2. Demam Berdarah atau Tipus?

6.1K 212 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selasa, 2 September 1986  (sehari kemudian)

Eva demam. Sugiarti membawa ke dr Anton Suprajogi. Diinformasikan, Eva habis jatuh kemarin. Lecet di lutut dan pergelangan tangan sudah diobati, ditempel perban. Diagnosis dr Anton: Radang tenggorokan.

Diobati tiga hari, masih juga demam.

Jumat, 5 September 1986

Sugiarti membawa Eva balik ke dr Anton. Dokter langganan keluarga sejak Eva kecil. Usia Anton sekitar 46. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya tahun 1965. Jika memeriksa pasien sangat teliti.

Eva diperiksa, dokter menyatakan harus periksa darah.

Inilah hal baru yang ditakuti Eva. Semula dia menolak diambil darah. Dipaksa suster malah berontak. Nyaris kabur meninggalkan ruang praktik.

Sugiarti membujuk. Eva ditidurkan di bed, dielus dahinya untuk menutupi pandangan dari jarum. Sedangkan, suster siap-siap menyuntik. Lalu: Cesss... jarum menyedot darah.

Eva meraung-raung bagai bayi digigit semut.

Hasilnya: Typhoid, penyakit infeksi akut usus halus, disebabkan kuman salmonella thypi. Lazim disebut Tipus.

Diobati, tiga hari sembuh. Esok, Eva sudah kembali sekolah.

Jumat, 17 Oktober 1986 (sebulan setengah kemudian)

Upacara rutin tiap tanggal 17 sudah hampir sejam berlangsung di lapangan sekolah. Tapi, kepala sekolah, selaku inspektur upacara, masih memberikan briefing. Terkait temuan guru sepekan lalu, dua siswa kelas 6 merokok di toilet.

Kepala sekolah Drs Amir Syamsurizal mengancam:

"Jika kami temukan sekali lagi siswa merokok, akan diberi sanksi keras. Dengarkan kalian semua..." teriak Amir. "Bila perlu, pelakunya akan dikeluarkan dari sekolah."

Eva di barisan paling depan gemetaran. Bukan takut ancaman kepala sekolah, namun badan terasa ringan. Terik matahari berasa menusuk topi, menembus batok kepala. Hendak minta izin meninggalkan lapangan, tidak berani. Pak Kepala Sekolah sedang emosi

Amir menjelaskan, orang tua siswa yang merokok sudah dipanggil kepala sekolah. Dua siswa bersangkutan sudah sekolah kembali. Kini mereka dalam pantauan guru.

Amir menegaskan:

"Jangan ada siswa yang meniru. Apakah kalian paham?" tanya Amir dengan suara kencang. Serempak barisan siswa menjawab: "Pahaaaam...."

Suara ratusan murid itu terdengar samar-samar di telinga Eva. Berdengung seperti kerumunan tawon. Lalu badan serasa melayang. Semua kosong, tak terasa apa-apa. Dia pun jatuh.

 Dia pun jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
728 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang