat ingin memiliki (yn) seutuhnya, namun aku takut jika kalian belum bisa melepas (yn). Aku berkerja dengan sungguh-sungguh supaya disaat kalian siap akupun juga sudah siap untuk menikahi (yn). Aku sungguh sangat mencintainya."
Ucapan Jungkook membuatku tertegun, melotot, tidak percaya, terharu, dan banyak lagi perasaan yang campur aduk dalam diriku saat ia mengakui semua itu dengan panjang lebar.
"Kenapa kau tidak pernah bertanya untuk melamar?"
Pertanyaan ayah membuat kami menatap kearahnya yang sejak tadi berdiri ditengah pintu, beliau tersenyum dan melangkah berdiri di samping ibu.
"Benar, kenapa kau tidak bertanya? Jika kau ingin melamar (yn) sejak dulu." tambah ibu yang sungguh membuatku bingung.
"Mak-Maksud ibu dan bapak? Aku, aku bisa melamarnya?" Jungkook menjadi sangat gugup, namun tangannya yang tadi cukup dingin sekarang sudah menjadi hangat dan genggamannya semakin erat.
Ibu dan ayahku saling bertatapan, "tentu." sahut ibu diikuti anggukan dari ayah.
Jungkook menatapku dalam, senyumannya sangat lebar. Aku ikut tersenyum bahagia.
"Jadi, aku bisa melamar sekarang?" tanyanya, membuatku menatapnya tajam."Bodoh, kau benar-benar tidak romantis. Berikan aku sebuah kejutan. Supaya momen itu tidak mudah terlupakan." ketusku.
Jungkook tertawa, "bukankah momen saat ini juga tidak akan terlupakan? Jadi apa bedanya?"
Ibu dan ayah ikut tertawa. Dan aku hanya menghela napas panjang.
"Kau benar-benar tidak romantis, Jungkook."
"Apa kau benar-benar tidak ingin aku melamarmu sekarang? Jika aku sudah melamarmu, aku bisa menciummu sekali lagi."
"Tidak mau!"
×××××××××END
KAMU SEDANG MEMBACA
- IMAGINE WITH BTS - [REVISI]
Fiksi PenggemarReader ❤ BTS Kumpulan cerita pendek tentang kehidupanmu bersama Bangtan Boys. Dengan sejuta bumbu rahasia di dalamnya, kau bisa mencicipinya sendiri dan menjadikannya sebagai bacaan favoritmu. ✨FInotV, 281215