32. Mengapa Aku yang Dipilih?

2.4K 95 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kurun November 1995 – November 1996 paling menyakitkan bagi Eva. Sepanjang setahun empat kali dia dirawat di RSCM. Ada yang cuma sepekan, paling lama tiga pekan.

Jika dihitung rata-rata, tiap tiga bulan dia menginap di RSCM.

Problemnya dua: Darah dan empedu. Harus transfusi darah untuk menggantikan sel darah merah yang terlalu cepat rusak.

Dan, terdeteksi ada pasir di empedu. Gara-gara penumpukan kristal kolesterol dan bilirubin di empedu.

Menurut cacatan Sugiarti, di kurun waktu itu Eva menghabiskan 24 kantong darah. Sekantong isi 250 cc. Maka, darah yang ditransfer ke tubuh Eva di kurun waktu tersebut sebanyak 6 liter atau melebihi jumlah darah sendiri (5 liter).

Badarudin mengatakan: "Pokok, saya urusan menyediakan uang dan kadang mencari darah, Mamanya merawat Eva di rumah sakit dan di rumah," katanya. "Adik-adik membantu apa saja demi Eva."

Eva juga pantang menyerah. Dalam kondisi begitu dia tetap kuliah. Pernah sekali dia tergeletak pingsan di kampus dan dilarikan ambulance ke RSCM. Setelah dirawat dua pekan di RSCM dia balik kuliah lagi.

Teman-teman di kampus mengakui ketangguhan Eva. Mereka salut. Diantara mereka ada yang bisik-bisik menjuluki Eva sebagai 'Monster Kampus'.

Julukan ini terdengar tidak enak. Cenderung meledek, bila dikaitkan dengan fisik Eva yang sering bengkak dan moonface.

Tapi, mungkin yang dimaksud mahasiswa disana adalah semangat juang Eva bagai monster. Terus maju pantang mundur.

Itu karena Eva sudah tidak minder lagi atas perubahan fisik. Malah terlalu pede. Dalam kondisi perut buncit sebesar kandungan delapan bulan, dia tetap kuliah. Wajah pun bundar seperti bulan.

Andai dia melepas jilbab, rambut sudah bondol tinggal sekitar 10 persen. Dia tetap jalan masuk kampus dengan langkah lamban.

Padahal, semua mahasiswi Santa Lusia terkenal cantik-cantik. Maklum, mereka semua calon sekretaris profesional. Eva jadi satu-satunya 'Monster' di tengah para bidadari. Tapi Eva tetap maju.

Rasa minder sudah dihabiskan di SMA. Dia sudah bosan minder. Kenyang ejekan atau cibiran orang. Kini berkebalikan: Terlalu pede.

Eva merasa, tidak ada yang bisa dilakukan selain maju. Pilihan lain adalah diam di rumah meratapi penyakit. Itu mirip saja dengan tergolek di ranjang rumah sakit yang sepi. Dunia bagai tak berputar, diam sambil menunggu mati.

Dia kuliah bukan saja melawan malu, juga mengabaikan sakit. Pusing, mual, nyeri sendi.

Tidak seluruh sesi tatap muka kuliah bisa dia serap. Daya konsentrasi tidak tahan lama. Tidak bisa konstan. Setiap ganti mata kuliah dia butuh interval istirahat setengah jam.

Sudah empat semester dia jalani. IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 2,76 atau C plus. Hasil maksimal perjuangan dia.

Namun itu tidak bertahan lama.

728 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang