94. (❤ Seokjin & Namjoon) Secret feeling

5.8K 347 22
                                    

Kim Seokjin ❤ Kim Namjoon


###

"Hah... aku butuh liburan!"

Pria itu mengepalkan tangannya dan menutup laptopnya secara kasar.

"Aku bisa gila jika terkurung seperti ini terus!"

Teriakannya kembali menggema diruangan, yang hanya ada dia bersama beribu lembar kertas disana.

"Sialan, kenapa pekerjaan ini begitu memuakkan!"

Ia meletakkan laptopnya ke dalam tas kantor dan mengepalkan beberapa lembar kertas.

Tangannya bergerak cepat, sedikit merapikan barang-barang yang ada diatas mejanya.

Walaupun jika boleh jujur, ia begitu muak untuk melihat barang-barang itu lagi. Semua lembaran itu, berkas, catatan, semuanya yang ada disana hanya membuat kepalanya bertambah berat.

Pria yang mengalungkan id card dengan nama Kim Seok Jin itu kembali mengumpat seraya berjongkok sambil memasukkan banyak gumpalan kertas yang berserakan didekat printernya ke tempat sampah.

"Aku tidak ingin mati bersama tumpukan sampah ini."

Drrt... drrt...

Kepalanya sedikit mendongak, memperhatikan layar smartphonenya yang bergetar diatas meja. Jika saja itu dari pimpinannya, maka ia tidak akan menjawab. Lebih baik ia dipecat secara tidak hormat besok daripada diperintah untuk menambah pekerjaannya lebih banyak lagi.

Namun itu dari Namjoon, sahabat sekaligus pria yang membuat otak serta hatinya menjadi sedikit berbelok dari pengendaliannya sendiri.

Bagaimana cara menjelaskannya.

Dia menyukai pria dengan nama Namjoon itu.

Namun Namjoon adalah seorang 'pria'.

Dan Seokjin juga seorang 'pria' menurut jenis kelamin yang 'menggantung' dibawahnya yang selalu ia perhatikan setiap mandi.

Ya, dia pria bukan? Atau tidak?

Jin menggeleng seraya menghapus pikiran tidak menentunya tersebut. Ia menempelkan benda persegi panjang itu pada telinga kanannya.

"Hm?"

"Hyung, kau belum pulang?"

Jin sedikit memijat pelipisnya yang berdenyut, "Belum, kurasa aku lembur hari ini."

"Ah, masa begitu. Kemarin kau juga lembur, hyung."

Jin terkekeh, membayangkan Namjoon dengan tampang polosnya merengek diujung sana.

"Kenapa? Kau ingin makan?"

"Iya!" Namjoon menjawab dengan cepat. "Aku lapar, hyung! Aku tidak akan makan selain memakan masakanmu!" tegasnya.

Bibir milik Jin tertarik, mengukir sebuah senyuman.

"Belilah makanan diluar, atau perlu aku pesankan sekarang?"

"Tidak mau! Aku mau hyung! Ah, bukan-"

Jin tertawa cukup keras kali ini.

"Kau ingin aku?" tanyanya, sambil bergerak duduk kembali pada kursi kerjanya.

Entah kenapa suara dari Namjoon membuatnya nyaman dan melupakan acara umpat-mengumpatnya beberapa menit tadi.

Namjoon mendengus disana, "Bukan! Bukan itu maksudku, a-aku ingin masakanmu!"

"Baiklah aku akan memasak disini dan mengirimkan masakanku lewat jne ke tempatmu, bagaimana hm?"

"Hyung! Jangan begitu, aku ingin kau memasak. Disini!"

Jin tertawa, "Iya Kim Namjoon, sebentar lagi aku pulang. Aku juga sudah lelah berada disini terlalu lama."

"Benarkah, hyung?! Baiklah, aku akan menunggumu di parkiran apartemen!"

"Hei, hei. Kenapa menungguku disitu? Disana pasti dingin sekali, bagaimana kalau kau sakit karena menungguku?"

"Hehe, benar juga. Kau begitu perhatian, hyung. Kalau begitu aku akan menunggumu didepan pintu apartemenku!"

Jin mendesah pelan, "Tidak perlu seperti itu, bagaimana jika nanti ada yang menculikmu, hm?" ucapnya, dengan tertawa sesekali. "Lagipula, kau mengetahui password kamar apartemenku. Masuklah ke dalam."

Namjoon terkekeh, "Kau berlebihan, hyung! Baiklah aku akan menuju apartemenmu!"

"Sekalian bersihkan kamarku. Tapi jangan menyimpan celana dalamku lagi, oke?" ucap Jin, kembali tertawa.

"Hyung! Kau terdengar seperti menilaiku seorang pria mesum!"

"Kau memang mesum, Kim."

"Kau lebih mesum, Kim hyung!"

Jin tertawa, "Baiklah, Tuan Kim mesummu ini akan segera pulang. Bersiaplah untuk menerima terkamannya nanti."

"Aku tidak takut!"

Dan panggilan tersebut diakhiri oleh Namjoon, membuat Jin terkekeh sambil memandangi layar depan smartphonenya. Menatap wajah tampan seseorang disana.

Dia menyukainya.

Menyukai Kim Namjoon.

Pemilik kamar 109, bersebelahan dengannya.

Namun ia belum bisa mengatakan perasaannya.

Bagaimana jika laki-laki itu menolak?

Menolak perasaan terlarang ini.

Menolak perasaan berlebih yang dirasakan Kim Seokjin kepadanya.


Kepada adik tirinya sendiri.

###END

FInotV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FInotV

- IMAGINE WITH BTS - [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang