Park Jimin ❤ Reader
###
Jimin itu keren.
Jimin itu gantengnya maksimal.
Jimin itu atletis bangeut lah, cuy.
Jimin itu angel-nya semua orang.
Pacaran sama dia bisa bikin bahagia tujuh turunan dah.
Tapi sayang, sayang banget, otaknya kagak seberapa.
Kelemahannya itu Bahasa Inggris.
Bukan, sih.
Sebenarnya lebih parah ke Kimia sama Fisika.
Tapi titik kelemahan yang bikin dia acak-acak kepala itu tetap cuma Matematika.
Kalo kata Jimin, sih, "Musuh bebuyutan sampai maut memisahkan." Lebay memang, tapi gak salah juga.
Nyatanya memang Jimin gak pernah salah.
Walaupun waktu ulangan, LKS-nya penuh dosa dan kesalahan.
Ya, jelas lah.
Pas ulangan dia pasti jadi yang paling berisik, psst psst–woi, nomor 1 sampai 50, dong!–yang nggak noleh gue santet ye!–yaelah pelit lo nyet, kemaren yang nolong ngambilin kunci motor lo sampai nyemplung di got itu sape?–woi, balas budi dong!–cuma 1 sampai 50 yaelah, dikit itu, Jimin akan bersenandung seperti itu selama jam ulangan berlangsung.
Jika tidak ada yang memberi, hitung kancing, lempar penghapus, buka hape, selipin buku di laci, menjadi jalan ninjanya.
Dan saat keluar kelas dia akan menunjukkan tampang santainya sambil menguap, "Soalnya mudah banget, kayak soal anak SD. Gak level."
Nyebelin, sih. Banget malah.
Tapi walaupun begitu, dia tetap menjabat sebagai pria paling mempesona sejagat SMA Harapan Kalian.
Padahal aslinya mah, ada juga yang lebih ganteng–menarik hati–baik–bersinar–jago dance–murah senyum–dan yang paling penting lebih tinggi daripada si Jimin.
Dia seangkatan sama Jimin juga, hampir lulus beberapa bulan lagi.
Namanya Hoseok, tapi sayang–sayang– sayang seribu kali sayang, itu laki yang tinggi semampai lagi ngambil cuti ke rumah saudaranya yang di Medan.
Jadi begitulah, si Jimin mengklaim dirinya yang paling tampan di sekolah.
Jimin yang sekarang lagi duduk nyantai di kantin tiba-tiba ditepuk pelan bagian pundaknya, membuatnya menoleh, "Apa?"
"Lo dipanggil Kepsek, Jim."
"Hah? Ada urusan apa dia sama gue?"
Temannya mengangkat bahu, toh dia cuma diminta memanggilnya. Pakai diwawancarai lagi, udah kayak mau kerja aja.
Jimin mendengus, "Gimana sih lo, kagak jelas." kemudian berdiri untuk menuju ruangan kepsek.
"Yaelah, Jim. Makasih kek, apa kek."
"Yaudah, pesan bakso sono."
"Dibayarin, nih?"
"Bayar sendirilah! Masuknya juga ke perut lo, bukan ke perut gue. Ena ae!"
✨✨✨
"Lah, saya kan sudah berusaha semampunya, Bu."
"Kalau kamu sudah mencoba semampunya, nilainya tidak akan seanjlok ini, Jimin."
"Memang dasarnya saya ini goblok, Bu. Kalo dipaksa belajar otak saya bisa amnesia akut stadium akhir." Jimin memegang kepalanya, yang sebenarnya nggak konslet sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
- IMAGINE WITH BTS - [REVISI]
Fiksi PenggemarReader ❤ BTS Kumpulan cerita pendek tentang kehidupanmu bersama Bangtan Boys. Dengan sejuta bumbu rahasia di dalamnya, kau bisa mencicipinya sendiri dan menjadikannya sebagai bacaan favoritmu. ✨FInotV, 281215