21 Juni 1990 siang di RSCM, Eva dijenguk belasan temannya. Kebanyakan cewek. Ada Ninis, Tika, teman sekelas lain, dan tim basket. Semua masih seragam sekolah putih-biru.
Orang paling depan masuk ruangan: Yuni, pebasket andalan sekolah. Jalan mantap. Begitu dia melihat Eva membaca komik sambil tiduran, dia tertawa:
"Wah... ini baru bener-bener anak SD rempong, nih..." ujar Yuni, kenceng banget.
Semua anak yang masuk ruangan terkesiap, kaget. Seketika menghentikan langkah. Sapa pembukaan Yuni itu bisa dianggap tidak sopan. Kebangetan. Apalagi disitu ada Sugiarti, duduk tertegun bengong. Idiiih...
Eva pun kaget kedatangan rombongan. Dia bereaksi spontan:
"Hey... gue masih anak SMP rampok, tauuu..." pekik Eva, bangkit dari bantal.
Gila... ruangan penuh gelak tawa. Cewek-cewek cekikikan. Ketegangan mencair. Suasana sepi berubah jadi ramai.
Teman cowok bernama Rudianto, menambah heboh dengan berteriak:
"Rampoook... rampoook... rampoook..."
Eva dan semua teman serempak mengangkat tangan yang terkepal, bersemangat membalas yel-yel itu:
"Yeaaah..."
Gila banget... Ruang perawatan langsung penuh orang, dan riuh.
Eva serasa berada di lapangan basket. Semangat bergairah. Badan yang semula lesu jadi ingin lari-lari.
Sugiarti tak terlalu paham, bagaimana kronologinya anak-anak ini begitu spontan dan kompak. Namun dia gembira menyaksikan Eva dan teman-teman bergembira.
Sugiarti memaklumi, beginilah cara anak-anak berkomunikasi. Mereka selalu ceria, namun sopan bersalim, sebagaimana kepada orang tua dan guru-guru mereka.
Untung, bed di sebelah-sebelah Eva belum terisi pasien. Sehingga anak-anak bebas berani. Cuma, ruangan yang semula sejuk oleh AC segera jadi hangat.
Dewi, pebasket yang biasa ditempatkan di posisi small forward, mengatakan:
"Gue sempet ketemu Pak Roto waktu ujian kemarin," katanya. "Dia keliatan sedih, Va. Karena kita-kita bakal lulus."
"Ya, 'kan ada Melisa, anak kelas dua. Juga anak kelas satu, Febriana," tutur Eva.
"Eh... Va, Pak Roto belum tau elu sakit, lho," ujarnya.
"Gapapa. Dia pasti sibuk penerimaan siswa baru."
Selain membawa ole-ole buah-buahan, mereka membawa kabar: Eva lulus. Nilai bagus, peringkat tiga sekolah. Ninis peringkat delapan, Tika sepuluh.
Semua bertepuk tangan. Semua menyalami Eva. Sebaliknya, Eva menerima jabat tangan teman-teman dengan hati haru penuh rasa syukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
728 HARI
Любовные романыIni kisah nyata, dear... Banjir airmata. Tapi, elegan & inspiratif. Tokoh di novel, cewe cantik, jarang nangis. She pejuang kehidupan yg inspiratif (seperti ditulis novelis Agnes Davonar sebagai endorsement di Cover novel ini). Mengapa novelis terke...