Replaced.

3.7K 409 32
                                    

Langit kota seoul mulai berubah menjadi jingga, sementara beberapa orang mulai menyalakan lampu tokonya, Jimin masih terdiam dikursi taman itu.

Ada taman kecil didekat toko ibunya yang baru dibangun.

Dan Jimin rasa ia butuh udara segar.

Sejak kemarin malam, otaknya sangat penuh, dan rumit. Ia belum bisa mencerna kata kata Seulgi.

Jimin tersenyum miris.

Lagi lagi, untuk kedua kalinya, ia merasakan sakit dari gadis yang sama.

Lelaki itu masih ingat bagaimana Seulgi menolaknya, dulu. Bagaimana gadis itu dengan terang terangan mengatakan bahwa ia hanya menganggap Jimin seperti adik lelakinya.

Dan bodohnya, Jimin masih memikirkannya, selalu.

Jimin tak pernah melupakan bagaimana gadis itu bisa selalu membuatnya jatuh cinta, bahkan seperti kemarin, setelah sekian lama mereka tidak bertemu.

Pikirannya kembali melayang pada malam sebelumnya, Seulgi menceritakan awal pertemuan dengan lelaki yang menyematkan cincin itu di jarinya. Gadis itu terlihat senang dan sumringah, membuat Jimin mau tak mau harus menarik senyum paksa.

Jimin mendadak memutuskan untuk pergi dari taman itu.

Bahkan kini, udara disana pun terasa menyesakkan.

Dengan jas yang ia tenteng, Jimin melangkah menuju toko ibunya yang baru dibangun itu, tempat mobilnya diparkir.

Saat hendak membuka pintu mobilnya, mata Jimin menangkap sesuatu dari seberang jalan sana.

Gadis itu.

Gadis yang sempat memerangkapnya karena tarian cantiknya kemarin.

Mina.

Ia baru selesai mengajar murid murid kecilnya, senyum Mina terus mengembang hingga satu persatu anak anak kecil itu pergi dari sana.

Wajahnya terlihat sangat tulus, sepertinya Mina menyukai anak kecil.

Dan Jimin bisa menebak apa yang akan dilakukan gadis itu sekarang.

Mina mulai menari sendiri, sepertinya berlatih lagi, eh?

Jimin melangkahkan kakinya menyebrangi jalan, menuju salah satu jendela yang terbuka.

Ia memperhatikan Mina dengan cukup lama, menikmati bagaiman gadis itu menari dengan tanpa beban.

"Kkamjagiya!!"

Mina tersentak, pekikannya mengejutkan Jimin, membuat lelaki itu kini menatap jelas wajah mina yang memandangnya tak suka.

"Sedang apa disini?" Ia mendelik kesal, sembari mencoba menutup jendelanya.

Namun, tangan Jimin menahan jendelanya dari luar dengan cepat.

"Yyaㅡ"

"Bisakah kau menemaniku makan?"

Jimin menyela ucapan Mina dengan cepat.

"Kenapa aku harusㅡ"

"Hanya menemani makan, tidak lebih." Jimin menyela nya lagi, "setelah selesai, aku akan anggap itu pembayaran cicilan hutangmu."

Mina menatap mata jimin, melewati kaca jendela yang sudah tertutup setengah. Ia mencoba menebak apa yang sedang dipikirkan lelaki itu,

Namun mina gagal menebaknya.

Your Last Dance • PJM x Myoui Mina ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang