7. Main Sandiwara

3.9K 144 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masalah muncul lagi: Kiki kena Muntaber. Badarudin memberitahu Sugiarti di RS tadi pagi, sebelum ke kampung menjemput nenek. Kiki sudah dibawa ke dokter tadi pagi. Itu membuat Badarudin sempat ragu berangkat, tidak yakin Faisal mampu menangani.

Tapi, jika dia tak segera menjemput nenek, justru kesulitan bakal lebih besar lagi. Kacau berlarut-larut. Kiki bisa fatal. Pilih risiko terkecil, dia pun berangkat. Dia berharap, Sugiarti bisa pulang setiap jadwal minum obat Kiki. Solusi pontang-panting itulah terbaik.

Belum tuntas membahas Muntaber, Badarudin sudah ditabrak Lupus. Dia dihujani kaget bertubi-tubi.

Beberapa kali dia menghentikan cerita Sugiarti, minta kepastian bahwa informasi dokter benar. Mungkin dia berharap Sugiarti salah dengar. Sampai, dia berniat mencabut Eva pindah ke RS lain. Sedangkan, Sugiarti berpendapat, pindah RS percuma, malah membuang waktu dan biaya.

Pergulatan sengit itu berlangsung di kantin RS. Menghindari Eva yang selalu ingin tahu hasil pemeriksaan. Meskipun Eva terheran-heran ketika mereka tiba-tiba menyingkir.

Alhasil, Badarudin menuruti Sugiarti. Dia berangkat ke kampung dengan pikiran kalut. Sugiarti pun bingung, cara membelah diri jadi dua, antara Eva dan Kiki.

Memang, kini sepekan lebih Sugiarti meninggalkan bayinya. Pikiran melayang ke rumah. Dia menduga, ada kesalahan Faisal membuatkan Kiki susu. Atau mungkin tidak diberi pisang, sebab persiapannya ribet. Pisang dikerok dengan sendok, dicampur nasi, dipenyet-penyet.

Sekarang penanganan Kiki lebih repot. Minum obat setelah makan pisang. Selalu obat berbentuk bubuk puyer, dituang ke sendok, dicampur air hangat, diaduk dengan jari setelah cuci tangan dengan sabun. Belum lagi kalau demam, harus dikompres.

Pemberian obat Kiki juga harus tepat waktu, enam jam sekali. Kalau terlambat, pengobatan bisa sia-sia. Mondar-mandir ke dokter. Bisa juga fatal seperti Eva.

Bagaimana kalau bersamaan? Saat minum obat, Kiki muntaber, nangis pula? Jadi lebih rumit lagi. Ini belum termasuk mengurus dua anak cowok yang nakal-nakal itu.

Sugiarti berniat segera pulang.

"Eva, bisa nggak Mama tinggal pulang sebentar?"

"Ngapain?"

"Kiki sakit, Faisal nggak bisa ngurus."

"Katanya Mama nungguin Eva terus..."

"Iya... badan Mama cuma satu, Nduk... Nggak mungkin dibagi di dua tempat sekaligus."

"Baliknya kapan?"

"Sekarang jam sepuluh. Ntar abis Isya Mama nyampe sini lagi."

Perhitungan Sugiarti, sekitar pukul 06.00 tadi Kiki minum obat ditangani Papa. Pemberian obat berikut pukul 12.00 nanti, berikut lagi 18.00. Sementara malam, Papa dan Nenek mungkin sudah datang.

728 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang