58. Masa Indah Telah Berlalu

1.9K 71 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senin, 22 Agustus 2011 operasi dilaksanakan pagi hari. Limpa dibuang. Proses selama berada di ruang operasi, sekitar empat jam. Keluarga pasrah kepada Allah.

Operasi sukses. Siang, Eva sudah didorong masuk ruang ICU.

Pembezuk Eva disini sangat banyak. Hampir semua pembezuk Odapus, baik dari Jakarta dan luar kota, berbondong-bondong.

Banyak pembezuk Odapus. Mereka pernah dijenguk Eva ketika mereka tergolek sakit, ketika pendampingan, dulu. Kini, mereka gantian membezuk Eva.

Meski pembezuk banyak, tapi tidak ­sampai berjubel di kamar.

Ternyata mereka diatur di kantor YLI di lantai 2. Tiara yang mengatur lalu-lintas mereka bergiliran naik ke lantai 3, kamar rawat Eva. Jadilah antrian tak putus-putus. Walaupun mereka hanya boleh melihat Eva dari balik kaca.

Lima hari pasca operasi, Eva sudah bisa duduk, tetap di ICU. Dia sudah dibolehkan membawa HP. Jadi hiburan: Main game di HP.

Siang, dia dikejutkan tiga pembezuk wanita dari balik kaca.

Ow... Benar-benar kejutan.

Mereka Yuni, Wiwik, dan Dewi. Teman SMP.... Tiga pembezuk itu meloncat-loncat, mengepalkan tangan ke atas.

Eva segera mengenali mereka, dan tanda loncat-loncat itu.

"Rampoook... rampoook... " teriak Eva sambil mengepalkan tangan ke atas.

Teman-teman di luar, di balik kaca, gembira melihat reaksi spontan Eva. Meski mereka tak mendengar teriakan Eva, tapi mereka serasa mendengar pekik khas SMP itu.

Tak dinyana, suster muda yang siaga di dalam ICU, kaget. Dia meloncat, mendekati Eva.

"Ada apa, Bu? Ada apa?" tanya suster tergopoh-gopoh.

"Oh... tidak apa-apa. Itu teman basket dulu. Bolehkah mereka masuk, Sus?"

Suster menoleh ke arah dinding kaca. Baru tahu, ada tiga pembezuk di luar. Ibu-ibu tapi kelihatan lincah. Lantas, dengan halus suster berkata:

"Jangan, Bu. Ini ICU, beda dengan rawat inap."

"Tolonglah, Sus... Sudah puluhan tahun saya tidak ketemu mereka."

"Mohon maaf, Ibu... Nanti saya kena sanksi."

Geng Rampok melihat Eva merayu suster supaya mereka masuk, dan gagal. Mereka maklum. Mereka cukup puas bisa melihat Eva.

Tak kurang akal, dengan bahasa Tarsan, Eva memberitahu nomor HP ke Geng Rampok. Eva memberitahu dengan kode jari. Suster melihat, tapi tidak melarang.

Akhirnya mereka berkomunikasi juga.

HP Yuni call Eva. HP diseting mengeluarkan suara, supaya semua teman bisa mendengar dan bercerita.

Mereka saling berbagi cerita kondisi masing-masing. Perjalanan hidup mereka sejak pisah tamat SMP, suami, dan keluarga.

Yuni punya anak dua, kini SMP dan SD.

Wiwik anak satu, kini SD.

Dewi anak tiga, kini SMP dan dua SD.

Anak sulung Yuni (cowok) dan sulung Dewi (cewek) sama-sama sekolah di SMPN 51 Pondok Bambu, tempat mereka semua sekolah, dan main basket, dulu. Sungguh nostalgik.

Mata Eva berkaca-kaca mendengar itu. Entah karena terkenang masa indah di SMP, atau dia terkenang calon anaknya yang gugur.

"O, ya Va..." kata Yuni. "Pak Roto sudah meninggal kira-kira setahun lalu. Sebulan kemudian Bu Karmi, guru kesenian, menyusul."

"Innalillahi wa innailaihi rojiuuun..."

Airmata Eva jatuh juga. Mengalir lewat pipi. Jatuh ke selimut. Dia mengusap dengan ujung selimut. Teman-teman melihat.

"Yaaelaaah... jangan sedih, Va..." ujar Dewi, kenceng.

Eva kaget. Kembali melihat teman-teman, lalu membalas spontan:

"Hihihi... rampok masak sedih, Wik..." balas Eva. "Gue gak sedih, cuman nangis."

Semua ketawa. Ternyata Eva masih bisa bergurau. Dalam kondisi begitu.

Aneh, teman-teman ketawa dengan mata berlinangan. Ketiga-tiganya menunduk, mengusap mata masing-masing. Ketawa di sela tangis.

Sebelum pulang, tiga ibu-ibu itu meneriakkan yel-yel rampok.

Eva membalas dengan semangat, mengepalkan tangan ke atas. Sampai nyeri perut di bekas jahitan.

Malam, pembezuk habis. Sepi lagi.

Tinggallah pasangan pembezuk inti: Nanan dan Sugiarti. Mereka duduk di bangku stainless steel mengkilat berbentuk kursi tiga deret tersambung. Ada empat bangku begitu disana. Persis berhadapan dengan kaca ruang ICU Eva.

------------------- Lari ke 59 Disitulah rahasia Sugiarti diungkap.

728 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang