3. Senyum pada Kanker Pankreas

5.5K 188 2
                                    

Mereka masuk kamar rawat cukup besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka masuk kamar rawat cukup besar. Ruangan terbagi untuk jatah dua pasien. Antara dua bed, tanpa sekat, hanya dibatasi tirai putih.

Di bed sebelah, terbaring pasien seorang gadis usia sekitar 17-an, diinfus. Eva diturunkan suster dari brankar ke bed (permanen) sebelah gadis itu.

Ruangan lega. Memiliki semacam ruang tamu dengan dua set sofa. Sebuah televisi di dinding, dekat pintu masuk. Seorang wanita paruh baya duduk di sofa, membaca majalah. Sepertinya dia penunggu gadis infus itu.

Warna ruangan kombinasi putih dan hijau muda. Lantai keramik putih motif kembang-kembang krem. Dinding cat tembok putih bergaris hijau muda mengelilingi ruangan.

Sebuah AC pada dinding ruang tamu mengarah ke sepasang bed di seberang sana. Jendela kaca persis di tengah ruangan, sehingga sinar matahari terbagi antar dua bed. Sebuah toilet berada di dekat bed gadis 17 tahun itu.

Sugiarti memasukkan pakaian ke sebuah lemari kecil disitu, saat Eva bertanya:

"Ma... ini sampai kapan?" tanyanya, menunjuk jarum infus.

"Sabar, Nduk. Tidak lama kok."

"Rasanya sakit, nyut... nyut..." rintihnya.

"Asal kamu bisa makan, tidak muntah, itu akan dilepas."

"Mama jangan pulang..."

"Mama akan disini terus sampai kamu sembuh."

Pukul 12.00 lewat ransum datang. Nasi, sup ayam, perkedel, telur dadar, krupuk, sambal, dan buah pisang. Juga sebuah kotak plastik kecil putih berisi tiga jenis obat. Eva disuapi Mama.

Melihat kesabaran Sugiarti, wanita di sofa mendekati. Memperkenal nama, Ryadini Ryamurti. Usia kurang lebih 40, lebih tua dari Sugiarti. Mereka berkenalan.

"Apakah gadis cantik ini anak ibu?" tanya wanita itu menunjuk Eva.

"Ya. Dan ibu?"

"Saya ibunya Rini," ujarnya menunjuk gadis di bed sebelah.

Mereka cepat akrab. Kemudian makan bersama di kantin.

"Puterinya sakit apa?" tanya Ryadini.

"Belum tahu. Masih diteliti dokter. Kalau Rini sakit apa?"

"Kanker pankreas."

Astaghfirullah... kening Sugiarti mengkerut mendengar nama penyakit serem itu. Sementara, Ryadini tenang saja. Tidak kaget melihat reaksi kaget Sugiarti.

Ryadini ramah. Wajah cantik, berjilbab juga. Suaminya salah seorang manajer hotel bintang lima di Jakarta. Rini Sulistyorini bungsu dari dua bersaudara. Kakak lelaki kuliah di Surabaya.

Diceritakan, Rini masuk sini sekitar dua minggu lalu. Keluhan sakit perut. Setelah diperiksa teliti, dokter memastikan, kanker pankreas.

Dokter menyesalkan, mengapa itu diketahui setelah kanker menyebar? Mengapa tidak dibawa ke dokter saat keluhan masih ringan?

728 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang