Berapa biaya pengobatan Eva?
Akurasi jawaban sulit tercapai. Namun sampai tahap ini, pertengahan Maret 1992, dua bulan lebih dia dirawat di RSCM dan masih parah, habis belasan juta rupiah.
"Kira-kira seharga sebuah rumah tipe 70 di Depok," kata Eva kepada Penulis.
Zaman itu rumah T 70, luas tanah 170 meter persegi di Depok, pinggiran Jakarta, seharga sekitar Rp 22 juta.
Itu biaya total pengobatan, setelah dipotong Askes, sejak awal 1988 sampai pekan kedua Maret 1992 ini.
Salah satu komponen murah tapi vital adalah ketersediaan darah. Eva penyandang golongan darah O dengan faktor rhesus (Rh) negatif.
Pemilik golongan darah O Rh negatif bisa memberikan (berdonor) kepada semua jenis golongan darah, baik Rh positif maupun negatif. Sebaliknya, dia tidak bisa menerima (transfusi) dari golongan lain, selain O Rh negatif.
Sedangkan, Eva harus rutin transfusi darah. Setiap empat hari menghabiskan sekantong darah dosis 250 cc. Darah harus sudah siap, paling lambat sehari sebelum kantong infus darah terpasang habis. Jika terlambat langsung tamat.
Golongan darah Eva yang spesifik, membuat pihak rumah sakit sangat sering kehabisan stok. Dokter menganjurkan, keluarga Eva mencari darah sendiri.
Dianjurkan juga, menumpuk supaya pasokan tidak terlambat. Karena kebutuhan bakal berjangka panjang.
10 Maret 1992 siang ini Sugiarti mencatat, Eva sudah menghabiskan 17 kantong darah. Hampir semua dibeli dari PMI. Persediaan tinggal dua kantong.
Posisi kantong darah terpasang kini tidak sampai seperempat. Besok pagi akan diganti.
Sekarang dia harus membeli darah lagi di PMI.
Semula, tugas membeli darah dilakukan Badarudin. Tapi, dirasa terlalu mahal. Harga resmi di RSCM dosis 250 cc per kantong Rp 28.000. Badarudin dapat Rp 80.000 per kantong dengan dosis yang sama.
Sebagai ilustrasi, harga seporsi nasi lauk sepotong ayam goreng dilengkapi sambal plus lalapan di kantin RSCM kini Rp 1.000.
Jika dikalkulasi, harga darah pembelian Badarudin setara dengan 80 porsi nasi ayam. Untuk sekantong darah.
Itu bukan harga resmi PMI, melainkan beli dari orang-orang yang berada di sekitar kantor PMI. Karena stok di PMI dinyatakan habis, ada saja orang baik hati yang mengupayakan. Tapi, harga segitu.
Dan, Badarudin yang terburu-buru ngantor, langsung membayar.
Memang, darah berasal dari pendonor yang ikhlas menyumbang. Namun, darah tidak bisa begitu saja dipindahkan ke orang yang membutuhkan. Diolah dulu.
Menggunakan metode ELLISA (Enzym Link Imuno Sorben Assay). Mendeteksi aneka penyakit, antara lain HIV AIDS, aneka hepatitis, syphilis, alkohol, narkoba. Jika ada itu, darah dibuang. Jika tidak, darah disimpan dalam alat bersuhu sangat rendah.
Toh, Sugiarti bisa dapat harga Rp 40.000. Paling tinggi Rp 45 ribu atau setara 45 porsi nasi ayam goreng. Di tempat pembelian yang sama. Namun dengan teknik negosiasi yang berbeda.
Sugiarti mengistilahkan: "Berburu Darah". Kedengaran menyeramkan, namun gurauan itu sudah biasa dia katakan ke Eva.
Siang ini Sugiarti berangkat ke PMI. Sebelum meninggalkan Eva, dia mengatakan: "Mama pergi berburu darah dulu, ya Nak..."
Eva mendoakan Mama selalu dilindungi Allah.
---------------- Lanjut ke 29 Bagaimana dengan Penderita yang Kurang Mampu Ekonomis?
KAMU SEDANG MEMBACA
728 HARI
RomantikIni kisah nyata, dear... Banjir airmata. Tapi, elegan & inspiratif. Tokoh di novel, cewe cantik, jarang nangis. She pejuang kehidupan yg inspiratif (seperti ditulis novelis Agnes Davonar sebagai endorsement di Cover novel ini). Mengapa novelis terke...