dr Hadi Ahmadi mengajak keluarga makan malam di Satay House Senayan, kawasan elit Menteng, Jakarta Pusat. Dia pulang kerja langsung kesitu. Isterinya, dr Paramitha bersama Ryan berangkat dari rumah.
Mereka suka suasana makan disitu. Dinding kaca membuat pengunjung makan sambil melihat situasi jalanan. Lokasi di seberang Taman Menteng, lapangan bola Persija. Segaris lurus dari tempat kerja Hadi di RS MMC. Jalan Rasuna Said, berjarak sekitar sekilo mengarah utara.
Mereka memesan sate kambing, menu andalan disitu. Dipadu sup kambing. Pesanan datang dengan asap masih mengebul dari wadah pemanas oval, dan baki sup.
Ryan tak sabar oleh aromanya.
"Makan kambing katanya bisa meningkatkan tekanan darah, ya Pa?" tanya Ryan.
"Bener. Tapi, kadar segini tidak membuat hypertensi. Kecuali setengah kilo per orang," jawab Hadi, tertawa diikuti tawa isterinya.
Hadi menjelaskan seputar hypertensi. Sesekali isterinya menimpali. Obrolan mereka sehari-hari, biasa masuk wilayah teknis medik secara tak sengaja.
Menurut Paramitha, banyak orang tidak tahu bahwa daging kambing mengandung selenium.
"Ini mineral penting. Masuk ke tubuh, jadi bagian dari enzim antioksidan," kata Paramitha.
Sedangkan, antioksidan melindungi sel tubuh manusia dari efek negatif radikal bebas. Dan, radikal bebas adalah racun dari luar yang masuk ke tubuh, antara lain, asap knalpot kendaraan berupa karbon monoksida, oksida nitrogen, sulfur, dan timbal.
"Tapi, kalo kita makan daging kambing setengah kilo per hari berturut-turut. Nggak sampe sebulan kita bisa tepar, Papa..." kata Paramitha.
Keluarga sedang gembira..
Tawa mereka tersapu oleh lagu instrumental saksofon Kenny G, Forever in Love, yang mengalun mendayu-dayu. Ini album keempat Kenny, tersukses, diluncurkan 1988.
Ryan membayangkan, Eva bakal cemberut, andai tahu Kenneth Bruce Gorelick, peniup saksofon smooth jazz pemakai nama Kenny G itu, lahir dari orang tua Yahudi di Seattle, Amerika, 1956.
Ryan tersenyum.
"Kok, senyum kamu terlambat, Ryan?" tanya Mama, tiba-tiba.
Ryan kaget, tergagap:
"Oh... kambing mengandung kalori dan protein," jawab Ryan, ngawur.
"Itu, semua orang juga tahu..." sergah Mama.
"Itukah sumber energi tubuh kita, Ma?" tanya Ryan, berkelit cepat.
"Bener. Apakah kamu masih bercita-cita jadi dokter, Ryan?"
"Ya, Mama. Insya Allah."
Ortu Ryan bersyukur. Sulung mereka sudah tidak tertarik kedokteran. Giliran si bungsu ini jagoan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
728 HARI
RomantizmIni kisah nyata, dear... Banjir airmata. Tapi, elegan & inspiratif. Tokoh di novel, cewe cantik, jarang nangis. She pejuang kehidupan yg inspiratif (seperti ditulis novelis Agnes Davonar sebagai endorsement di Cover novel ini). Mengapa novelis terke...