26. Metode Montessori

2.6K 93 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara makan malam ini jadi acara paling tidak enak bagi Ryan. Juga bagi Hadi dan Mitha. Mereka sadar Ryan-Eva hanya cinta monyet, tapi tetap dianggap bahaya.

Hadi dan Mitha bukan model orang tua konvensional. Mereka mendidik dengan metode tidak lazim.

Dulu, ketika anak-anak masih kecil-kecil, Mitha membiasakan anak-anak membantu pekerjaan rumah. Kalau dia memasak, berusaha menarik perhatian anak-anak. Dia mengoceh sendiri saat membelah badan ikan.

"Idiiih... struktur organ dalam ikan ini sederhana banget, ya..." katanya. "Mana paru paru-nya? O, ya... ikan menyerap oksigen dari insang. Inikah insang? Subhanallah..."

Otomatis anak-anak nimbrung ke dapur. Bukan membantu, melainkan memegang-megang organ dalam ikan. Bertanya ini-itu. Dijawab Mama begini-begitu.

Ryan kecil suka menyiapkan barbeque grill, membakar ikan atau daging. Ryan main api, mencungkil-cungkil bara api.

Mitha menjelaskan, seandainya ikan hidup dipaksa dibakar di barbeque grill, kejadiannya begini: Ikan kelojotan, sakit luar biasa. Beberapa detik kemudian mati.

"Tubuh kita kalo kena api bakal melepuh. Daging gosong. Sakitnya, hihihi..." ujarnya, bergidik.

Otomatis, Ryan hati-hati main api. Di otaknya tertanam akibat dari perbuatan. Bukan larangan yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu, sehingga penasaran ingin coba-coba.

Mitha mengadopsi metode itu dari Maria Montessori. Dia kagum pada Montessori (lahir di Chiaravalle, Italia, 31 Agustus 1870, meninggal di Noordwijk, Belanda, 6 Mei 1952) melalui buku-buku ketika dia masih kuliah kedokteran.

Montesorri, dokter wanita pertama Italia yang meraih gelar dokter pada 1897. Hebatnya, sebelum kuliah kedokteran dia sudah Sarjana Teknik dan Ilmu Alam.

dr. Montessori jadi asisten klinik psikiatri di Universitas Roma, Italia, awal 1900. Dia menemukan kejadian menarik. Anak-anak idiot diwajibkan masuk rumah sakit jiwa, bercampur orang dewasa pelaku kriminal menyimpang.

Montessori sedih. Dia meminta pihak rumah sakit memisahkan mereka dengan orang dewasa. Dia siap mendidik anak-anak itu di sela tugas utamanya. Pihak rumah sakit mengizinkan. Hasilnya, anak-anak bisa berperilaku sebagaimana anak-anak normal.

Montessori dalam bukunya "Antropologia Pedagogica" tahun 1910 memaparkan metode pendidikan anak-anak normal. Pada 1915 metode itu digunakan di sekolah-sekolah di Belanda. Kemudian mendunia pada dekade 1920-an dijuluki Metode Montessori.

Belanda masuk Indonesia melalui Verenigde Oost-Indische Compagnie - VOC membawa metode ini ke sekolah-sekolah khusus anak-anak Belanda.

Mitha merasa, jika kita sakit hati pada Belanda, kita gunakan pendidikan yang sama unggul dengan mereka, kalau tak bisa lebih unggul. Bukan dengan membenci mereka.

728 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang