Ini kisah nyata, dear... Banjir airmata. Tapi, elegan & inspiratif. Tokoh di novel, cewe cantik, jarang nangis. She pejuang kehidupan yg inspiratif (seperti ditulis novelis Agnes Davonar sebagai endorsement di Cover novel ini).
Mengapa novelis terke...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tunggu dulu... Awal Maret 2008 Eva hamil.
Angin kegembiraan berhembus menyejukkan hati mereka yang letih. Keluarga besar bersorak riang, siap menyambut kedatangan jabang bayi.
Tapi, semua hadiah selalu diikuti konsekuensi. Hadiah bagi Eva dan Nanan, konsekuensinya lebih berat dibanding pasutri lain. Karena, mereka orang spesial.
Berdasarkan uji laboratorium, kadar ferritin Eva 12.281 ng/mL. Sedangkan, kadar ferritin normal wanita dewasa 15 sampai 200 ng/mL. Milik Eva 61 kali lebih tinggi dari batas normal.
Ferritin adalah protein penyimpan zat besi. Dia digunakan saat tubuh membutuhkan zat besi. Intinya, kadar ferritin wanita hamil harus normal.
Hasil uji lab: Eva juga kena APS (Anti-phospholipid Antibody Syndrome - gangguan pada sistem pembekuan darah).
Itu mengakibatkan thrombosis (menghambat aliran darah, bahkan bisa menghentikannya) pada arteri dan vena. Akibat akhirnya, risiko tinggi kematian wanita hamil, antara bayi atau ibunya. Bisa juga keduanya.
Pengetahuan itu didapat Eva dari konsultasi dengan Prof dr Zubairi Djoerban, tim dokter langganan di RSCM.
Prof Zubairi hanya geleng-geleng setelah tahu, usia kehamilan Eva sudah 20 pekan. Dia tidak berkata-kata.
Eva hanya menduga-duga arti gelengan kepala Zubairi. "Kemungkinan sukses sekitar lima puluh persen, Mas," ujar Eva ke suami, mengartikan gelengan itu.
Nanan yang semula gembira-gelisah atas kehamilan Eva, berubah jadi sangat khawatir.
"Apa risiko kalau gagal, Dik?" tanya Nanan.
"Aku siap apa pun, Mas. Kita pasrahkan semua pada Allah."
"Tapi, kamu harus rajin konsultasi dokter. Turuti apa kata dokter. Jangan bandel."
"Siap, Mas... Kita sama-sama berdoa untuk anak lanang (lelaki) kita, ya Mas."
"Semoga Allah ridha. Aamiin..."
"Aamiin."
Di satu sisi, kehamilan jadi injeksi vitamin bagi pernikahan mereka yang letih. Di sisi lain, Nanan punya kegelisahan sendiri.
Dia berpikir, andai hasil uji lab diketahui sebelum Eva hamil, mestinya tidak perlu hamil. Atau, seumpama usia kehamilan masih sangat muda, bisa digugurkan saja. Eva menghadapi risiko sangat tinggi. Maut mengancam Eva dan bayinya.
Belum lagi: Apakah bayi kelak membawa gen ibu, Lupus? Nanan baru tahu, bahwa ibu Lupus memiliki kemungkinan sepuluh persen punya anak Lupus juga.
Andai anaknya Lupus, kisah sedih bakal berulang.
Jadi ada tiga kemungkinan: Keguguran, Eva mati, atau punya anak Lupus. Ketiga kemungkinan ini hampir pasti bakal terjadi. Sudah di depan mata. Tidak ada jalan untuk mundur.
Nanan merahasiakan kegelisahan ini. Sekarang sudah tidak mungkin lagi digugurkan. Bisa mati kedua-duanya.
Andai dulu, kehamilan usia dini pun, sangat berisiko menggugurkan. Jangankan menjalani abortus, sedang jalan kaki saja Eva bisa tiba-tiba tumbang.
-------------------- Lari ke 48 Bahagia dan derita itu, bagai uang logam. Dua tapi Satu. Satu pun Dua.