Empat hari Eva di ICU, badan Sugiarti seperti dimanjakan.
Dia tidak lagi tidur tertekuk di kursi, bisa tidur lurus selonjor di bangku. Ruang ICU steril, bukan saja dari bakteri dan kuman tapi juga dari keluarga pasien. Suster jaga 24 jam nonstop disitu.
Pagi sampai sore Sugiarti bebas menghirup udara taman. Sekali waktu jika dia dibutuhkan untuk menebus obat, pasti dipanggil melalui pengeras suara yang terpasang dimana-mana.
Ketika dia makan siang di kantin, seorang pemuda menyapa:
"Selamat siang, Bu."
"Siang. Eh... kamu. Dari mana?"
Ternyata Nanan.
"Dari mengambil surat kematian," ujar Nanan.
"Oh... siapa yang meninggal?"
"Adik sepupu saya meninggal sebulan lalu disini. Surat kematian hilang. Saya baru selesai mengurus lagi."
"Innalillahi wainnailaihi rojiun..."
Sugiarti dan Nanan duduk, sama-sama menunggu pesanan makanan. Mereka berbagi cerita. Nanan sudah lulus kuliah Diploma 3 teknik mesin dari sekolah tinggi teknik di Jakarta.
Dia sudah bekerja di perusahaan swasta di Jakarta.
Sugiarti menceritakan kondisi Eva sejak masa akhir SMA sampai sekarang. Hampir semua cerita tentang penyakit. Nanan mendengar dengan perhatian. Malah dia ingin segera melihat Eva di ICU.
"Sabar, Ibu makan dulu, ya..." ujar Sugiarti. "Adikmu sakit apa?"
"Kanker pankreas."
"Oh... berat juga,"
"Ya, Bu. Saya merasa bersalah sampai dia meninggal."
"Usia urusan Tuhan. Jangan merasa bersalah. Agamamu apa?
"Islam."
Nanan cerita, adik sepupu bernama Dewi Anindya Larasati, usia dua tahun lebih muda dari Nanan. Dia anak tunggal. Ibunya, Ummi Sarkilah, adalah adik ayah Nanan, Abdullah Muzakir, sudah meninggal ketika Dewi masih usia tiga tahun.
Ayah Dewi, Suparto Brata, kontraktor proyek-proyek Pemda di Semarang, Jawa Tengah, kemudian menikah lagi. Suparto dengan isteri baru, Ismiyatun, tinggal di Semarang punya dua anak lagi (kini mereka sudah SMP).
Dewi kecil tidak cocok dengan ibu tiri, lantas pilih tinggal bersama keluarga Nanan di Jakarta sejak tamat SD.
Ayah Nanan, Abdullah Muzakir, karyawan swasta, bersama isterinya Siti Maimunah, punya dua anak: Warman Abdul Fatah dan Winantyo Adi Tamtomo (Nanan). Warman sepuluh tahun lebih tua dari Nanan.
Jadi, Nanan lebih akrab dengan Dewi dibanding dengan kakak kandung. Sebab jarak usia mereka dekat.
"Dewi sudah seperti adik kandung saya sendiri," ujar Nanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
728 HARI
RomansaIni kisah nyata, dear... Banjir airmata. Tapi, elegan & inspiratif. Tokoh di novel, cewe cantik, jarang nangis. She pejuang kehidupan yg inspiratif (seperti ditulis novelis Agnes Davonar sebagai endorsement di Cover novel ini). Mengapa novelis terke...